Mohon tunggu...
Esti Hajiyanti
Esti Hajiyanti Mohon Tunggu... -

Setiap manusia diberikan otak oleh Tuhan dengan isi dan besaran yang sama, dalam mengggunakannya manusia bebas mengggunakannya, mau disia - siakan boleh,digunakan untuk berfikir tanpa henti tiada yang melarang, sebelum Tuhan mengambil otak manusia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Calon Suamiku Seorang Tentara

15 April 2013   11:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:10 1931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjadi seorang tentara adalah impian mas putra sejak kecil, walaupun sempat gagal dalam ujian TNI dalam tahun pertama, kegagalan tersebut tidak membuat redup semanagat mas putra untuk mengikuti ujian Akademi Militer (AKMIL) ditahun berikutnya. Aku harus rela ditinggalkannya beberapa tahun untuk pendidikan hingga saat ini mas putra telah menyelesaikan pendidikan AKMILnya, sayangnya selesai pendidikan mas putra, aku tidak bisa belama – lama bertemu dengannya, IB yang didapatkannya hanya empat hari, setelah itu ia harus siap ditempatkan disalah satu daerah terpecil diujung Indonesia untuk menjaga kedaulatan NKRI

Satu minggu kepulangan mas putra merupakan momentum yang sangat aku tunggu, setelah melepaskan rindu bersama kami harus mengerjakan persiapan pernikahan yang terhitung 156 hari lagi, sebuah impian untuk membangun bahtera rumah tangga dalam mahligai cinta bersama. Aku tidak ingin berpacaran terlalu lama lagi, pertemuan aku dengannya ketika aku kelas 1 SMA dan mas Putra kelas 3 SMA hingga kami berpacaran sampai saat ini,sebuah proses pacaran yang sudah cukup untuk kami mengenal dan memahami satu sama lain. Cukup lama aku mengenal keluarganya dan diperkenalkan kepada keluarga besar mas putra, hingga aku mau menerima lamarannya dan siap untuk menikah dengannya.

Momen kepulangan ini tidak akan aku sia- siakan, pernikahan kami hanya beberapa hari lagi, kami harus kerja keras untuk sisa – sisa waktu menuju pernikahan kami, keputusan kami untuk tidak menggunakan jasa EO membuat kami harus mempersiapakan segala sesuatunya sendiri, membuat konsep pernikahan berdua, mendaftarkan tanggal pernikahan kami di KUA, mencari pakaian pernikahan bersama, menentukan undangan, menunjuk katering dan segala macam persiapan pernikahan, semuanya kami lakukan bersama. Aku terkadang tersenyum sendiri bila melihat raut muka lelah mas putra, tak tega melihat tetesan keringat yang menguncur di mukanya, aku langsung mengambil tisu ditasku dan membasuh keringatnya.

“Wah, ternyata lelah juga menyiapkan pernikahan, lebih lelah dari pendidikan AKMIL ku dulu”, ucap mas putra.

“Lelah ini terbayar jika kamu selalu mendampingiku dan kita melakukannya bersama”, ucapnya kembali.

Aku hanya bisa tersenyum bahagia mendengar perkataan mas putra, inilah membuat aku tidak akan bosan berlama – lama bersamanya, selelah apapun ia, ia tidak akan mengeluh.

Selesai mempersiapkan segala haluntuk pernikahan, keluarga mas putra datang berkunjung kerumahku untuk menanyakan persiapan pernikahan kami. Aku tinggalkan keluarga mas putra bersama keluargaku diruang tamu dan aku pergi keteras depan bersama mas putra. Handphone mas putra berbunyi, sepertinya penting sehinnga ia harus mengangkat teleponnya jauh dariku. Aku tinggalkan ia sejenak untuk mengambilkan minum, tidak sengaja aku melihat siaran berita ditelevisi, Irian bergejolak dan OPM sedang mengibarkan benderanya, beberapa polisi dikabarkan terkena tembakan. Beberapa pasukan tentara didatangkan untuk menjaga keamanan Irian. Tiba – tiba tak enak persaanku, aku berdoa dalam hati semoga calon suamiku tidak ditugaskan disana.

Kulihat raut muka mas putra berbeda ketika menghampiriku, “Ada apa mas? Telepon dari siapa”, tanyaku.

“Dari komandan, aku harus pergi, papua bergejolak”, ucap mas putra

Aku hanya bisa diam, aku bingung dengan keadaan seperti ini.

“Ijinin, aku berangkat sayang, NKRI membutuhkanku,satu minggu sebelum pernikahan kita aku akan pulang, aku janji itu”, ucap mas putra

Aku hanya bisa diam kembali, rasanya lemas tubuhku dan tak terasa air mataku berjatuhan.

Tiba – tiba, tubuhku dipeluknya dikecup keningku,” ini tugasku, NKRI harga mati, menjaga stabilitas keamanan NKRI tanggung jawab dipundakku”.

Berat hati aku mengizinkan mas putra tapi aku bangga dengannya jika ia bisa bertanggung jawab kepada negara, ia pasti bisa bertanggung jawab kepada kelurganya.

Foto diambil dr facebook Enzewan Bayu


Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun