Mohon tunggu...
Eva Sri Rezeki
Eva Sri Rezeki Mohon Tunggu... Mahasiswa Prodi Komunikasi PJJ Universitas Siber Asia.

hobi saya traveling dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Menangkal Hoax di Era Digital: Peran Literasi Media dan Perguruan Tinggi

11 Februari 2025   08:00 Diperbarui: 15 Februari 2025   15:02 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: RRI.co.id 

Di era digital yang serba cepat ini, informasi mengalir dengan deras melalui berbagai platform, baik media sosial, portal berita, hingga aplikasi pesan instan. Namun, kemudahan akses informasi ini juga menjadi celah bagi penyebaran berita hoax yang berpotensi menyesatkan opini publik. Berdasarkan hasil mini-riset yang telah dilakukan, mayoritas responden menganggap anak-anak dan remaja sebagai kelompok paling rentan terhadap hoax, meskipun kenyataannya semua kelompok masyarakat juga berisiko, terutama mereka yang memiliki literasi digital rendah.

Literasi Media Digital: Kunci Melawan Hoax

Literasi digital merupakan kemampuan seseorang dalam memahami, menganalisis, serta menyaring informasi dari media digital secara kritis. Konsep ini mencakup keterampilan untuk memverifikasi keaslian sumber, memahami pola penyebaran informasi, serta menghindari jebakan berita palsu yang kerap dikemas dengan judul provokatif dan data yang dimanipulasi.

Berdasarkan temuan dalam riset ini, faktor utama penyebaran hoax meliputi rendahnya literasi digital, kebiasaan berbagi informasi tanpa verifikasi, dan tingginya penggunaan media sosial. Penyebaran hoax ini semakin diperparah dengan algoritma media sosial yang cenderung mempromosikan konten sensasional demi meningkatkan interaksi pengguna.

Opini dan Analisis

Fenomena penyebaran hoax ini menjadi tantangan besar dalam menjaga kualitas informasi yang beredar di masyarakat. Ketika masyarakat lebih mudah percaya pada berita yang belum diverifikasi, dampaknya tidak hanya sebatas kebingungan informasi, tetapi juga merusak kepercayaan terhadap institusi, pemerintah, dan bahkan hubungan sosial.

Sebagai contoh, dalam riset yang dilakukan oleh Tim AIS Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), hoax dengan tema kesehatan menjadi salah satu yang paling banyak beredar. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat masih mudah dipengaruhi oleh berita-berita yang menyangkut kesehatan, terutama dalam situasi krisis seperti pandemi. Kepercayaan yang lemah terhadap sumber informasi resmi menjadi salah satu faktor utama maraknya hoax di bidang ini.

Dari hasil riset yang telah dipaparkan, jelas bahwa ada kebutuhan mendesak untuk meningkatkan literasi digital di berbagai kalangan, terutama di lingkungan akademik seperti perguruan tinggi. Mahasiswa sebagai generasi penerus, dan dosen sebagai pengarah intelektual, memiliki peran krusial dalam upaya menangkal hoax.

Peran Mahasiswa dan Dosen dalam Menangkal Hoax

Agar fenomena ini dapat ditekan, ada beberapa langkah konkret yang dapat diimplementasikan di lingkungan perguruan tinggi:

  1. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Analisis Selengkapnya
    Lihat Analisis Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun