Mohon tunggu...
Ety Handayaningsih
Ety Handayaningsih Mohon Tunggu... Fulltime Blogger

Ibu Dua Orang Putri | Blogger | http://etyabdoel.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sosialisasikan Budaya Sadar Bencana Lewat Radio, Cara Kita Berdamai dengan Takdir

28 Juni 2017   11:54 Diperbarui: 6 Juli 2017   22:10 944
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Radio efektif menjangkau masyarakat yang terdampak bencana saat alat komunikasi lain tidak berfungsi. (Kepala BNPB-Willem Rampangilei)

Bicara mengenai peran radio dalam menyokong program pemerintah, pernah dilakukan pada era pemerintahan Presiden Soeharto, radio menjadi media untuk menyampaikan informasi mengenai program Keluarga Berencana (KB).

Ada yang masih ingat dengan sandiwara radio yang berjudul "Butir-butir Pasir di Laut? Hm, sebagai generasi yang lahir diakhir tahun 70 an memang tak paham dengan sandiwara ini, karena saat itu saya masih kecil. Tapi, tidak asing dengan dengan judul sandiwaranya karena kerap mendengar dari radio yang diputar oleh simbah.

Belakangan saya tahu, jika sandiwara "Butir-butir Pasir Di Laut" adalah kerjasama antara BKKBN dan RRI. Tema besar dari sandiwara itu adalah pembentukkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Seperti diketahui, program KB merupakan salah satu program unggulan di era pemerintahan Presiden Soeharto.

Berbagai upaya dilakukan demi suksesnya program KB termasuk melalui edutainment berupa sandiwara radio. "Butir-butir Pasir di Laut" mulai tayang pada tahun 1972 bertahan hingga 5700 episode dalam kurun waktu 15 tahun. Karya sutradara Jhon Simamora ini bahkan mendapat penghargaan sebagai sandiwara terbaik tingkat dunia dari Lembaga Kependudukan Dunia, di Mexico, pada Agustus 1984.

Dalam kurun waktu 1970 an hingga 1980 an, pemerintah Indonesia kala itu sukses menekan laju pertumbuhan penduduknya. Berbagai penghargaan diterima dari badan dunia atas keberhasilan ini. Bahkan fakta ini, menarik minat beberapa negara untuk belajar kepada Indonesia tentang program KB.

Belajar dari pengalaman tersebut, wajar, jika kemudian BNPB menginisiasi program sandiwara radio guna mensosialisasikan budaya sadar bencana. Pada Agustus tahun 2016 telah diproduksi sandiwara radio berjudul "Asmara Di tengah Bencana" karya S Tidjab.

"Asmara Di tengah Bencana" merupakan roman sejarah yang menceritakan tentang nilai-nilai kebenaran, kejujuran, dan patriotisme dengan latar belakang perang Mataram Kuno melawan VOC saat terjadinya erupsi Gunung Merapi. Episode pertama sandiwara ini telah diputar di 20 radio di seluruh Indonesia, dengan jumlah pendengar mencapai 43 juta jiwa.

Melihat animo yang besar, maka BNPB kemudian memproduksi episode 2 dari sandiwara "Asmara Di Tengah Bencana". Sandiwara episode 2 ini akan ditayangkan di 60 kabupaten/kota di Pulau Jawa, 20 kabupaten/kota di luar Jawa serta ditayangkan di 20 radio komunitas.

Selain sandiwara radio BNPB juga membuat program lainnya berupa:

  • 300 iklan layanan masyarakat
  • Sosialisasi budaya sadar bencana melalui kesenian rakyat
  • BNPB/BPBD mengajar di 4 kabupaten yaitu Blora, Trenggalek, Garut dan Purworejo

Apakah Ini Akan Berhasil?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun