Mohon tunggu...
Esdras Idialfero Ginting
Esdras Idialfero Ginting Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penggila Pantai

Hidup Sehat Tanpa Narkoba

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tantangan Mendidik Anak di Era Gen Z

15 Agustus 2019   14:20 Diperbarui: 15 Agustus 2019   14:19 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kampanye Stop Narkoba

Pola asuh otoriter ditandai dengan kontrol yang kuat dan penilaian yang kritis terhadap perilaku anak, sedikit dialog, serta kurang terjalinnya hubungan secara emosional. Kecenderungan pola asuh otoriter adalah anak menjadi kurang inisiatif, cenderung ragu, dan mudah gugup.

Adapun pola asuh permisif mencirikan orang tua yang memberikan kebebasan yang berlebihan kepada anak. Akibatnya anak kurang memiliki tanggung jawab dan berbuat sekehendak hatinya tanpa kontrol orang tua.

Terakhir, pola asuh otoritatif yang menekankan adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban orang tua dan anak. Anak dilatih untuk bertanggung jawab dan menentukan perilakunya sendiri agar disiplin.

Dari ketiga jenis pola asuh tersebut terlihat bahwa kekangan atau kebebasan berlebihan justru berdampak negatif terhadap tumbuh kembang mereka. Anak yang terlalu dikekang akan merasa tersiksa sehingga dia merasa lebih nyaman di luar rumah atau berinteraksi dengan dunia maya yang justru bisa menjerumuskannya.

Di sisi lain, kepercayaan diri yang rendah membuat mereka gampang dipengaruhi oleh orang lain. Ketergantungan terhadap teman sebaya maupun di media sosial menjadi sangat tinggi karena bagi mereka orang tua tidak bisa memberi solusi permasalahannya.

Sebaliknya, anak yang diberi kebebasan terlalu berlebihan justru akan menjadi keras kepala dan susah diatur. Nasihat-nasihat orang tua cenderung disepelekan dan anak bertransformasi menjadi sosok pembangkang. Biasanya mereka lebih menjadikan informasi-informasi dari dunia maya sebagai rujukan, bukan nasihat orang tua.

Kedua tipikal anak seperti inilah yang rawan menjadi penyalahguna narkoba. Kepribadian anak seperti itu sebenarnya sangat rapuh karena mereka tidak memiliki mekanisme pertahanan diri yang kokoh saat menghadapi masalah. Penyalahgunaan narkoba di kalangan anak dan remaja umumnya berawal dari percaya diri yang rendah. Kondisi akan bertambah parah jika mereka tidak bijak memanfaatkan teknologi.

Solusinya adalah memberikan tanggung jawab sekaligus otoritas yang seimbang kepada si anak sehingga menempa mereka jadi figur yang mandiri. Kemandirian tersebut terlihat dari cara mereka memanfaatkan teknologi untuk mengerjakan tugas-tugas di sekolah yang tak bisa dibantu oleh orang tua. Dengan teknologi pula mereka juga mengetahui dampak buruk penyalahgunaan narkoba sehingga bisa menghindarinya.

Anak membutuhkan orang tua tidak hanya sebagai tempat bernaung tetapi juga sebagai guru dan teman. Keseimbangan antara tuntutan dan kontrol orang tua membuat mereka lebih nyaman sehingga terhindar dari godaan-godaan negatif.

Mendidik anak memang bukan perkara mudah. Menjauhkan anak dari narkoba sekaligus menuntun mereka fokus pada pencapaian prestasi merupakan tugas berat. Apalagi di era Gen Z ini, terkadang anak lebih pintar dari orang tua. Namun dengan pola asuh yang tepat anak akan lebih merasa percaya diri, nyaman, optimistis, dan penuh kemandirian dalam meraih mimpi dan cita-citanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun