Mohon tunggu...
Ety Handayaningsih
Ety Handayaningsih Mohon Tunggu... Fulltime Blogger

Ibu Dua Orang Putri | Blogger | http://etyabdoel.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sosialisasikan Budaya Sadar Bencana Lewat Radio, Cara Kita Berdamai dengan Takdir

28 Juni 2017   11:54 Diperbarui: 6 Juli 2017   22:10 944
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukankah keberadaan radio sudah tergeser oleh keberadaan media televisi? Bahkan sejak hadirnya internet, telah membuat media online lebih diminati? Masihkah radio bisa diandalkan sebagai penyambung lidah dari program-program pemerintah?

Hasil survei Nielsen Radio Audience Measurement yang dilakukan terhadap lebih dari 8400 orang, dengan usia 10 tahun ke atas, di 11 kota di Indonesia yaitu Jakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, Palembang, Makassar, Bandung, Jogjakarta, dan Banjarmasin menunjukkan tren yang bagus. 

sumber data: Nielsen Infografik: diolah sendiri
sumber data: Nielsen Infografik: diolah sendiri
Melihat fakta tersebut, ternyata radio masih memiliki pendengar setia. Jika dulu, mendengarkan radio masih menggunakan radio tape maka sekarang para pendengar mengakses radio menggunakan gadget mereka.

Hasil survei yang layak membuat optimis bahwa sosialisasi budaya sadar bencana melalui tayangan edutainment berupa sandiwara radio pun bakal memiliki tempat di hati pendengar. 

Tentu saja, sandiwara radio harus dikemas secara menarik dan pesan disampaikan secara sederhana. 

Jika ini dilakukan secara terus menerus, maka di alam bawah sadar masyarakat akan terbangun pola pikir dan pola perilaku seperti yang diharapkan.

Oh, ya, saya pernah menulis tentang kearifan lokal Smong yang dimiliki oleh masyarakat Simeulue, Aceh. Smong adalah sistim peringatan dini bahaya tsunami yang telah ada sejak berabad-abad lalu. Bentuknya berupa syair dalam Bahasa Devayan. Yang isinya berupa anjuran ketika terjadi gempa dan air laut surut maka segera pergi ke bukit.

Smong adalah bukti bahwa pesan yang disampaikan secara berulang-ulang mampu membentuk pola pikir dan perilaku suatu masyarakat.

Cara yang sederhana namun mampu menyelamatkan banyak nyawa. Faktanya, ketika terjadi tsunami Aceh tahun 2004 lalu, korban jiwa di Simeulue lebih sedikit dibanding di wilayah lainnya.

Mengingat membangun sebuah budaya bukanlah pekerjaan mudah yang bisa selesai dalam waktu setahun-dua tahun. Melainkan pekerjaan yang harus berkelanjutan dan lintas generasi maka sosialisasi budaya sadar bencana harus dilakukan dengan banyak cara dan berlangsung terus menerus.

Jika sebuah bencana adalah takdir yang tak mungkin ditolak maka berdamailah dengan takdir. Lakukan upaya bersiap menghadapi bencana. Dengan demikian,  jumlah kerugian harta benda dan nyawa bisa diminimalisir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun