Mohon tunggu...
E S Mikh
E S Mikh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Akun ini dibuat untuk keperluan tugas

Seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi di salah satu kampus di Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tantangan Disrupsi dan Kebijakan Radio sebagai Media Konvensional di Era Media Sosial

5 Desember 2021   12:21 Diperbarui: 5 Desember 2021   23:33 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: http://lazismumojokerto.org/

Sebelumnya artikel ini ditulis berdasarkan pendapat atau hasil wawancara dengan Koordinator Liputan sekaligus Redaktur di MNC Trijaya bernama pak Setyo, seorang yang telah terjun dalam radio selama 19 tahun. Beliau pernah menjadi Reporter lapangan selama hampir 8 tahun dan pada tahun 2009 ditarik masuk ke dalam MNC untuk memperkuat dan menambah armada di dalamnya.

Disrupsi memang sedang terjadi. Disrupi merupakan sesuatu yang menggerus hal-hal yang lama dengan hal yang baru. Hal baru inilah yang dinamakan internet. Pada zaman dulu ketika tidak ada internet, melainkan hanya tv, koran, majalah, tabloid dan radio. Saat itu media sebagai sumber berita, memiliki plus dan minus nya masing-masing. Begitu internet muncul, sekarang hal-hal yang bersifat dulu atau old mulai tergantikan dengan kemunculan media online. Ketika dulu koran harus beli, sekarang tidak perlu karena sudah bisa melihat berita di media online. Seiring dengan berjalannya waktu media-media online baru terus bermunculan dan bahkan internet juga merambah ke tv. Ketika orang tidak sempat menonton tv, sekarang hanya tinggal buka Youtube, ketika orang dulu ingin mendengar radio harus membeli radio terlebih dahulu, sekarang tidak perlu karena bisa melalui streaming lewat aplikasi-aplikasi yang tersedia. Hal ini menimbulkan tantangan yang serius bagi media mainstream yang muncul sebelum internet. Disrupsi ini membuat pangsa pasar telah berubah dan kita sebagai konsumen media dan informasi juga ikut berubah. Yang dulu kita mengandalkan koran, sekarang sudah sangat jarang melihat orang membaca koran. Bahkan ibu dan bapak atau dapat dikatakan golongan orang tua sudah mulai tidak berlangganan.

Era digital ini memang semua harus berubah dengan cepat. Masyarakat maupun juga media harus bisa menyesuaikan diri, karena apabila tidak maka akan ketinggalan. Misalkan saja radio ketika ingin mengadakan talkshow, dulu semua harus dekat. Sedangkan sekarang, misalkan besok ada talkshow dengan sosok penting seperti Menteri atau Pejabat negara lainnya dapat dikolaborasikan dengan sosmed. Pihak radio dapat dengan mudah menghubungi narasumber dengan memanfaatkan media sosial. Selain itu informasi tentang talkshow juga dapat lebih mudah disebarkan melalui media sosial. Pada radio terdapat on air dan juga online. Di MNC Trijaya kegiatan radio on air didukung juga oleh online. Terdapat Instagram, Youtube dan Twitter yang aktif mendukung on air. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kemunculan media baru tetap membawa hal positif bagi media konvensional seperti radio.

Di sisi orang media tentu juga harus berubah dan berbenah menyesuaikan zaman. Hal yang perlu diperhatikan juga yaitu konsumen, “konsumen akan aware gak?”, “akan mengikuti pola yang baru ini gak?”. Kalau konsumen tidak tahu, maka akan ketinggalan dan tidak tau apa-apa layaknya tinggal di dalam hutan. Sekarang semua sudah ada di tangan dan melalui smartphone kita. Begitulah yang terjadi dalam perubahan ke media baru.

Perlunya Kolaborasi Antar Media

Radio di MNC Trijaya FM tidak berdiri sendiri. Menurut pengakuan narasumber, ketika sedang on air misal wawawancara dengan tokoh publik tertentu, nantinya akan dirangkum dan akan dibuat berita. Terlebih di Group dimana terdapat tv, radio, online dan lain-lain. Ketika radio melakukan on air maka akan didukung oleh yang lainnya. Misalkan saja Okezone, mereka membantu radio untuk melakukan streaming di website mereka. Bahkan di tv, ketika ada acara di radio, maka tv akan ikut meliput dan begitupun sebaliknya akan saling mendukung. Ketika ada EURO, radio akan bantu supporting melalui siarannya agar dapat gaungan yang lebih besar dan tidak sekedar di tv saja. Hal ini juga dilakukan di media-media lain seperti Kompas Media, EMTEK, MNC itu saling mendukung satu sama lain. Media tidak dapat berdiri sendiri dan diperlukan kolaborasi agak mampu survive menghadapi terpaan digitalisasi. Tanpa kolaborasi akan membuat media tersebut berat atau sulit untuk berkembang dan bertahan.

Bentuk Perkembangan Kebijakan Redaksi yang Harus Terus Menyesuaikan

Pada zaman order baru pak Harto media tidak banyak. Narasumber bercerita bahwa dulu ketika ingin membuat berita, media takut dengan penguasa. Karena apa? Banyak media yang akhirnya diciduk karena membuat berita yang menentang atau menyinggung Pemerintahan. Namun sekarang ini sudah berbeda, dari yang dulu takut dengan penguasa sekarang media takut kepada pemilik dari media itu sendiri. Meskipun hal ini membuat para pekerja di media menjadi sungkan dengan pemiliknya, tapi masalah kebijakan redaksi tetap akan mengikuti perkembangan pemberitaan yang umum-umum. Misalkan ketika ada pemberitaan di luar Trijaya, maka akan menjadi incaran dan akan dipantau. Pada media konvensional seperti, terdapat dua yaitu terencana atau terjadwal dan tidak terjadwal. Apa yang tidak terjadwal? Misalkan ketika hari ini ada demo buruh se-Indonesia dan kita tahu, tetapi diantara demo buruh tiba-tiba ada gempa bumi. Disini kita tidak tahu harus meliput dua-duanya atau tidak. Kedua peristiwa tersebut sama-sama memiliki nilai berita yang tinggi. Pada akhirnya yang dilakukan adalah meliput keduanya. Namun tiba-tiba terjadi lagi peristiwa Menteri yang mundur. Tentu ini merupakan berita yang besar. Ketika ada tiga peristiwa yang terjadi secara bersamaan, maka media harus mencover ketiganya. Jadi mengenai perkembangan kebijakan media kini kebanyakan mengikuti perkembangan pemberitaan pada umumnya, meski tidak dapat dipungkiri di setiap media tetap  memiliki kebijakan khusus yang dititipkan oleh Pimpinan. Misalkan saja MNC yang mana pemiliknya adalah pak Hary Tanoe dan juga mempunyai partai Perindo. Dampaknya pasti ketika ada acara partai Perindo, media-media yang ada dalam MNC Group akan melakukan liputan. Contoh lain misal ketika ada pengurus partai Perindo yang terkena kasus korupsi dan ditangkap KPK, maka ada kemungkina media-media dibawah naungan MNC Group tidak akan meliput kejadian tersebut. Meskipun pada prakteknya tidak seekstrim itu untuk melarang pemberitaan. Pemberitaan mungkin akan tetap ada dilakukan, namun tidak mendalam dibandingkan media lain. Begitulah kebijakan redaksi dari MNC itu sendiri.

Tantangan Praktek Jurnalistik MNC

Berdasarkan keterangan dari narasumber, MNC termasuk media yang besar. Dapat dikatakan besar karena semua jenis media dimiliki oleh MNC. Tantangan yang muncul adalah tentang bagaimana menumbukan media yang belum besar. Misalkan saya di MNC, tidak semua channel tv di MNC berkembang dengan bagus. Bila dibandingkan saja semisal antara RCTI dengan nilai 10 dan INEWS yang mungkin aja baru 3, begitulah tantangannya yaitu bagaimana agar INEWS juga bisa naik nilainya. Begitu pula yang terjadi pada radio, yang mana dalam MNC terdapat 4 radio diantaranya Global, Trijaya, RDI dan V. Dari keempat radio apakah semua berkembang? Jawabannya tidak. Misalkan perkembangannya dilihat dari sisi iklan, di Trijaya FM iklannya lumayan banyak namun tidak sama dengan yang lain. Oleh karena itu kan hal yang diperlukan adalah saling mendukung. Jadi misalkan saat ini Trijaya FM merupakan yang terbaik dibanding 3 radio lainnya, maka dari itu tantangannya adalah bagaimana caranya yang tiga ini juga naik perlahan. Hal yang bisa dilakukan adalah dengan cara mengannounce acara-acara yang mereka buat, agar nantinya dapat terjadi kolaborasi begitupun sebaliknya. Tantangan lain yang muncul adalah bagaimana kejamnya internet yang menggerus iklan media konvensional seperti radio. Bila kita lihat di Youtube dan media sosial lainnya, pemasang iklan cenderung lebih enjoy dan lebih memilih platform-platform media sosial untuk memplacing iklan, media-media internet seperti portal berita online daripada memilih radio atau media konvensional lainnya. Media konvensional tentu harus sadar dan mengikuti perkembangan agar dapat terus bertahan di era ini terutama dari segi sumber pendapatan yaitu iklan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun