Kalau saya sendiri lebih menyetujui tempat paling liar di muka bumi versi Theo:
"Jika ada tempat paling liar di muka bumi, maka itu adalah isi kepalamu, mereka sedap, membuatku ingin bercinta lama-lama." (hal. 36)
Bagi saya ini seperti ungkapan beauty is not in the skin deep, atau smart is sexy, tapi dalam bahasa yang lebih indah, erotis dan tentu saja liar. Tempat paling liar di muka bumi versi Weslly pun tak kalah liarnya ;
"adalah suatu tempat paling liar di muka bumi: badanmu yang perawan dan semua yang dikerjakan cinta di dalam diriku."
Diksi yang benar-benar berani bukan?
Selain dari pesan-pesan cinta yang membabi buta, saya menangkap ada kesyukuran dan pengagungan terhadap perempuan dalam porsi yang lumayan banyak dalam buku ini. Bahkan dalam puisi pamungkasnya berjudul 'Tentang Perempuan' didedikasikan khusus untuk para perempuan korban kekerasan seksual.
Satu hal lagi yang paling menyenangkan bagi saya adalah bahwa puisi-puisi di buku ini menggunakan metafora yang jarang dijamah oleh penyair-penyair lainnya seperti lautan yang berdoa atau rumah ombak. Adapula diksi yang terasa khas ketimurannya; pohon pule, jibu-jibu, dan Yamdena serta masih banyak lagi. Metafora dan diksi-diksi tersebut pastinya menjadikan para perantau dari timur yang membacanya akan semakin merindu kampung halaman.
---
Judul Buku: Tempat Paling Liar di Muka Bumi
Penulis: Theoresia Rumthe & Weslly Johannes
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2016
Tebal: 104 hal