Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari Makna

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Rasa di Atas Tanah Terbelah

12 Januari 2023   14:17 Diperbarui: 15 Januari 2023   00:30 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi tanah terbelah. (sumber: pixabay.com/Jacques GAIMARD)

Tangis si kecil kepada ibunya. Tentang siang yang telah membakar atap-atap rumah. Tidak lagi seperti tahun kemarin; Januari masih hujan.

Si kecil mulai resah. Sudah seminggu, hujan tak lagi datang. Sawah-sawah tadahan tak lagi menutup mulutnya. Mulut menganga dan punggung terbelah.

Si kecil mulai bingung. Daun padi menguning. Batang-batang padi pun enggan mengantar makanan kepada daun karena semua makanan yang diantar menjadi gosong disikat habis sang raja siang.

Si kecil mulai tunduk pasrah. Tetapi tidak mampu melihat tanah yang menganga. Tatapan mata hanya mengambang di atas tanah lalu setetes demi setetes air mata jatuh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun