Mohon tunggu...
Runive
Runive Mohon Tunggu... Penulis - Evi Nur Humaidah

Apalagi kalau bukan menulis?

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kamu(flase)

16 Juni 2020   17:25 Diperbarui: 16 Juni 2020   17:31 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ruang-ruang kecil yang terkunci hanya memenjarakan debu abu. Lepaskan endorfinmu. Melata-lah bersama angin, untuk tidak terbang terlampau tinggi. Yang bisa membuatmu hilang menembus tujuh langit di atas sana.

Menyamarlah menjadi dandelion, untuk sebuah ke-puja-an atas penyebarannya di puncak-puncak pendakian.

Jadilah pewaktu yang terpaut peralihan pandangan tanpa peduli kemana arah jarum jam.

Menyamarlah sebagai pintu yang tak marah dihempas keras-keras.

Menjadilah sejadi-jadinya sebagai api yang membara. Membakar, menghanguskan, melahap setiap yang mudah terbakar.

Perankanlah air yang dingin menyejukkan, memercik kedamaian.

Definisikan udara sebagai wajah dunia yang mencerahkan.

Bermainlah dengan tambang-tambang pertukaran lahan dan emas.

Setelah puas kembali-lah menjadi debu-debu yang melekat di kusen-kusen jendela rumah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun