Mohon tunggu...
Edi Tempos
Edi Tempos Mohon Tunggu... wiraswasta -

saya lahir di sumatera selatan, pernah tinggal di jambi. Lalu sekarang berada di jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Memahami SBY Menunjuk Agus Sebagai Balon Gub DKI

3 Oktober 2016   22:04 Diperbarui: 3 Oktober 2016   22:08 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Susilo Bambang Yudhoyono, adalah menteri yang dipilih di era Gusdur sebagai presiden Ri ke-4 dan selanjutnya sama-sama kita ketahui dia tetap menjadi menteri di era Megawati. tentunya sampai 2003,-tidak sampai berakhirnya masa bakti sebagai menteri waktu itu, dia mengajukan pemunduran dirinya sebagai menteri, yang ketika itu partai demokrat yang dia dirikan sedang bersinar, melebih partai keadilan. mundurnya SBY dari kabinet Mega, ditambah semangatnya Taufik Kiemas meledek "SBY"  manambah simpati calon pemilih waktu itu.

"SBY" seolah-olah terzolimi, ditambah semangatnya kekuatan team JK, yang membentangkan semangat merah putih, ditambah para pengiat iklan melancarkan kampanye secara bersemangat di banyak media, ditambah lagi banyak kader PDIP, yang merupakan partai pemenang pemilu 1999,- yang banyak tersandung "Korupsi" dan masuk penjara secara ramai-ramai membuat PDIP kehilangan simpati rakyat.

Selanjutnya pada 2004 SBY melangkah ke Istana Merdeka.  Kita patut mencatat waktu itu salah satu anggota komisionernya adalah Anas Urbaningrum, dan untuk kali pertama pemilihan di Indonesia menggunakan contreng,-bukan coblos. Saya tidak dapat mengatakan bahwa contrenglah yang menjadikan SBY sebagai presiden RI ke-6, terbukti pada pada periode 2009-2014 SBY-Budiono berhasil mengalahkan Mega-Prabowo di putaran kedua.

Akankah Agus Harimurti Yudhoyono bersama Silvi akan mengulang sukses SBY mengalahkan Mega-Prabowo ?

Kita masih harus menunggu perkembangan 4 bulan kedepan. Meskipun demikian, beberapa pengurus yang ada dipusaran SBY tersangkut kasus hukum, menjadikan Agus bersama teamnya harus bekerja keras, membangun citra baru, bahwa dirinya tidak terkait dengan demokrat karena dirinya adalah tentara waktu itu,- dan tidak berpolitik. 

Memahami gestur Agus ketika menyampaikan pidato pertamanya, ketika dia dicalonkan oleh Demokrat, PPP,PAN dan PKB, Agus menahan isak, mungkin haru, sekaligus dilema ketika ia menyadari bahwa sebagai TNI berpangkat mayor, harus maju ke posisi DKI 1 yang selama ini diduduki oleh  dari TNI setingkat bintang tiga. Agus mungkin memahami betul, dirinya seperti Ismail,-anaknya nabi Ibrahim. Harus menerima permintaan dari orang tuanya untuk di korbankan. Dan cerita selanjutnya sudah sama-sama kita ketahui, dengan mukjizat, Agus eh.. nabi Ismail diselamatkan oleh kekuasaan tuhan.

Lawan Agus di DKI 1, ada Anies Baswedan berpasangan dengan Sandiago Uno, yang diusung oleh PKS bersama Gerindra. Begitu juga pasangan petahana Ahok-jarot didukung oleh PDIP, Hanura, Nasdem dan Golkar. Seandainya posisi Agus di Wakil Selvi sebagai gubernur mungkin akan berimbang dengan pasangan Sandiaga-Anies.  Kini menjadi berimbang kembali, ketika Sandiaga yang dijagokan oleh Gerindra menerima dirinya cukup menjadi wagub. Posisi ini menguntungkan Agus-Selvi.

Posisi tidak menguntungkan dari Agus,- adalah dirinya seperti dalam bayang-bayang bapaknya. Bayang-bayang SBY, kini semua tahu sampai saat ini masyarakat pemilih masih alergi terhadap nepotisme,sebagaimana yang diamanatkan oleh konstitusi di tahun 1998 basmi KKN, sebaiknya saran untuk SBY cukup dibelakang layar, sama seperti dirinya di 2003/2004.

*****

Pada Saat SBY mengajak Anas Urbaningrum masuk ke Demokrat,- sepak terjang  Anas di demokrat, dan puncaknya di kongres yang berhasil dimenangkan oleh Anas Urbaningrum,-lewat kompasiana 23 Juni 2010 saya sudah mengingatkan SBY.  baca : PD yang Tidak PeDe, (Konspirasi Pembusukan dari Anas Urbaningrum?)
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/etempos/pd-yang-tidak-pede-konspirasi-pembusukan-dari-anas-urbaningrum_54fffabaa333112b6c50fa27

Memahami SBY memilih putra sulungnya untuk DKI 1, tidak lepas dari kemunduran Partai demokrat yang kian tahun kian kehilangan kursinya di DPR, ini berarti masyarakat sudah mulai berpaling dari Partai Demokrat,-ditengah SBY kehilangan figur yang bisa mendongkrak eksistensi Demokrat. Tokoh-tokoh seperti Gumawan Fauzi,-yang pernah membirukan Sumbar, atau Marzuki ali justru kini tak dipilih oleh pemilih.

Tokoh sekelas "ngeri-ngeri sedap",- kini meringkuk di sel KPK menyusul Angellina sondak. Kini pembina partai demokrat adalah orang-orang yang tidak memiliki pemikiran reformasi demokrat, hanya bergantung dan numpang selamat bersama SBY. beberapa rekan SBY dari jaket kuning, mulai membalelo.

Pembisik SBY kini tinggal yang cari selamat dengan SBY,- memberi saran yang   justru akan menghancurkan karier Agus ?

faktor SBY di demokrat, faktor sekutu taktisnya cikeas (PAN,PPP dan PKB) secara politik di DKI 1, sudah tentu tidak lepas dari hitung-hitungan 2 T .

T pertama tokoh, dan T kedua adalah toke,-dalam bahasanya Ahok adalah pemilik modal, yang selanjutnya bisa menjadi amunisi dikancah pertarungan merebut pemilih di DKI. Pertimbangan ketokohan atau T pertama nampaknya dikesampingkan, Agus dengan pangkat Mayor, kalau bukan anak Yudhoyono,-pastilah bukan siapa-siapa. Karena di TNI banyak sekali mayor, setelah masuk akabri keluar berpangkat letda, selanjutnya naik Lettu,-lalu kemudian Kapten dan naik lagi menjadi Mayor. Artinya Agus sejak keluar dari TNI,-dia sudah 3 kali mangalami kenaikan pangkat.

Pada akhirnya memahami pikiran dan tindakan SBY di demokrat, yang selanjutnya mendukung putranya untuk maju di DKI 1, ibarat tanaman pisang, meskipun ia (pisang) tidak berbuah dua kali, tetapi sebelum pisang itu masak dan dihidangkan sebagai makanan harian untuk Ahok, atau untuk kita yang menikmati pisang, dia diharapkan berbuah lagi,-sudah tentu dari tunasnya.

Akankah Agus adalah tunas pisang yang akan berbuah ? akan memberikan manfaat ? kita masih harus menunggu jurus SBY bersama koalisi Cikeasnya termasuk bagaimana tindakan SBY untuk menghadapi anggota partainya yang membalelo, yang balik mendukung pasangan lain.

Pertarungan Agus-Silvi, ibarat penyanyi yang sedang masuk didalam kontes 3 besar, yang selanjutnya kalau gagal, akan mempertaruhkan partai demokrat untuk 2019,-atau Agus for presiden RI ke 8 ?

Kini semua ada di tanganmu ketua umum partai Demokrat, karena dahulu anda mampu. Sekarang saatnya untuk buktikan mana kawan, mana lawan, mana sekutu taktis dan mana penghianat,-dan siapa yang menghianati ?

ayo...

semoga pisang berbuah lagi

`

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun