Mohon tunggu...
Amri MujiHastuti
Amri MujiHastuti Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan Sekolah Dasar

Pengajar, Ibu, pemerhati pendidikan anak

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

"Gendis Sugar", Janji yang Tak Ditepati

9 Maret 2019   07:44 Diperbarui: 9 Maret 2019   07:52 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende


"Berapa yang dia kembalikan, Pram? Jika uang yang kita pinjamkan untuk menutup hutang -- hutangnya kita pakai investasi, bayangkan berapa banyak keuntungan yang kita dapatkan. Tapi kita meminjamkannya karena dia teman kita. Itu tidak adil buat kita."


"Yang kau lakukan sekarang tidak adil kepada dua anak yatim piatu yang memiliki tempat ini."


"Mereka bahkan tak berani berfikir tempat ini milik mereka."


"Itulah kenapa Yahya meminjam kepada kita, karena dia percaya kita akan berlaku adil dan mengembalikan semua miliknya, karena kita temannya."


"Nah, begini saja Pram...kita akan mencari Gendis dan Bayu. Kalau ketemu aku akan menjodohkannya...siapa gadis itu...si Gendis dengan salah satu anakku jika dia setuju. Jika dia setuju dia akan mengerti kesulitanku dan takkan bicara seperti kau bicara padaku seolah aku mencuri sesuatu yang bukan milikku. Aku telah mengeluarkan uang sangat banyak untuk membantu mereka, mengerti? Jadi kita akan membicarakannya secara kekeluargaan. Aku akan membicarakannya secara kekeluargaan dengan gadis itu, anak menantuku itu.... " 

Endriko duduk di kursi berlengan di tengah ruangan. Pramana dan istrinya memandangnya dengan tatapan tak percaya mendengar bagaimana Endriko memandang semua masalah ini.


"Kau sangat egois kau tahu?" Pramana memandang laki -- laki di hadapannya dengan pandangan jijik.


"Kurasa sangat kecil kemungkinannya gadis itu akan muncul di depan pintu rumahku, kau tahu? Abangnya sudah mengurusnya dengan baik, kurasa. Dia bahkan tak meninggalkan nomor telepon yang bisa kuhubungi, benar -- benar tak tahu adab setelah aku menampung adiknya selama berbulan -- bulan."


"Dia juga tak pernah merasa perlu mencariku karena aku tak berhutang apa -- apa pada mereka. Justru sebaliknya mereka berhutang budi padaku. Aku sangat prihatin dengan apa yang menimpa Yahya dan istrinya dan putri mereka, aku ikhlas membantu. Tapi setelah semua itu, apa aku tak boleh memikirkan kepentinganku sendiri. Lihat bagaimana kalian berdua memojokkanku setelah semua yang kulakukan untuk membantu Yahya dan keluarganya". 

"Aku akan bicara baik -- baik pada gadis itu dan berhentilah merecokiku, kalian berdua."


"Benarkah kau merasa semua ini sudah tepat, kau mengambil apa yang hanya dititipkan padamu? Bagaimana kalau Bayu dan Gendis benar -- benar muncul?". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun