Mohon tunggu...
PenaYonda
PenaYonda Mohon Tunggu... Guru - Penulis dan guru jalanan

Menulis adalah suatu keabadian. hanya buah pemikiran yang dapat ditingalkan sebagai kenangan abadi di bumi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Waktu di antara Hujan dan Senja

27 Februari 2024   05:08 Diperbarui: 27 Februari 2024   05:26 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Waktu de bawa rindu jauh, kas tenggelam bersama senja Dan datang di celah-celah hujan.

Andai Waktu adalah ko-Perem Tanah yang selalu bergerak maka, saya akan datang di celah-celah hujan untuk bisa kas pelan Waktu. Saya akan muncul di antara senja untuk bisa temani jalan sore di dalam ruang.

Semakin  jarang kita baku jumpa karena jarak. Jarak de bikin sampai setengah mati, untuk bisa baku bawa, jarak de hadirkan ruang-ruang sepi di dalam rasa. Kamu dan saya sering kali merasa sendiri saat berada di keramaian bersama teman-teman jalan.

Saya bawa kamu punya manja-manja di saya kepala ke mana saja saya pergi. Sesering mungkin saya datang ke tempa-tempat yang sering kita baku bawa. Hanya untuk memastikan kita akan segera bertemu.

Hujan dia bawa pulang kehangatan di sanubari sambil menjadikan saya punya tubuh harus menikmati dingin nya hujan.
Senja dia curi kamu punya senyum Manis itu, lalu kasih tenggelam kan bersama Waktu.

Demi kesepakatan kita. Saya mengerti, saya harus tabah dan sabar menanti yang tidak pasti. Saya korbankan apa-apa yang saya miliki sebagai tanda perjuangan. Perjuangan hari ini yang akan kita nikmati nanti. Saya belajar agar hati tetap kuat terhadap deras nya hujan dan kering nya senja. Walau ada gejolak di dada yang tak sanggup untuk kasih tenang.

Karena Waktu akan berbisik perjuangan ini tidak sia-sia. Meski hujan yang turun Dan senja yang  datang Dan pergi. Ko-Perem Tanah tetap dan selalu ada di saya punya Waktu:
Saya punya Waktu untuk Tanya "kabar" ?
Saya punya ruang untuk memikirkan
Saya punya saat untuk merenungkan
Saya punya jeda untuk menata ulang

Lalu saya bertanya-tanya dengan jujur

Apakah kita baku bawa dalam agan-agan?

Apakah kita baku jaga dalam kepercayaan?

Apakah kita baku dukung dalam impian?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun