Mohon tunggu...
Evgheniy Riryanov
Evgheniy Riryanov Mohon Tunggu... -

Music, Game, Football

Selanjutnya

Tutup

E-Sport

Fatwa Haram PUBG, Haruskah?

30 Maret 2019   18:52 Diperbarui: 30 Maret 2019   20:01 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.quickerror.com  

Tahun ini menjadi tahun yang fantastis buat game Player Unknown Batlleground atau sering disebut PUBG . Game yang dirilis oleh Tencent Games di versi mobile nya ini, menjadi salah satu game mobile terlaris dengan total pengunduhan mencapai lebih dari 100 juta.

Pasca terjadi tragedi penembakan di New Zealand, game PUBG menjadi topik perbincangan tidak hanya dikalangan gamers, tapi juga masyarakat umum di Indonesia. Hal ini dikarenakan game PUBG disinyalir menjadi salah satu inspirasi pelaku untuk melakukan terror penembakan. Terlebih dari video yang sempat beredar, pelaku menggunakan kamera dikepala, sehingga terlihat seperti di game-game FPS, seperti PUBG (FPP Mode) .

Tak lama kemudian, muncul kabar di berbagai media, bahwa  MUI akan mengeluarkan fatwa haram untuk PUBG. Sebelumnya, PUBG sendiri mulai dilarang di India karena disinyalir memicu tindakan kriminal.

Disini akan kita bahas tentang PUBG dan fatwa haram tersebut. Namun sebelumnya, perlu diluruskan agar tidak terjadi kesalah pahaman akibat berita yang beredar, yakni MUI masih mengkaji hal ini, jadi belum mengeluarkan fatwa haram.

Sekarang kita akan bahas beberapa hal yang menjadi sebab mengapa game ini akan dikaji :

1. PUBG dan tragedi Penembakan di New Zealand.

Pasca beredar video tragedi di New Zeland, banyak orang yang menyamakannya dengan game PUBG. Saya katakan disini, itu sama sekali tidak sama. Anda adalah orang tidak berperikemanusiaan jika anda berpikiran keduanya adalah sama. PUBG hanyalah sebuah game, yang terjadi di New Zealand adalah tidakan terorisme yang keji, biadab, dan tidak berperikemanusiaan.

2. PUBG menginspirasi pelaku untuk melakukan teror.

Hal ini sudah diklarifikasi oleh media, bahwa pelaku sama sekali tidak terinspirasi dari game PUBG ataupun game serupa. Dari manifesto yang diterbitkan pelaku, pelaku terinspirasi dari salah satu ekstrimis sayap kanan di Norwegia, yakni Anders Breivik yang membunuh 77 orang di tahun 2011.

Dalam senjata yang digunakan pelaku juga tertulis nama-nama orang yang menjadi menginspirasi bagi pelaku.

Jadi tidak benar jika PUBG atau game serupa menjadi inspirasi pelaku penembakan di New Zealand.

3. PUBG game dengan kekerasan dan dapat memicu hal serupa.

Tidak dipungkiri PUBG adalah salah satu dari sekian game dengan adegan kekerasan didalamnya. Selain PUBG, masih banyak lagi game serupa, seperti Counter Strike, Point Blank, Free Fire, Rules of Survival.

Bahkan di game dengan mode pertarungan seperti Mortal Kombat, adegan yang ditampilkan jauh lebih keji. 

Jika memang unsur kekerasan di dalam game yang menjadi faktor pemicu, maka harusnya game lain juga mendapatkan perlakuan sama.

Kemudian yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah, apakah benar game ini bisa memicu kekerasan?

Dalam perbincangan salah satu stasiun TV  swasta dengan MUI, serta game creator "Garit Dewana" beberapa waktu lalu, Garit menjelaskan bahwa dirinya yang bermain game sejak kecil, sama sekali tidak terpengaruh dengan isi game yang dimainkan. Garit juga menegaskan bahwa teman-temannya yang sesama gamer pun juga sama sekali tidak terpengaruh. Mereka bisa membedakan mana game dan dunia nyata.


Dalam hal ini saya sependapat, seorang yang bermain game PUBG, bukan berarti akan mudah terpengaruh kemudian menjadi pembunuh di dunia nyata. Atau seorang yang bermain Mario Bros, bukan berarti akan mudah terpengaruh menjadi Mario, kemudian suka merusak tembok di dunia nyata. Semua kembali ke individu masing-masing. 

Setiap pun game juga telah diseleksi dan dirating berdasar umur, disini tentu game untuk  dewasa tidak dianjurkan untuk dimainkan anak kecil. 

4. PUBG lebih banyak mengandung mudharat ataukah manfaat.

Ini adalah salah satu alasan yang mungkin paling masuk akal. Tapi peru dicatat juga, dengan alasan serupa, bisa jadi tidak hanya PUBG yang perlu dikaji. Bicara mudharat, pacaran pun juga menimbulkan banyak mudharat. Dan jangankan game, sepakbola juga bisa jadi mengandung unsur negatif. Dalam banyak kasus, sepakbola menjadi faktor pemicu kerusuhan, bahkan hingga menimbulkan korban jiwa. Lalu apakah sepakbola juga harus dikaji dan difatwa haram?

Dalam hal ini, game sama dengan sepakbola, atau mungkin bisa jadi sama seperti hobi lain. Pada dasarnya, semua hanyalah hiburan, ketika ditempatkan dalam porsi dan waktu yang benar, tidak masalah. Tetapi ketika timbul fanatisme dan sesuatu yang berlebihan, maka bisa jadi akan berdampak negatif. Tinggal bagaimana kita mengontrol diri, atau mungkin juga keluarga agar hal tersebut tidak memberikan dampak negatif. 

Kajian yang mungkin menghasilkan fatwa haram,  bisa saja dikatakan menjadi sebuah tindakan pencegahan. Tapi se-urgent itukah masalah PUBG, dan apakah efektif?  Bisa saja ini hanya akan seperti pemblokiran situs dewasa, tapi tetap saja banyak yang masih bisa mengakses. Atau kemudian player PUBG akan bepindah ke game lain yang serupa. Jika seperti ini, fatwa haram pun hanya akan menjadi angin lalu.

Di India sendiri, pengembang PUBG mulai mengenalkan fitur baru dalam pembatasan waktu bermain. Mungkin ini bisa menjadi salah satu solusi yang lebih baik daripada sekedar fatwa haram. Atau bisa juga menggunakan sistem berbayar seperti PUBG Steam, sehingga secara tidak langsung akan dapat menyortir player PUBG dengan usia yang belum layak.

Sebagai penutup, kajian yang dilakukan MUI adalah sudah menjadi tugas MUI. Kita tentu yakin MUI akan bekerja profesional, dan dalam pengkajian mempertimbangkan banyak faktor, serta mengambil dari berbagai sumber kompeten. Apa yang akan dihasilkan MUI? Fatwa haram atau rekomendasi lain? Mari kita tunggu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten E-Sport Selengkapnya
Lihat E-Sport Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun