Mohon tunggu...
Erwindya Adistiana
Erwindya Adistiana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Learning by Experience

Penulis pemula yang tertarik pada hal-hal seperti sejarah, militer, politik dan yang lain-lannya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Strategic Air Command: Divisi Angkatan Udara Amerika Serikat yang Memainkan Peran Penting di Era Perang Dingin

3 Juni 2022   04:11 Diperbarui: 3 Juni 2022   05:02 1892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perang Dingin atau yang biasa dikenal dengan "Cold War" yang berlangsung selama 44 tahun dari tahun 1947 atau dua tahun setelah berakhirnya Perang Dunia Kedua hingga tahun 1991, merupakan era di mana dua negara adidaya yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet saling berlompa guna melebarkan pengaruhnya di seluruh dunia dan menjadi negara Superpower.

Era Perang Dingin ini identik dengan perlombaan senjata antara Amerika Serikat dan Uni Soviet dan salah satu senjata yang diperlombakan dalam era Perang Dingin adalah senjata Nuklir. 

Senjata Nuklir lah yang juga turut membayang-bayangi era Perang Dingin, di mana karena kekuatan dari Senjata Nuklir yang mampu membawa kehancuran dalam skala besar, maka dunia seolah-olah selalu dibayang-bayangi oleh Perang Nuklir dan Kehancuran Global karena Senjata Nuklir atau yang biasa disebut "Nuclear Holocaust"  selama era Perang Dingin ini.

Maka dari itu command and control atau penjagaan dan pengendalian atas Senjata Nuklir atau yang juga dikenal dengan istilah "Strategic Weapon" ini sangatlah penting dan menjadi prioritas di masa Perang Dingin. 

Maka dari itulah Department Pertahanan Amerika Serikat mendirikan divisi yang disebut "Strategic Air Command" yang berada di bawah yurisdiksi Angkatan Udara Amerika Serikat. Strategic Air Command juga sering disingkat sebagai "SAC."

"Peace is Our Proffession" yang merupakan motto dari Strategic Air Command | Sumber Gambar: nsarchive.edu

Tugas utama Strategic Air Command adalah melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap seluruh Nuclear Arsenal atau seluruh senjata Nuklir Amerika Serikat yang tergabung dalam "Nuclear Triad" atau Segitiga Nuklir yang terdiri dari Strategic Bomber Aircraft atau Pesawat-Pesawat Bomber Strategis, Intercontinental Ballistic Missile atau Rudal Jelajah Balistik Antarbenua dan juga Submarine-launched ballistic missile atau Kapal Selam peluncur Rudal Balistik. Tidak heran jika Strategic Air Command memang memiliki peran penting selama era Perang Dingin, karena perannya dalam mengawasi dan mengendalikan seluruh persenjataan Nuklir Amerika Serikat di masa Perang Dingin.

"Peace is our Profession" adalah motto dari Strategic Air Command yang menjunjung tinggi misi Strategic Air Command dalam menjaga Perdamaian dan Keamanan Dunia, terutama dari serangan massive senjata nuklir.


Sejarah awal Berdirinya Strategic Air Command

Pesawat-Pesawat Bomber Strategis B-17 Flying Fortress Angkatan Udara Amerika Serikat pada saat Perang Dunia Kedua | Sumber Gambar: worldwarwings.com
Pesawat-Pesawat Bomber Strategis B-17 Flying Fortress Angkatan Udara Amerika Serikat pada saat Perang Dunia Kedua | Sumber Gambar: worldwarwings.com

Perang Dunia Kedua yang berkecamuk dari tahun 1939 hingga tahun 1945, juga menjadi salah satu ajang unjuk gigi bagi kekuatan udara. Salah satu kekuatan udara yang memainkan peran penting selama perang dunia kedua adalah kekuatan udara "Strategic Bomber" atau yang merupakan kekuatan udara pesawat pengebom atau yang biasa dikenal sebagai Pesawat Bomber, yang terbang di atas daerah musuh dan menjatuhkan bomb-bomb udara.

Ledakan Bom Atom di Kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945 | Sumber Gambar: history.com
Ledakan Bom Atom di Kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945 | Sumber Gambar: history.com

Perang dunia kedua juga diakhiri dengan lahirnya senjata Nuklir, di mana untuk pertama kalinya senjata nuklir diledakan di Trinity Site yang terletak di Jornada del Muerto, New Mexico dan juga dijatuhkan Bom Atom berkekuatan Nuklir di Kota Hiroshima dan Nagasaki. Hal itu pula-lah yang menandai awal mula dari kelahiran "Strategic Weapons" atau Senjata Nuklir.

Maka dari itu ketika perang dunia kedua berakhir pada tahun 1945, dimunculkan-lah gagasan untuk membentuk divisi militer yang bertugas untuk melakukan pengendalian akan Strategic Weapon ini. 

Tujuan utamanya adalah guna mengendalikan seluruh armada-armada Pesawat-Pesawat Bomber Amerika Serikat yang pada waktu itu masih menjadi transport utama guna menjatuhkan Bomb Nuklir. Terutama mengingat peran pesawat Bomber yang digunakan guna menjatuhkan Bom Atom di kita Hiroshima dan Nagasaki, yaitu Boeing B-29 Superfortress.

Markas Pertama Strategic Air Command di Pangkalan Udara Bolling pada tahun 1946 | Sumber Gambar: af.mil
Markas Pertama Strategic Air Command di Pangkalan Udara Bolling pada tahun 1946 | Sumber Gambar: af.mil

Pada 21 Maret 1946, Strategic Air Command pun pada akhirnya resmi didirikan. Pada awalnya Strategic Air Command masih berada di bawah yurisdiksi Army Air Forces karena notabene pada tahun 1946 Angkatan Udara Amerika Serikat masih tergabung dengan Angkatan Darat. Pada 18 September tahun 1947 ketika Angkatan Udara Amerika Serikat resmi menjadi Angkatan sendiri dan berpisah dari Angkatan Darat, Strategic Air Command resmi berada di bawah yurisdiksi Angkatan Udara Amerika Serikat.

Ketika pertama kali didirakan pada tahun 1946, Strategic Air Command berada di bawah kepemimpinan Jenderal George Kenney yang juga merupakan penerbang pesawat bomber pada saat Perang Dunia Kedua dan merupakan otak dari misi yang menenggelamkan salah satu Kapal Battleship terbesar Nazi Jerman yaitu Bismarck. 

Namun sayangnya ketika Strategic Air Command berada di bawah kepemimpinan Jenderal Kenney, sepertinya tidak ada kemajuan signifikan pada Strategic Air Command dalam kepemimpinan Kenney. Kenney juga dikritik karena perfomanya yang tidak baik selama memimpin Strategic Air Command. 

Jenderal Kenney juga lebih sering memandatkan tugas kepemimpinannya sebagai Komandan Strategic Air Command kepada Deputynya yaitu Mayor Jenderal St. Clair Streett karena tugasnya sebagai perwakilan Komite Militer di United Nations Military Staff Committee, sehingga menyebabkan Strategic Air Command berada dalam kondisi kesiapan yang buruk dan berada pada posisi yang riskan dan tidak siap pada saat keadaan darurat. Alhasil Kenney pun dicopot dari kepemimpinannya sebagai Komandan Strategic Air Command pada 15 Oktober 1948.

Komandan Strategic Air Command Jenderal George Kenney bersama Jenderal Curtis LeMay | Sumber Gambar: af.mil
Komandan Strategic Air Command Jenderal George Kenney bersama Jenderal Curtis LeMay | Sumber Gambar: af.mil

Sebagai pengganti Kenney, Menteri Angkatan Udara Amerika Serikat Stuart Symington menunjuk Jenderal Curtis Emerson LeMay, yang juga merupakan veteran penerbang pesawat Bomber pada perang dunia kedua dan salah satu proponent kuat dari kekuatan Strategic Bomber atau Pesawat-Pesawat pengebom udara, sebagai pengganti Jenderal Kenney sebagai Komandan Strategic Air Command. 

Jenderal Curtis LeMay atau yang biasa dipanggil "The Big Cigar" karena hobinya yang sering merokok cerutu setiap saat, merupakan sosok penting dibalik berdirinya kekuatan Strategic Air Command. Tidak heran jika berbicara mengenai Strategic Air Command dan sejarahnya, pasti akan selalu melekat dengan sosok Jenderal Curtis LeMay.


Strategic Air Command Di Bawah Kepemimpinan Jenderal Curtis LeMay

Jenderal Curtis LeMay ketika menjabat sebagai Komandan Strategic Air Command pada tahun 1948 | Sumber Gambar: stratcom.mil
Jenderal Curtis LeMay ketika menjabat sebagai Komandan Strategic Air Command pada tahun 1948 | Sumber Gambar: stratcom.mil

Jenderal Curtis LeMay memang adalah seseorang yang sangat ambisius dan selalu fokus dalam mengerjakan baik tugas maupun misinya agar menghasilkan hasil yang sangat memuaskan. 

Bahkan LeMay sendiri pun sering turut terjun ke lapangan ketika bertugas dan mengobservasi secara langsung setiap perkembangan-perkembangan. 

Tidak heran Ketika Jenderal LeMay dipromosikan menjadi Jenderal Bintang Empat, pada usianya yang masih 44 tahun, Jenderal Curtis LeMay menjadi Jenderal Bintang Empat termuda dalam sejarah Amerika Serikat sejak Jenderal Ulysses S. Grant dan juga termuda dalam sejarah modern.

Tidak heran pula jika Strategic Air Command berkembang sangat pesat di bawah kepemimpinan Jenderal Curtis LeMay dan menjadi jauh lebih besar dan lebih kuat juga lebih siap dan siaga dalam menghadapi situasi darurat. 

Pada awal kepemimpinan LeMay sebagai komandan Strategic Air Command, sebagai tugas utamanya LeMay memastikan bahwa seluruh pesawat bomber strategis Angkatan Udara Amerika Serikat berada dalam keadaan siap untuk terbang kapanpun saja.

LeMay juga memastikan jika pesawat-pesawat bomber strategis yang memiliki peran utama sebagai arsenal nuklir Amerika Serikat, juga mendapatkan perawatan dan maintenance terbaik, guna kesiapan pesawat-pesawat bomber strategis ini pada setiap saat.

Jenderal Curtis LeMay ketika bersaksi di hadapan Senate AS pada tahun 1955 perihal anggaran Strategic Air Command | Sumber Gambar: Getty Images
Jenderal Curtis LeMay ketika bersaksi di hadapan Senate AS pada tahun 1955 perihal anggaran Strategic Air Command | Sumber Gambar: Getty Images

Pada saat memimpin Strategic Air Command, LeMay juga terus mendorong pemerintahan Presiden Truman guna menyetujui anggaran untuk Angkatan Udara Amerika Serikat guna proyek untuk pesawat-pesawat bomber Strategis terbaru, karena melihat pesawat-pesawat bomber strategis era perang dunia kedua seperti B-29 Superfortress yang sudah mulai obsolete dan perlunya pesawat-pesawat bomber strategis terbaru guna dapat mengungguli kekuatan Uni Soviet. 

Tidak hanya itu LeMay juga menekankan pentingnya untuk pesawat bomber strategis terbaru yang dapat menjangkau jarak yang lebih jauh, bahkan dapat terbang dari Amerika Serikat menuju Uni Soviet dan kembali lagi ke Amerika Serikat tanpa harus melakukan pemberhentian. 

Terutama mengingat pada masa-masa tersebut, belum ada rudal missile ballistic yang menjadi moda pembawa bom nuklir dan pesawat-pesawat bomber strategis masih menjadi moda utama guna membawa bom nuklir.

Pesawat Bomber Strategis Convair B-36 Peacemaker | Sumber Gambar: af.mil
Pesawat Bomber Strategis Convair B-36 Peacemaker | Sumber Gambar: af.mil

Alhasil pemerintahan Presiden Truman pun setuju dengan gagasan LeMay tersebut dan Angkatan Udara Amerika Serikat mendapatkan anggaran untuk proyek pembuatan pesawat bomber strategis yang terbaru, yaitu Convair B-36 Peacemaker. 

Pesawat B-36 Peacemaker dilengkapi dengan enam mesin baling-baling piston dan juga empat mesin jet berukuran kecil, sehingga memungkinkan untuk B-36 Peacemaker untuk menjangkau Uni Soviet dari Amerika Serikat dan kembali lagi ke Amerika Serikat tanpa harus melakukan pemberhentian.

Ketika mulai digunakan oleh Angkatan Udara Amerika Serikat pada tahun 1948, Convair B-36 Peacemaker menjadi moda transportasi pengangkut senjata nuklir utama Strategic Air Command. 

Hingga hari ini Convair B-36 Peacemaker tercatat menjadi pesawat bermesin piston terbesar yang pernah dibuat dan diproduksi secara masal, dengan lebar sayap sepanjang 70 meter, menjandikan lebar sayap Convair B-36 Peacemaker yang terpanjang dari setiap pesawat bomber dan juga pesawat tempur dalam sejarah.

Pesawat Bomber Strategis bermesin jet pertama, Boeing B-47 Stratojet | Sumber Gambar: af.mil
Pesawat Bomber Strategis bermesin jet pertama, Boeing B-47 Stratojet | Sumber Gambar: af.mil

Tidak hanya untuk proyek Convair B-36 Peacemaker, tetapi atas usulan dan gagasan dari LeMay untuk proyek pesawat-pesawat bomber strategis terbaru, Angkatan Udara Amerika Serikat juga mendapatkan anggaran tambahan untuk proyek pembuatan pesawat Bomber Strategis Boeing B-47 Stratojet.

Boeing B-47 Stratojet merupakan pesawat Bomber Strategis bermesin jet yang pertama yang mampu terbang dengan kecepatan subsonic dan terbang dengan ketinggian yang jauh lebih tinggi dan membuatnya susah untuk dideteksi oleh pesawat musuh. Boeing B-47 Stratojet terbang untuk pertama kalinya pada 17 Desember 1947, bertepatan dengan peringatan 44 tahun penerbangan pertama Wright Brothers dan mampu menjangkau jarak yang lebih jauh dibandingkan B-36 Peacemaker dan dapat menjangkau Uni Soviet dan kembali lagi ke Amerika Serikat tanpa harus melakukan pemberhentian.

Alhasil Jenderal Curtis LeMay pun berhasil merubah Strategic Air Command dari yang pada awalnya seperti belum siap siaga dan terbengkalai ketika di bawah kepemimpinan Jenderal George Kenney, menjadi jauh lebih siap siaga ketika situasi darurat dan memiliki kekuatan arsenal nuklir dan moda transportasi untuk senjata-senjata nuklir yang lebih kuat.

Gedung Markas Besar Strategic Air Command di Pangkalan Offutt yang terletak di Omaha, Nebraska | Sumber Gambar: stratcom.mil
Gedung Markas Besar Strategic Air Command di Pangkalan Offutt yang terletak di Omaha, Nebraska | Sumber Gambar: stratcom.mil

LeMay pun juga mengusulkan untuk pembangunan gedung markas utama Strategic Air Command yang mencakup pusat komando dan pengawasan aresenal senjata nuklir. 

LeMay yang masih menjabat sebagai komandan Strategic Air Command di bawah pemerintahan Presiden yang baru yaitu Dwight D. Eisenhower, akhirnya mendapat persetujuan oleh Pemerintahan Presiden Eisenhower untuk pembangunan gedung Markas utama Strategic Air Command yang berlokasi di Pangkalan Udara Offutt di Omaha, Nebraska.

Gedung Markas Pusat Strategic Air Command yang baru ini tidak hanya mencakup pusat komando dan pengawasan arsenal senjata nuklir Amerika Serikat, tetapi juga dilengkapi dengan bunker untuk berjaga-jaga ketika terjadi serangan nuklir di Amerika Serikat. Bunker di Markas Pusat Strategic Air Command ini di design khusus guna terhindar dari ledakan senjata nuklir dan juga efek dari nuklir.

Pusat Komando dan Kendali Strategic Air Command di Markas Besar Strategic Air Command di Pangkalan Offutt | Sumber Gambar: stratcom.mil
Pusat Komando dan Kendali Strategic Air Command di Markas Besar Strategic Air Command di Pangkalan Offutt | Sumber Gambar: stratcom.mil

Tidak hanya bunker, tetapi Gedung Markas pusat Strategic Air Command yang baru ini juga menjadi pusat komando dan pusat kendali yang memonitoring seluruh arsenal senjata nuklir Amerika Serikat. 

Pusat Komando di Markas pusat Strategic Air Command ini juga dapat memantau seluruh pergerakan senjata nuklir di seluruh dunia guna memonitoring pergerakan-pergerakan senjata nuklir baik milik Amerika Serikat maupun negara lainnya dan dilengkapi peralatan-peralatan sistem komputerisasi terkini. Pada saat itu pusat komando di Markas Strategic Air Command tersebut menjadi pusat komando terbesar di dunia.

Pada nantinya, Gedung Markas Pusat Strategic Air Command ini akan dinamakan "General Curtis LeMay Building" guna menghormati jasa-jasa Jenderal Curtis LeMay dalam membangun kekuatan Strategic Air Command.

Para Personil Angkatan Udara Amerika Serikat yang bertugas di Strategic Air Command ketika pelatihan siap siaga UORI | Sumber Gambar: af.mil 
Para Personil Angkatan Udara Amerika Serikat yang bertugas di Strategic Air Command ketika pelatihan siap siaga UORI | Sumber Gambar: af.mil 

Di bawah kepemimpinan LeMay, LeMay juga menarapkan sistem pelatihan siap siaga atau yang dinamakan UORI (Unnoticed Operational Readiness Inspection) di mana LeMay sering melakukan inspeksi mendadak ke setiap instalasi Strategic Air Command guna menginspeksi kesiapan dan kesiagaan dari setiap instalasi Strategic Air Command tersebut. 

Ketika dilaksanakan UORI, maka akan ada pelatihan kesiapan di instalasi Strategic Air Command tersebut, di mana para pilot-pilot pesawat-pesawat bomber strategis sudah harus siap sesegara mungkin ketika alarm dibunyikan dan dalam hitungan menit pesawat-pesawat bomber strategis diharuskan sudah siap siaga untuk segera lepas landas.

Hal inilah yang nantinya menjadi rutinitas dalam Strategic Air Command, di mana pelatihan kesiapan dan kesiagaan terus dilaksanakan di setiap instalasi Strategic Air Command. Pelatihan ini menjadi pelatihan udara terbesar dalam sejarah Angkatan Udara Amerika Serikat.

Pesawat Bomber Strategis Strategic Air Command, Boeing B-47 Stratojet ketika lepas landas dari Pangkalan Offutt | Sumber Gambar: naragetarchive
Pesawat Bomber Strategis Strategic Air Command, Boeing B-47 Stratojet ketika lepas landas dari Pangkalan Offutt | Sumber Gambar: naragetarchive

Melihat keberhasilan Strategic Air Command yang semakin berkembang pesat, sepertinya membuat Jenderal LeMay tidak ingin cepat puas akan keberhasilannya dalam membangun kekuatan Strategic Air Command. 

LeMay sepertinya ingin membuat Strategic Air Command menjadi semakin kuat dalam misinya menjadi pengendali utama arsenal-arsenal senjata nuklir Amerika Serikat. Jenderal LeMay pun kembali mengusulkan gagasan untuk pesawat bomber strategis terbaru. 

Tidak hanya pesawat bomber strategis, LeMay juga memberi gagasan untuk pembuatan pesawat tanker, yang digunakan untuk mengisi bahan bakar di udara, guna menyamai kekuatan pesawat-pesawat tidak hanya bomber strategis, tetapi juga pesawat-pesawat tempur di Angkatan Udara Amerika Serikat yang sudah mulai bertransisi dari mesin baling-baling propeller menjadi pesawat-pesawat bermesin jet.

Alhasil Presiden Dwight David Eisenhower dan juga Menteri Pertahanan Charles Erwin Wilson pun sangat menyetujui usulan LeMay tersebut dan menyetujui dimulainya proyek pembuatan pesawat bomber strategis terbaru yang dapat membawa bomb dan senjata nuklir lebih banyak dibandingkan B-36 Peacemaker dan juga B-47 Stratojet, serta dilengkapi persenjataan yang lebih canggih dan juga dapat terbang dengan jangkauan yang lebih jauh, bahkan dapat mengudara 24 jam tanpa henti. 

Presiden Dwight D. Eisenhower dan Menteri Pertahanan Charles E. Wilson juga menyetujui dimulainya proyek pembuatan pesawat tanker terbaru guna mengganti Pesawat Tanker Boeing KC-97 Stratofreighter yang sudah sangat obsolete dan masih menggunakan mesin propeller.

Pesawat Bomber Strategis terbaru Strategic Air Command, Boeing B-52 Stratofortress | Sumber Gambar: af.mil
Pesawat Bomber Strategis terbaru Strategic Air Command, Boeing B-52 Stratofortress | Sumber Gambar: af.mil

Berkat gagasan LeMay yang disetujui oleh Presiden Dwight D. Eisenhower dan juga Menteri Pertahanan Charles E. Wilson, lahirlah pesawat bomber strategis dan juga pesawat tanker terbaru, yakni? Boeing B-52 Stratofortress dan juga Boeing KC-135 Stratotanker. 

Kedua pesawat ini memang saling mensupport satu sama lain untuk misi moda transportasi senjata nuklir Strategic Air Command. B-52 Stratofortress juga dapat terbang dengan jangkauan yang lebih lama dibanding B-36 Peacemaker dan juga B-47 Stratojet dan juga dilengkapi dengan persenjataan yang lebih canggih dibandingkan kedua pesawat bomber strategis sebelumnya.

Pesawat Tanker terbaru Strategic Air Command, Boeing KC-135 Stratotanker | Sumber Gambar: af.mil
Pesawat Tanker terbaru Strategic Air Command, Boeing KC-135 Stratotanker | Sumber Gambar: af.mil

Sedangkan Boeing KC-135 Stratotanker juga mampu menjangkau jarak terbang yang lebih jauh dibandingkan KC-97 Stratofreighter dan dapat terbang lebih lama karena sudah dilengkapi dengan mesin jet terbaru, serta mampu terbang dengan ketinggian jelajah yang lebih tinggi. Juga dengan kemampuan mengudara yang lebih lama dan ketinggian jelajah yang lebih tinggi, Boeing KC-135 Stratotanker dapat memungkinkan untuk mensupport B-52 Stratofortress guna mengudara selama 24 jam atau bahkan lebih dan juga bahkan menjangkau seluruh belahan bumi, di mana Boeing KC-135 Stratotanker yang memang digunakan untuk mengisi bahan bakar pesawat ketika di udara.

Boeing B-52 Stratofortress ketika sedang melakukan pengisian bahan bakar di udara dengan Boeing KC-135 Stratotanker | Sumber Gambar: history.com
Boeing B-52 Stratofortress ketika sedang melakukan pengisian bahan bakar di udara dengan Boeing KC-135 Stratotanker | Sumber Gambar: history.com

Kedua Pesawat ini memang sangatlah legendaris di Angkatan Udara Amerika Serikat. Bahkan hingga hari ini baik Boeing B-52 Stratofortress maupun Boeing KC-135 Stratotanker masih terus digunakan dan beroperasi di Angkatan Udara Amerika Serikat.

Pada tahun 2019 Angkatan Udara Amerika Serikat berhasil mendapat persetujuan dari Senate dan Kongress Amerika Serikat untuk anggaran guna memodifikasi armada-armada pesawat Boeing B-52 Stratofortress yang masih beroperasi di Angkatan Udara Amerika Serikat agar armada-armada pesawat Boeing B-52 Stratofortress tersebut dapat terbang beroperasi untuk jangka waktu yang lama hingga tahun 2050 ke atas. 

Tepat pada 15 April tahun 2022 lalu, Boeing B-52 Stratofortress telah genap beroperasi dalam Angkatan Udara Amerika Serikat selama 70 tahun dan merupakan pesawat bomber strategis tertua yang masih beroperasi hari ini.  

Jenderal Curtis LeMay ketika melakukan uji coba pada Boeing KC-135 Stratotanker bersama test Pilot Boeing Tex Johnston | Sumber Gambar: af.mil
Jenderal Curtis LeMay ketika melakukan uji coba pada Boeing KC-135 Stratotanker bersama test Pilot Boeing Tex Johnston | Sumber Gambar: af.mil

Ketika menjabat sebagai Komandan Strategic Air Command, Jenderal LeMay, yang notabene adalah Pilot dengan jam terbang yang sangat tinggi di Angkatan Udara Amerika Serikat, juga tidak jarang untuk menguji coba langsung setiap armada-armada pesawat di Strategic Air Command dengan menerbangkannya sendiri, baik pesawat bomber strategis maupun pesawat tanker. 

Pada suatu momen, ketika Jenderal LeMay menerbangkan Pesawat Boeing KC-135 Stratotanker dalam rangka uji coba, Jenderal LeMay yang sangat sering merokok cerutu pun juga terus merokok cerutunya yang khas di cockpit pesawat pada saat penerbangan. 

Ketika salah satu test pilot dari Boeing yang merupakan perusahaan manufacture dari KC-135 Stratotanker menyuruh Jenderal LeMay untuk mematikan cerutunya, Jenderal LeMay pun lantas bertanya kepada pilot tersebut mengapa ia harus mematikan cerutunya. 

Sang pilot uji coba pun menjelaskan jika api dari cerutu Jenderal LeMay dapat membahayakan pesawat dan kemungkinan bisa menyebabkan kebakaran di dalam pesawat jika cerutu Jenderal LeMay mengenai bagian komponen yang sensitif terhadap api. 

Mendengar penjelasan tersebut, alih-alih mematikan cerutunya, Jenderal LeMay menggeram dan menjawab "It Wouldn't Dare!" atau seperti menjawab dengan nada tinggi bahwa "Itu Tidak Mungkin!" walaupun apa yang dijelaskan sang pilot uji coba sangat memungkinkan untuk terjadi.

Jenderal Curtis LeMay setelah melakukan uji coba Penerbangan jarak jauh dengan Boeing KC-135 Stratotanker pada tahun 1957 | Sumber Gambar: af.mil
Jenderal Curtis LeMay setelah melakukan uji coba Penerbangan jarak jauh dengan Boeing KC-135 Stratotanker pada tahun 1957 | Sumber Gambar: af.mil

Jenderal Curtis LeMay memimpin Strategic Air Command selama 9 tahun dari tahun 1948 hingga 1957, ketika LeMay ditunjuk sebagai Vice Chief of Staff of the United States Air Force atau Wakil Kepala Staff Angkatan Udara Amerika Serikat. Posisi LeMay sebagai komandan Strategic Air Command digantikan oleh Jenderal Thomas S. Power yang terus melanjutkan pengembangan Strategic Air Command dan juga yang telah dilaksanakan oleh LeMay.

Pada saat menjabat sebagai Wakil Kepala Staff Angkatan Udara Amerika Serikat, Jenderal LeMay melakukan ujicoba penerbangan menggunakan salah satu pesawat Strategic Air Command, yaitu Boeing KC-135 Stratotanker. 

Ujicoba yang dilakukan Jenderal LeMay adalah dengan menerbangkan pesawat Boeing KC-135 Stratotanker milik Strategic Air Command tersebut pada penerbangan jarak jauh dari pangkalan udara Westover di Massachusetts menuju Buenos Aires Argentina tanpa melakukan pemberhentian dan pengisian bahan bakar. 

Ujicoba ini juga dilakukan guna membuktikan bahwa Pesawat terkini Strategic Air Command memang sudah dilengkapi teknologi terkini sehingga memungkinkannya untuk terbang jarak jauh tanpa harus melakukan pemberhentian dan juga pengisian bahan bakar, cukup mengisi bahan bakar dari destinasi awal dengan takaran untuk mencapai destinasi akhir penerbangan. Penerbangan Jenderal LeMay ini bisa dikatakan sebagai penerbangan awal non-stop Pesawat bermesin jet jarak jauh dan tanpa pemberhentian dan juga pengisian bahan bakar.

Jenderal Curtis LeMay ketika menjabat sebagai Kepala Staff Angkatan Udara Amerika Serikat pada tahun 1962 | Sumber Gambar: quotesgram.com
Jenderal Curtis LeMay ketika menjabat sebagai Kepala Staff Angkatan Udara Amerika Serikat pada tahun 1962 | Sumber Gambar: quotesgram.com

Pada tahun 1961 Jenderal Curtis LeMay ditunjuk sebagai Chief of Staff of the United States Air Force atau Kepala Staff Angkatan Udara. Jenderal Curtis LeMay pensiun dari dinas aktif Angkatan Udara Amerika Serikat pada tahun 1965.

Atas keberhasilannya dalam membangun kekuatan Strategic Air Command, tidak heran juga jika Jenderal Curtis LeMay juga sempat digadang-gadang akan dinaikan pangkatnya menjadi Jenderal Bintang Lima atau "General of the Air Force" yang merupakan pangkat untuk Jenderal Bintang Lima Angkatan Udara Amerika Serikat.

Curtis LeMay wafat pada Oktober 1990 di usia 83 tahun, setelah pensiun dari dinas aktif Angkatan Udara Amerika Serikat selama 25 tahun.


Kiprah Strategic Air Command Pada Saat Perang Dingin

Motto Strategic Air Command yang tertulis pada Billboard tanda masuk ke Markas Strategic Air Command | Sumber Gambar: minotb52ufo.com
Motto Strategic Air Command yang tertulis pada Billboard tanda masuk ke Markas Strategic Air Command | Sumber Gambar: minotb52ufo.com

Strategic Air Command terus berkembang pesat di era Perang Dingin dan menjadi The Gatekeeper dari seluruh arsenal senjata nuklir Amerika Serikat dan Tonggak Utama dari Pencegahan dan Pengawasan Nuclear Triad Amerika Serikat. Seperti motto Strategic Air Command "Peace is Our Profession" yang bertugas utama guna menjaga perdamaian dan keamanan dunia dari serangan masal besar-besaran senjata nuklir.

Setelah Jenderal LeMay menjabat sebagai Wakil Kepala Staff Angkatan Udara pada tahun 1957, tongkat estafet komando Strategic Air Command diberikan kepada Jenderal Thomas S. Power yang sebelumnya sempat menjabat sebagai Deputy Komandan Strategic Air Command di bawah kepemimpinan Jenderal LeMay. 

Jenderal Power juga sempat menjabat sebagai Komandan Air Force System Command, salah satu divisi Angkatan Udara Amerika Serikat yang bergerak dalam bidang Research and Development guna mengembangkan Pesawat-Pesawat juga persenjataan dan peralatan terbaru dengan teknologi yang lebih canggih.

Pengganti Jenderal Curtis LeMay sebagai Komandan Strategic Air Command, Jenderal Thomas S. Power | Sumber Gambar: Getty Images 
Pengganti Jenderal Curtis LeMay sebagai Komandan Strategic Air Command, Jenderal Thomas S. Power | Sumber Gambar: Getty Images 

Di bawah kepemimpinan Jenderal Power, Strategic Air Command terus berkembang semakin pesat. Jenderal Power juga terus melanjutkan kebijakan-kebijakan di Strategic Air Command yang sudah diwarisi dari sejak kepemimpinan Jenderal LeMay, seperti rutinitas "Operational Readiness Inspection" dan "Red Alert Training Exercise" yang terus dilaksanakan di Strategic Air Command.

Ketika Jenderal Power memimpin Strategic Air Command, Jenderal Power yang notabene pernah bergerak pada bidang pengembangan teknologi-teknologi canggih dan terbaru untuk Angkatan Udara Amerika Serikat, lebih banyak mengalihkan pembangunan Strategic Air Command dengan menggunakan teknologi-teknologi yang lebih modern.

Salah satu yang proyek yang ditekankan oleh Jenderal Power adalah, proyek pembuatan rudal-rudal dan missile ballistic yang akan menjadi moda transport utama pembawa bom berhulu ledak nuklir. Walaupun pesawat-pesawat bomber strategis masih terus menjadi tonggak utama dari moda transport pembawa senjata nuklir.

Medium-Range Ballistic Missile PGM-19 Jupiter | Sumber Gambar: af.mil
Medium-Range Ballistic Missile PGM-19 Jupiter | Sumber Gambar: af.mil

Pada 18 Maret 1957, Strategic Air Command mendirikan divisi terbaru yaitu "1st Missile Division" yang bertugas untuk pengoperasi Missile Ballistic. Pada tahun berikutnya, 1958 Angkatan Udara Amerika Serikat memperkenalkan missile ballistic pertama mereka yaitu PGM-17 Thor dan juga medium-range ballistic missile atau rudal balistik jarak menengah pertama mereka yaitu PGM-19 Jupiter, sebagai moda transport pembawa senjata nuklir terbaru mereka.

Intercontinental Ballistic Missile LGM-25C Titan II | Sumber Gambar: af.mil
Intercontinental Ballistic Missile LGM-25C Titan II | Sumber Gambar: af.mil

Pada tahun berikutnya, 1959 Angkatan Udara Amerika Serikat kembali memperkenalkan ballistic missile terbaru mereka sebagai moda transport pembawa senjata nuklir yang lebih baru dan lebih canggih. 

Ballistic Missile kali ini merupakan intercontinental ballistic missile atau rudal balistik antarbenua yang mampu menjelajah seluruh belahan dunia dalam waktu yang cukup singkat melalui permukaan bumi dengan kekuatan jelajah yang lebih unggul. 

Ballistic Missile pertama Angkatan Udara Amerika Serikat adalah SM-65 Atlas yang mulai beroperasi pada Oktober 1959 dan disusul dengan LGM-25C Titan II yang mulai beroperasi 3 tahun kemudian pada tahun 1962. Dengan dilengkapinya persenjataan-persenjataan dengan teknologi yang lebih canggih, Strategic Air Command pun menjadi jauh lebih kuat dan besar dari sebelumnya.

Namun pembangunan Strategic Air Command di bawah era Jenderal Power juga tidak hanya terpusat pada satu bidang senjata saja. Jenderal Power juga terus mempusatkan pengembangan pada kekuatan armada pesawat-pesawat bomber strategis.

Pesawat Bomber Strategis pertama yang mampu terbang hingga dua kali kecepatan suara, Convair B-58 Hustler | Sumber Gambar: naragetarchive
Pesawat Bomber Strategis pertama yang mampu terbang hingga dua kali kecepatan suara, Convair B-58 Hustler | Sumber Gambar: naragetarchive

Pada tahun 1960 Strategic Air Command kembali mendapatkan Pesawat Bomber Strategis yang terbaru, yaitu Convair B-58 Hustler yang merupakan pesawat bomber strategis pertama yang mampu terbang dengan kecepatan Mach 2 atau dua kali kecepatan suara.

Pesawat Bomber Strategis General Dynamics F-111 Aardvark | Sumber Gambar: military-today.com
Pesawat Bomber Strategis General Dynamics F-111 Aardvark | Sumber Gambar: military-today.com

Tujuh tahun kemudian pada tahun 1967, Strategic Air Command juga kembali mendapatkan pesawat bomber strategis terbaru yaitu General Dynamics F-111 Aardvark yang merupakan pesawat bomber strategis pertama yang dapat terbang dengan kecepatan supersonic.

Kekuatan Strategic Air Command rupanya tidak hanya berpusat pada pengendalian dan pengoperasian senjata nuklir, tetapi juga pada pengawasan dan pengintaian guna mengobservasi gerak-gerik negara musuh yang memiliki senjata nuklir dan berpotensi menjadi ancaman.

Hal ini dilakukan pasca peristiwa "Cuban Missile Crisis" atau Krisis Missile Kuba pada tahun 1962, di mana pesawat mata-mata Amerika Serikat Lockheed U-2 memergoki Uni Soviet yang sedang membangun instalasi missile ballistic di Kuba dan membawa hubungan Amerika Serikat dan Uni Soviet pada ujung tanduk, bahkan nyaris memicu Perang Nuklir dan Perang Dunia ketiga.

Lockheed SR-71 Blackbird yang mampu terbang hingga 3 kali kecepatan suara dan merupakan pesawat tercepat di dunia | Sumber gambar: stratcom.mil
Lockheed SR-71 Blackbird yang mampu terbang hingga 3 kali kecepatan suara dan merupakan pesawat tercepat di dunia | Sumber gambar: stratcom.mil

Maka untuk itu Strategic Air Command juga mendirikan "Strategic Reconnaissance Squadron" yang bertugas untuk mengawasi gerak gerik negara-negara musuh yang memiliki senjata nuklir. 

Guna melengkapi kekuatan Strategic Reconnaissance Squadron, Strategic Air Command juga mendapatkan pesawat pengintai terbaru yaitu Lockheed SR-71 Blackbird sebagai penyeimbang dari pesawat pengintai yang sebelumnya Lockheed U-2 Dragon Lady.

SR-71 memang memiliki teknologi keccanggihan yang lebih unggul dibanding yang memang mampu terbang dengan ketinggian jelajah yang lebih tinggi. SR-71 dilengkapi dengan kecepatan supersonic dan dapat terbang dengan kecepatan Mach 3 lebih atau lebih dari tiga kali kecepatan suara dan mampu terbang dengan ketinggian jelajah yang cukup tinggi hingga mencapai permukaan bumi dan juga dilengkapai dengan teknologi "Stealth" atau siluman yang membuatnya susah di deteksi oleh radar musuh. 

Tidak heran jika hal tersebut memungkinkan SR-71 untuk melakukan misi reconnaissance atau pengintaian yang cukup efektif melihat teknologi-teknologi canggih yang dimiliki SR-71.

Pesawat Komando Udara Boeing EC-135 Looking Glass | Sumber Gambar: stratcom.mil
Pesawat Komando Udara Boeing EC-135 Looking Glass | Sumber Gambar: stratcom.mil

Di sisi lain, salah satu pesawat tanker Boeing KC-135 Stratotanker milik Strategic Air Command juga diubah kegunaannya dan disulap menjadi pesawat "Airborne Command Post" atau pesawat komando udara. Pesawat ini bertugas untuk menjadi pusat komando Strategic Air Command di udara dan juga digunakan menjadi pusat komando utama ketika terjadi serangan pada markas Strategic Air Command.

Ruang Pusat Komando dan Kendali dari Pesawat Boeing EC-135 Looking Glass | Sumber Gambar: stratcom.mil
Ruang Pusat Komando dan Kendali dari Pesawat Boeing EC-135 Looking Glass | Sumber Gambar: stratcom.mil

Pesawat KC-135 Stratotanker ini juga dirubah namanya menjad Boeing EC-135 Looking Glass. Beberapa unit EC-135 Looking Glass milik Strategic Air Command selalu mengudara setiap saat guna memantau setiap gerak-gerik senjata nuklir di seluruh dunia dan juga dilengkapi dengan teknologi mid-air refuelling guna mengisi bahan bakar selama di udara dan memungkinkan EC-135 Looking Glass untuk terbang dalam jangka waktu yang cukup lama.

Di bawah kepemimpinan Jenderal Thomas S. Power, Jenderal Power juga menginisiasikan Operation Chrome Dome. Operation Chrome Dome yang berlangsung dari tahun 1960 hingga 1968 merupakan misi di mana pesawat bomber strategis Boeing B-52 Stratofortress yang dilengkapi dengan senjata thermonuclear terus mengudara dalam jangka waktu yang lama dan tetap dalam kondisi waspada, serta menerbangkannya pada route titik-titik di perbatasan Uni Soviet.

Armada Pesawat Bomber Strategis Boeing B-52 Stratofortress Strategic Air Command ketika Operation Chrome Dome | Sumber Gambar: af.mil
Armada Pesawat Bomber Strategis Boeing B-52 Stratofortress Strategic Air Command ketika Operation Chrome Dome | Sumber Gambar: af.mil

Pesawat-pesawat bomber strategis Boeing B-52 Stratofortress ini ditempatkan di pangkalan-pangkalan crucial Strategic Air Command seperti di Pangkalan Udara Sheppard di Texas dan Barksdale di Louisiana. Setelah itu pesawat bomber strategis Boeing B-52 Stratofortress yang dilengkapi senjata thermonuclear ini akan terbang menuju perairan Atlantik melalui New England, di mana nantinya pesawat bomber strategis Boeing B-52 Stratofortress akan melakukan pengisian bahan bakar dari pesawat tanker Boeing KC-135 Stratotanker di atas perairan Atlantik. 

Setelah itu pesawat bomber strategis Boeing B-52 Stratofortress akan mengubah arahnya dan terbang menuju laut barat di atas Teluk Baffin menuju Pangkalan Udara Thule yang terletak di Greenland dan melanjutkan arah ke Alaska. 

Setelah itu pesawat bomber strategis Boeing B-52 Stratofortress akan melakukan pengisian bahan bakar dari pesawat tanker Boeing KC-135 Stratotanker di atas lautan Pasifik sebelum menuju Alaska dan melanjutkan penerbangan ke Pangkalan tempat mereka lepas landas di awal, antara Pangkalan Sheppard di Texas atau Barksdale di Louisiana.

Operation Chrome Dome ini digagas guna memprakarsai program "Airborne-Alert Duty" pada armada-armada pesawat bomber strategis Boeing B-52 Stratofortress. 

Hal ini dilaksanakan agar armada-aramada pesawat bomber strategis Boeing B-52 Stratofortress dapat terbang di titik-titik luar Uni Soviet dan memberikan kemampuan dan kesiapan dalam mengantisipasi apa yang disebut "First-Strike" atau serangan pertama yang dilakukan oleh negara-negara yang tergolong musuh dan memiliki senjata nuklir dan mampu melakukan "retaliation strike" atau "serangan pembalasan" yang lebih cepat jika terjadi perang nuklir atau konflik yang lebih besar. 

Pada tahun 1966 armada-armada pesawat bomber strategis Boeing B-52 Stratofortress Strategic Air Command, melakukan misi penerbangan terpisah dalam Operation Chrome Dome, di mana beberapa diterbangkan menuju arah timur dan melintasi Samudera Atlantik dan perairan Mediterania dan yang satu lagi diterbangkan menuju arah utara melintasi Alaska dan melintasi Samudera Pasifik.


Kiprah Strategic Air Command Ketika Perang Vietnam (1965 -- 1975)

Boeing B-52 Stratofortress dan Boeing KC-135 Stratotanker di Pangkalan U-Tapao Thailand ketika Perang Vietnam | Sumber Gambar: naragetarchive
Boeing B-52 Stratofortress dan Boeing KC-135 Stratotanker di Pangkalan U-Tapao Thailand ketika Perang Vietnam | Sumber Gambar: naragetarchive

Pada saat Perang Vietnam yang beralngsung dari tahun 1965 hingga 1975, Strategic Air Command juga memainkan peran yang cukup signifikan pada saat Perang Vietnam. Terutama melihat kebijakan-kebijakan yang banyak diambil ketika perang Vietnam, yaitu adalah pengeboman daerah-daerah yang merupakan titik penting di daerah Vietnam Utara.

Namun pada awal dimulainya pengeboman di wilayah-wilayah Vietnam Utara, ketika Operation Rolling Thunder yang berlangsung dari tahun 1965 hingga 1968, Strategic Air Command tidak banyak terlibat pada saat operasi tersebut. Hal itu dikarenakan Pemerintahan Presiden Lyndon Johnson pada waktu itu enggan melibatkan pesawat-pesawat bomber strategis besar pada saat Operation Rolling Thunder. 

Menurut Department Pertahanan pada waktu itu, melibatkan pesawat-pesawat bomber strategis besar seperti Boeing B-52 Stratofortress dapat menunjukan secara terang-terangan jika Amerika Serikat berniat meningkatkan eskalasi Perang di Vietnam. 

Sedangkan kebijakan yang diambil Presiden Lyndon Johnson adalah "Gradually Retaliation" atau Serangan Balasan secara bertahap, pasca insiden Teluk Tonkin pada tahun 1964, di mana Kapal Destroyer Amerika Serikat U.S.S. Maddox diserang oleh kapal patroli torpedo Vietnam Utara.

Pesawat Tanker Boeing KC-135 Stratotanker Strategic Air Command ketika Operation Rolling Thunder pada tahun 1967 | Sumber Gambar: mcconnell.af.mil
Pesawat Tanker Boeing KC-135 Stratotanker Strategic Air Command ketika Operation Rolling Thunder pada tahun 1967 | Sumber Gambar: mcconnell.af.mil

Walaupun belum terlibat secara keseluruhan pada saat Perang Vietnam, namun banyak pesawat-pesawat Strategic Air Command seperti Boeing B-52 Stratofortress dan Boeing KC-135 Stratotanker yang dikerahkan ke wilayah Asia Tenggara. Terutama pesawat-pesawat tanker Boeing KC-135 Stratotanker milik Strategic Air Command yang memberi bantuan pengisian bahan bakar di udara untuk pesawat-pesawat tempur yang dilibatkan pada Operation Rolling Thunder. 

Pada saat Perang Vietnam, armada Pesawat-Pesawat Strategic Air Command banyak yang ditempatkan di Pangkalan Andersen, Guam dan juga Pangkalan U-Tapao di Thailand. Pangkalan U-Tapao juga menjadi basis utama Strategic Air Command di Asia Tenggara.

Pesawat Bomber Strategis B-52 Stratofortress ketika melakukan pengeboman di Kamboja pada saat Operation Menu, 1969 | Sumber Gambar: militarytoday.com
Pesawat Bomber Strategis B-52 Stratofortress ketika melakukan pengeboman di Kamboja pada saat Operation Menu, 1969 | Sumber Gambar: militarytoday.com

Keterlibatan Strategic Air Command yang lebih dalam pada saat Perang Vietnam dimulai ketika Presiden Richard Nixon mengambil keputusan untuk melakukan pengeboman secara rahasia terhadap Kamboja, pada operasi yang dinamakan "Operation Menu" yang berlangsung dari tahun 1969 hingga 1970. 

Pada waktu itu beberapa unit pesawat bomber strategis B-52 Stratofortress melakukan pengeboman ke beberapa wilayah di Kamboja, karena diduga menjadi tempat persembunyian gerilyawan Vietcong dan Pasukan Vietnam Utara dan juga pasukan komunis Kamboja, Khmer Merah.

Keberlangsungan Operation Menu memang cukup rahasia dan tidak banyak yang tahu mengenai skala dari operasi ini. Terutama karena Operasi ini tergolong sebagai "Classified." Baru pada tahun 2000, ketika Presiden Bill Clinton men-deklasifikasi operasi inilah, keterlibatan Amerika Serikat ketika Operation Menu atau pengeboman rahasia di Kamboja mulai banyak diketahui.

Pesawat Bomber Strategis F-111 Aardvark dan Pesawat Tanker KC-135 Stratotanker ketika Operasi Linebacker pada tahun 1972 | Sumber Gambar: key.aero
Pesawat Bomber Strategis F-111 Aardvark dan Pesawat Tanker KC-135 Stratotanker ketika Operasi Linebacker pada tahun 1972 | Sumber Gambar: key.aero

Setelah itu keterlibatan nyata Strategic Air Command pada saat Perang Vietnam mulai terlihat ketika Operation Linebacker yang berlangsung pada dari 9 Mei 1972 hingga 23 Oktober 1972. Operation Linebacker merupakan pengeboman dalam skala besar yang diambil oleh pemerintahan Presiden Richard Nixon, guna mendorong Vietnam Utara untuk maju ke meja perundingan untuk perdamaian dan mengakhiri Perang Vietnam.

Ketika Operation Linebacker, beberapa unit armada pesawat bomber strategis B-52 Stratofortress Strategic Air Command terlibat dalam pengeboman di beberapa wilayah di Vietnam Utara. Tidak hanya pesawat bomber strategis B-52 Stratofortress, tetapi pesawat Tanker Boeing KC-135 Stratotanker juga dilibatkan guna mensupport pengisian bahan bakar di udara untuk pesawat-pesawat baik pesawat bomber strategis maupun pesawat tactical-fighter yang digunakan pada saat Operation Linebacker. 

Namun sayangnya pengeboman tersebut sepertinya dilihat belum membuahkan hasil dan kubu Vietnam Utara masih menolak untuk perunding di meja perundingan untuk mengakhiri Perang Vietnam. Alhasil Presiden Richard Nixon pun melancarkan Operation Linebacker yang kedua.

Pesawat Bomber Strategis B-52 Stratofortress Strategic Air Command ketika melakukan pengeboman pada saat Operasi Linebacker II | Sumber Gambar: af.mil
Pesawat Bomber Strategis B-52 Stratofortress Strategic Air Command ketika melakukan pengeboman pada saat Operasi Linebacker II | Sumber Gambar: af.mil

Operation Linebacker yang kedua berlangsung dari 18 Desember hingga 29 Desember 1972 atau juga dikenal sebagai "Christmas Bombing" ini juga melibatkan Strategic Air Command lebih dalam lagi pada Perang Vietnam ini. Pesawat-Pesawat Bomber Strategis milik Strategic Air Command, terutama B-52 Stratofortress, banyak yang dikerahkan guna mengebom wilayah-wilayah penting di Vietnam Utara. Namun sayangnya salah satu Pesawat Bomber Strategis B-52 Stratofortress tertembak jatuh oleh rudal surface-to-air missiles atau SAM milik Vietnam Utara dan terjatuh di wilayah Ibu Kota Vietnam Utara, Hanoi.

Keterlibatan Amerika di Vietnam pun mulai berkurang pasca perjanjian genjatan senjata Paris Peace Accord pada Januari 1973. Pasca perjanjian Paris Peace Accord, pasukan combat Amerika pun mulai ditarik mundur dari Vietnam dan hanya menyisakan beberapa pasukan penasihat di Vietnam Selatan. Juga ditariknya pesawat-pesawat tempur Angkatan Udara Amerika Serikat dari Vietnam Selatan, termasuk pesawat-pesawat bomber strategis Strategic Air Command dari pangkalan-pangkalan di wilayah Asia Tenggara dan sekitarnya, seperti di U-Tapao.

B-52 Stratofortress meninggalkan pangkalan U-Tapao Thailand untuk terakhir kalinya pasca berakhirnya Perang Vietnam, 1975 | Sumber Gambar: af.mil
B-52 Stratofortress meninggalkan pangkalan U-Tapao Thailand untuk terakhir kalinya pasca berakhirnya Perang Vietnam, 1975 | Sumber Gambar: af.mil

Perang Vietnam resmi berakhir pada akhir April tahun 1975 ketika ibukota Vietnam Selatan, Saigon, jatuh ke tangan pasukan Vietnam Utara dan menandai berakhirnya Perang Vietnam dan juga negara Vietnam Selatan. Dengan berakhirnya Perang Vietnam, maka berakhir pula lah misi Strategic Air Command di Perang Vietnam dan wilayah Asia Tenggara.

Strategic Air Command Pasca Perang Vietnam dan Dtente

B-52 Stratofortress Strategic Air Command ketika lepas landas dari Pangkalan Barksdale, Louisiana | Sumber Gambar: historyonthenet.com
B-52 Stratofortress Strategic Air Command ketika lepas landas dari Pangkalan Barksdale, Louisiana | Sumber Gambar: historyonthenet.com

Berakhirnya Perang Vietnam juga ditandai dengan dimulainya perbaikan hubungan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Hal ini ditandai dengan dimulainya kebijakan yang disebut sebagai "Dtente" atau relaksasi dari hubungan yang tegang di bawah Pemerintahan Presiden Richard Nixon. Salah satunya adalah dengan dimulainya pembicaraan dan negosiasi "Strategic Arms Limitation Talk" atau yang biasa disingkat dengan "SALT" atau negosiasi pembicaraan untuk pengurangan senjata-senjata strategis yaitu Senjata Nuklir.

Namun di sisi lain walaupun kebijakan Dtente sudah dimulai, tetapi pihak Amerika Serikat tidak ingin juga terlihat lemah di mata Uni Soviet. Maka dari itu, kekuatan Strategic Air Command juga terus dipertahankan guna menjaga jika terjadi serangan nuklir secara masal kelak di kemudian hari. 

Presiden Amerika Serikat Jimmy Carter ketika melakukan kunjungan ke Markas Strategic Air Command pada tahun 1977 | Sumber Gambar: Getty Images
Presiden Amerika Serikat Jimmy Carter ketika melakukan kunjungan ke Markas Strategic Air Command pada tahun 1977 | Sumber Gambar: Getty Images

Langkah-langkah yang diambil guna mempertahankan kekuatan Strategic Air Command adalah, memperbarui kembali beberapa perlengkapan-perlengkapan dari Strategic Air Command seperti pesawat bomber strategis dan juga missile ballistic. Selain itu perlengkapan-perlengkapan guna memonitor pergerakan senjata-senjata Strategis di Markas Strategic Air Command di Pangkalan Offut, Omaha, Nebraska juga diperbarui dengan perlengkapan teknologi terkini.

Submarine-Launched Ballistic Missiles UGM-133A Trident II | Sumber Gambar: defense.gov
Submarine-Launched Ballistic Missiles UGM-133A Trident II | Sumber Gambar: defense.gov

Selain itu, Angkatan Udara Amerika Serikat juga melakukan kerjasam dengan Angkatan Laut guna mengintegerasi submarine-launched ballistic missiles atau missile ballistic yang diluncurkan dari Kapal Selam yang juga merupakan bagian dari Nuclear Triad atau Segitiga Nuklir dengan Strategic Air Command. 

Beberapa submarine-launched ballistic missiles seperti Polaris dan Trident, sebelumnya berada penuh di bawah kendali Angkatan Laut Amerika Serikat. Namun sekarang Angkatan Udara Amerika Serikat dan Angkatan Laut Amerika Serikat bekerjasama guna mengendalikan Polaris dan Trident submarine-launched ballistic missiles di bawah kendali Strategic Air Command.

Personil Angkatan Udara Amerika Serikat yang bertugas di Strategic Air Command ketika latihan Red Alert Global shield | Sumber Gambar: naragetarchive
Personil Angkatan Udara Amerika Serikat yang bertugas di Strategic Air Command ketika latihan Red Alert Global shield | Sumber Gambar: naragetarchive

Latihan Red Alert dan siap siaga Strategic Air Command yang sekarang dikenal dengan sebutan "Global Shield" juga terus dilaksanakan secara rutin. Pada Tahun 1975 kekuatan Strategic Air Command mencakup beberapa unit armada Bomber Strategis B-52 Stratofortress dan F-111 Aardvark dan juga beberapa unit missile ballistic antarbenua atau Intercontinental Ballistic Missile seperti Minuteman dan Titan. 

Sedangkan beberapa pesawat bomber strategis sudah mulai dipensiunkan, seperti Boeing B-47 Stratojet yang sudah mulai dipensiunkan pada tahun 1969 dan Convair B-58 Hustler yang juga sudah mulai dipensiunkan pada tahun 1970.

Pesawat Bomber Strategis Rockwell B-1 Lancer | Sumber Gambar: stratcom.mil 
Pesawat Bomber Strategis Rockwell B-1 Lancer | Sumber Gambar: stratcom.mil 

Pada tahun 1974, Strategic Air Command kembali mendapatkan pesawat bomber strategis terbaru. Pesawat Bomber Strategis yang terbaru kali ini bernama Rockwell B-1 Lancer yang juga dilengkapi dengan kecepatan supersonic yang memungkinkannya untuk menjangkau hampir seluruh penjuru dunia dalam waktu yang cukup singkat.

Proyek B-1 Lancer ini memang digagas guna mengganti pesawat bomber strategis Convair B-58 Hustler yang sudah obsolete. Pesawat Bomber Strategis Rockwell B-1 Lancer mampu terbang mencapai kecepatan 2,2 Mach lebih atau dua kali kecepatan suara dan juga dilengkapi dengan sistem persenjataan yang lebih canggih dibanding B-58 Hustler.

Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld setelah melakukan Penerbangan uji coba pada Pesawat B-1 Lancer | Sumber Gambar: defense.gov
Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld setelah melakukan Penerbangan uji coba pada Pesawat B-1 Lancer | Sumber Gambar: defense.gov

Melihat kemampuan dan teknologi yang dimiliki oleh Pesawat B-1 Lancer, membuat pemerintahan Presiden Gerald Ford, pengganti Presiden Richard Nixon, semakin menekan Senate dan Kongress untuk mengeluarkan anggaran guna proyek pembuatan pesawat B-1 Lancer yang mampu memberi kekuatan pesawat bomber strategis yang paling unggul di seluruh dunia pada saat itu. 

Bahkan guna meyakinkan Senate dan Kongress Amerika Serikat, Menteri Pertahanan Amerika Serikat pada waktu itu, Donald Rumsfeld, menguji coba sendiri prototype dari pesawat B-1 Lancer ini guna metakinkan Senate dan Kongress agar mau memberikan anggaran untuk proyek pesawat B-1 Lancer ini. Rumsfeld yang notabene seorang pilot dan penerbang di Angkatan Laut Amerika Serikat pun menguji coba dengan menerbangkan sendiri pesawat B-1 Lancer ini.

Namun sayangnya, Gerald Ford kalah dalam Pemilu Presiden tahun 1976 dan digantikan oleh Jimmy Carter yang menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat pada 20 Januari 1977. Kekalahan Ford dan naiknya Carter ke kursi Kepresidenan Amerika Serikat, menyebabkan gugurnya Proyek Pesawat Bomber Strategis B-1 Lancer ini karena menurut Pemerintahan Presiden Jimmy Carter, anggaran untuk Proyek Pesawat Bomber Strategis B-1 Lancer ini dinilai terlalu tinggi dan mahal, sehingga menyebabkan Pemerintahan Presiden Jimmy Carter memutuskan untuk membatalkannya. 

Tetapi Proyek Pesawat Bomber Strategis B-1 Lancer kembali dihidupkan pada tahun 1981, ketika Ronald Reagan naik ke kursi Kepresidenan Amerika Serikat setelah mengalahkan Jimmy Carter pada pemilu tahun 1980 dan Pesawat Bomber Strategis Rockwell B-1 Lancer mulai terbang dengan Angkatan Udara Amerika Serikat di bawah yurisdiksi Strategic Air Command pada 1 Oktober 1986.

Pesawat Airborne Command Post Strategic Air Command yang terbaru, Boeing E-4B Nightwatch | Sumber Gambar: defense.gov
Pesawat Airborne Command Post Strategic Air Command yang terbaru, Boeing E-4B Nightwatch | Sumber Gambar: defense.gov

Selain Pesawat Bomber Strategis baru, Strategic Air Command juga mendapatkan Airborne Command Post yang terbaru. Pesawat Airborne Command Post yang terbaru merupakan modifikasi dari Pesawat Boeing 747-200, yang mana pesawat Airborne Command Post yang sebelumnya, Boeing EC-135 Looking Glass merupakan modifikasi dari Pesawat Boeing 367-80 atau yang merupakan pesawat design awal dari Boeing 707.

Pesawat Airborne Command Post Strategic Air Command yang terbaru dinamai "Boeing E-4B Nightwatch" dan dilengkapi dengan pelindung anti ledakan nuclear. Tidak heran jika pesawat ini juga sering diberi julukan "The Doomsday Plane" dan juga dijadikan tempat perlindungan Presiden Amerika Serikat dan beberapa anggota kabinetnya jika kelak terjadi serangan nuklir berskala besar dan masal.

Pesawat Tanker Strategic Air Command terbaru, Boeing KC-10 Extender | Sumber Gambar: naragetarchive
Pesawat Tanker Strategic Air Command terbaru, Boeing KC-10 Extender | Sumber Gambar: naragetarchive

Pada tahun 1981, Strategic Air Command juga mendapatkan pesawat tanker yang terbaru yaitu Boeing KC-10 Extender yang merupakan modifikasi dari Pesawat McDonnell Douglas DC-10. Pesawat tanker KC-10 Extender ini memiliki body fuselage yang lebih besar, sehingga selain kegunaannya sebagai pesawat tanker, KC-10 Extender juga dapat digunakan untuk menjadi pesawat moda transport untuk membawa personnil angkatan udara dan juga logistik.

Intercontinental Ballistic Missile yang terbaru, LGM-118A Peacekeeper | Sumber Gambar: militarytoday.com
Intercontinental Ballistic Missile yang terbaru, LGM-118A Peacekeeper | Sumber Gambar: militarytoday.com

Di tahun 1986 perlengkapan Intercontinental Ballistic Missile Strategic Air Command juga bertambah dengan ditambahnya missile LGM-118A Peacekeeper pada arsenal missile Ballistic Strategic Air Command. Missile LGM-118A Peacekeeper ini menjadi pengganti untuk Missile LGM-25C Titan II yang dipensiunkan pada tahun 1987.

Pesawat Bomber Strategis terbaru yang dilengkapi teknologi
Pesawat Bomber Strategis terbaru yang dilengkapi teknologi "Stealth" atau siluman, Northrop-Grumman B-2 Spirit | Sumber Gambar: stratcom.mil

Pada tahun 1988 atas gagasan dari beberapa scientist di Department Pertahanan, Angkatan Udara Amerika Serikat memulai proyek untuk mengembangkan pesawat berteknologi stealth atau siluman untuk Pesawat Bomber Strategis dan juga Pesawat Tactical Fighter. Atas gagasan inilah proyek untuk Pesawat Bomber Strategis berteknologi Stealth pun dimulai, yaitu proyek B-2 Spirit. 

Pesawat Northrop-Gruman B-2 Spirit yang berkecepatan subsonic ini dilengkapi dengan teknologi siluman yang mampu menembus pertahanan musuh dengan mudah. Selain itu Pesawat Northrop Grumman B-2 Spirit juga dilengkapi dengan senjata dengan teknologi terkini yang lebih canggih, seperti Joint Direct Attack Munition atau Amunisi Serangan Langsung Gabungan dan juga bom berpemandu GPS.

Hingga hari ini B-2 Spirit juga diakui sebagai satu-satunya pesawat siluman yang dapat membawa senjata serangan udara ke area musuh dalam ketinggian jelajah yang tinggi tanpa dapat terdeteksi hampir sama sekali oleh radar-radar musuh. 

Northrop Gurman B-2 Spirit terbang perdana pada tahun 1989 dan direncanakan akan beroperasi di bawah yurisdiksi Strategic Air Command. Namun sayangnya karena masalah anggaran, Pesawat Bomber Strategis Northrop-Gruman B-2 Spirit baru mulai beroperasi di Angkatan Udara Amerika Serikat pada tahun 1997.


Strategic Air Command Pasca Berakhirnya Perang Dingin

Pesawat Tanker Boeing KC-135 Stratotanker tengah mengisi Bahan Bakar Pesawat Bomber Strategis B-1 Lancer | Sumber Gambar: airforcemag.com
Pesawat Tanker Boeing KC-135 Stratotanker tengah mengisi Bahan Bakar Pesawat Bomber Strategis B-1 Lancer | Sumber Gambar: airforcemag.com

Pada akhir tahun 1991, Negara Kesatuan Uni Soviet pada akhirnya dibubarkan dan hal ini pun menandai berakhirnya Perang Dingin. Berakhirnya Perang Dingin pula menjadi babak awal bagi Amerika Serikat yang sekarang menjadi satu-satunya negara adikuasa di dunia. Lantas bagaimana-kah dengan nasib Strategic Air Command pasca berakhirnya Perang Dingin?

Pada tahun 1992 sebagai bagian dari reorganisasi dan revitalisasi pasca-Perang Dingin, Strategic Air Command pun dirubah statusnya dari yang sebelumnya adalah Major-Command atau Divisi Komando Utama Angkatan Udara Amerika Serikat, menjadi Unified Combatant Command atau Komando Kombatan Gabungan. 

Unified Combatant Command sendiri adalah komando militer dan komponen dari Department Pertahanan Amerika Serikat yang terdiri dari unit-unit dari beberapa branch Angkatan Bersenjata Amerika Serikat.

Logo Strategic Command | Sumber Gambar: stratcom.mil
Logo Strategic Command | Sumber Gambar: stratcom.mil

Nama Strategic Air Command pun dirubah menjadi Strategic Command dan singkatannya yang dulu dikenal sebagai "SAC" sekarang lebih dikenal dengan singkatan "STRATCOM" sebagai singkatan terbaru. 

Jika dulu Strategic Air Command lebih banyak beranggotakan personil-personil dari Angkatan Udara Amerika Serikat, sekarang Strategic Command beranggotakan personil-personil dari beberapa branch Angkatan Bersenjata Amerika Serikat yang berbeda seperti dari Angkatan Laut dan juga Marine.

Gedung General Curtis LeMay atau Markas Pusat dari Strategic Command yang terbaru pada tahun 2019 | Sumber Gambar: stratcom.mil
Gedung General Curtis LeMay atau Markas Pusat dari Strategic Command yang terbaru pada tahun 2019 | Sumber Gambar: stratcom.mil

Strategic Command juga masih bermarkas di Pangkalan Udara Offutt di Omaha, Nebaraska dan pusat komando juga bunker Strategic Air Command juga masih digunakan di bawah kendali Strategic Command. Pada tahun 2019 Strategic Command mendapatkan gedung markas pusat yang terbaru dan kembali dinamai "General Curtis LeMay Building" guna menghormati jasa-jasa Jenderal Curtis LeMay dalam membangun kekuatan Strategic Air Command.

Tetapi pada tahun 2009 Department Angkatan Udara Amerika Serikat kembali membentuk Major-Command yang bertugas untuk mengendalikan pesawat-pesawat bomber strategis dan missile-missile Ballistic, terutama Intercontinental Ballistic Missile. Pembentukan Major-Command ini dikarenakan pasca insiden di tahun 2007 di mana pesawat bomber Strategis B-52 Stratofortress yang lepas landas dari Pangkalan Minot di North Dakota tanpa disadari dilengkapi dengan senjata nuklir aktif dan juga insiden di tahun 2008, di mana beberapa bagian dari missile ballistic antar-benua LGM-30 Minuteman secara tidak sengaja dikirim melalui kapal ke Taiwan dan hampir menimbulkan konflik dengan China akibat salah duga akan pengiriman missile berhulu ledak nuklir tersebut ke Taiwan yang merupakan negara musuh utama China. Insiden ini juga menyebabkan Menteri Angkatan Udara Amerika Serikat Michael Wynne dan Kepala Staff Angkatan Udara Amerika Serikat T. Michael Moseley dipecat dari jabatannya.

Logo dari Air Force Global Strike Command | Sumber Gambar: afgsc.af.mil
Logo dari Air Force Global Strike Command | Sumber Gambar: afgsc.af.mil

Major Command Angkatan Udara Amerika Serikat yang terbaru ini diberi nama "Air Force Global Strike Command" dan bertugas dalam mengendalikan seluruh arsenal senjata nuklir Amerika Serikat yang berada di bawah kendali Angkatan Udara Amerika Serikat seperti armada pesawat bomber strategis dan juga missile-missile ballistic.


Strategic Air Command di Popular Culture

Aktor Frank Lovejoy berperan sebagai Jenderal Ennis C. Hawkes pada film Strategic Air Command tahun 1955 | Sumber Gambar: dvdbeaver.com
Aktor Frank Lovejoy berperan sebagai Jenderal Ennis C. Hawkes pada film Strategic Air Command tahun 1955 | Sumber Gambar: dvdbeaver.com

Kejayaan Strategic Air Command pada era Perang Dingin rupanya tidak lepas dari perhatian industri entertaiment terbesar di dunia yaitu Hollywood. Tidak heran jika Hollywood me-release beberapa film yang bertemakan tentang Strategic Air Command. Film-film Hollywood yang bertemakan tentang Strategic Air Command juga melibatkan langsug personil Angkatan Udara Amerika Serikat dalam proses produksi.

Film Hollywood pertama mengenai Strategic Air Command di release pada tahun 1955 dengan judul yang sama, yakni? Strategic Air Command. Film Strategic Air Command tahun 1955 ini bercerita mengenai kegiatan operational Pesawat-Pesawat Bomber Strategis Angkatan Udara Amerika Serikat yang berada di bawah yurisdiksi Strategic Air Command yang pada waktu itu masih mencakup Convair B-36 Peacemaker dan Boeing B-47 Stratojet.

Aktor James Stewart (Kanan) dan Aktor Bruce Bennett (Kiri) sebagai pilot B-36 Peacemaker di film Strategic Air Command 1955 | Sumber Gambar: imdb.com
Aktor James Stewart (Kanan) dan Aktor Bruce Bennett (Kiri) sebagai pilot B-36 Peacemaker di film Strategic Air Command 1955 | Sumber Gambar: imdb.com

Bintang Film pemeran film Strategic Air Command tahun 1955 juga bukan-lah bintang film Hollywood biasa, melainkan seorang veteran pilot senior di Angkatan Udara Amerika Serikat yaitu James Stewart. Bahkan Stewart sendiri merupakan satu-satunya aktor di film tersebut yang memang memiliki skills dan dapat menerbangkan pesawat Convair B-36 Peacemaker.

James Stewart juga menjadi aktor Hollywood yang pernah menjabat di dinas militer dengan pangkat tertinggi, yaitu Brigadier Jenderal, di mana pada saat masih bertugas di Air Force Reserve atau unit cadangan Angkatan Udara Amerika Serikat, Stewart dinaikan pangkatnya dari Kolonel menjadi Brigadier Jenderal. Stewart juga sempat terbang di Boeing B-52 Stratofortress pada beberapa misi pada saat Perang Vietnam seperti pada saat Operasi Arc Light.

Film
Film "Fail-Safe" tahun 1964 yang mengambil latar di Pusat Komando Markas Besar Strategic Air Command | Sumber Gambar: themoviedb.org

Strategic Air Command juga menjadi latar dari film tahun 1964 berjudul "Fail-Safe" yang bercerita mengenai malfungsi dari system komunikasi di Markas Pusat Strategic Air Command, sehingga menyebabkan miskomunikasi pada beberapa armada pesawat bomber strategis B-58 Hustler. Akibat dari miskomunikasi ini-lah armada pesawat bomber strategis B-58 Hustler tersebut menerima pesan yang menurut para pilotnya merupakan perintah valid langsung dari Presiden Amerika Serikat guna menyerang ibukota Uni Soviet Moscow dengan senjata Nuklir.

Film
Film "A Gathering of Eagles" tahun 1963 yang menggambarkan latihan siaga UORI di Pangkalan Strategic Air Command | Sumber Gambar: themoviescene.co.uk

Serta Film tahun 1963 berjudul "A Gathering of Eagles" yang lebih berpusat dalam menceritakan operasional sehari-hari Strategic Air Command. A Gathering of Eagles juga menjadi film layar-lebar Hollywood pertama yang menggambarkan latihan red alert dari Strategic Air Command an juga "UORI" atau "Unnotice Operational Readiness Inspection" atau Inspeksi mendadak guna mengobservasi kesiapan di pangkalan dan instalasi Strategic Air Command.

Aktor Sterling Hayden yang berperan sebagai Brigadier Jenderal Jack D. Ripper yang Paranoid | Sumber Gambar: imdb.com
Aktor Sterling Hayden yang berperan sebagai Brigadier Jenderal Jack D. Ripper yang Paranoid | Sumber Gambar: imdb.com

Salah satu film mengenai Strategic Air Command yang paling terkenal adalah film "Dr. Strangelove or: How I Learned to Stop Worrying and Love the Bomb." Film ini menceritakan tentang seorang Jenderal paranoid bernama Brigadier Jenderal Jack D. Ripper, yang merupakan komandan salah satu pangkalan Strategic Air Command fiksi bernama Burpelson Air Force Base, yang memerintahkan armada-armada pesawat bomber Strategis B-52 Stratofortress untuk menyerang Uni Soviet tanpa sepengetahuan Presiden Amerika Serikat dan atasannya yang lain, akibat ketakutannya akan serangan dari Uni Soviet dan juga mempercayai bahwa saluran air minum Amerika Serikat juga secara diam-diam telah diracuni oleh pihak Uni Soviet.

Dalam Film Dr. Strangelove juga diceritakan bahwa pihak Uni Soviet secara diam-diam juga telah menciptakan suatu mesin yang dinamakan "Doomsday Machine" atau "Mesin Hari Kiamat" di mana jika terjadi serangan nuklir pada wilayah Uni Soviet, maka seluruh arsenal senjata nuklir Uni Soviet akan meluncur secara otomatis dan menghajar seluruh isi dunia secara membabi buta. 

Akibat dari ulah Jenderal Ripper tersebut dan mengetahui akan ranah bahaya yang akan terjadi pada seisi bumi jika doomsday mesin tersebut beroperasi, Presiden Amerika Serikat Merkin Muffley pun melakukan segala cara untuk mencegah aksi Ripper tersebut, dari memerintahkan penyerbuan militer terhadap pangkalan udara Burpelson sampai memberi tahu pihak Uni Soviet posisi dan keberadaan armada-armada pesawat bomber strategis B-52 Stratofortress yang diperintahkan untuk terbang dan menyerbu Uni Soviet oleh Jenderal Ripper. 

Walaupun aksi pencegahan Presiden Muffley tersebut berhasil, sayangnya salah satu pesawat B-52 Stratofortress ada yang berhasil terbang memasuki wilayah Uni Soviet dengan terbang secara rendah agar tidak terdeteksi oleh radar dan menjatuhkan bom berhulu ledak nuklir yang dimuatnya di salah satu pangkalan Uni Soviet sehingga menyebabkan Doomsday Machine Uni Soviet bekerja dan terjadi serangan nuklir masal di seluruh dunia.

Aktor Peter Sellers yang berperan sebagai Doctor Strangelove, seorang ilmuwan nuclear terkemuka dan mantan anggota Nazi | Sumber Gambar: thirteen.org
Aktor Peter Sellers yang berperan sebagai Doctor Strangelove, seorang ilmuwan nuclear terkemuka dan mantan anggota Nazi | Sumber Gambar: thirteen.org

Walaupun terdengar seperti film perang yang mengerikan, tetapi film Dr. Strangelove ini sebenarnya adalah film komedi bergenre "Political Satire" yang dibuat guna memperingatkan seluruh dunia akan bahayanya senjata nuklir. Keunikan dari film ini adalah, bintang utamanya Peter Sellers yang memerankan tiga karakter sekaligus dalam film ini, yakni? Sebagai Dr. Strangelove sendiri yang merupakan ilmuwan, berkursi roda, di bidang nuklir dan mantan anggota Nazi yang memberi masukan mengenai bahaya dari senjata nuklir, sebagai Presiden Merkin Muffley dan juga sebagai Group Captain Lionel Mandrake, seorang perwira Angkatan Udara Kerajaan Inggris yang ditugaskan di Pangkalan Udara Burpelson.

Pesawat Bomber Strategis Boeing B-52 Stratofortress di salah satu adegan di film Bomber B-52 tahun 1957 | Sumber Gambar: imdb.com
Pesawat Bomber Strategis Boeing B-52 Stratofortress di salah satu adegan di film Bomber B-52 tahun 1957 | Sumber Gambar: imdb.com

Film-film Hollywood lainnya yang melibatkan Strategic Air Command adalah, "Bombers B-52" yang merupakan film tahun 1957 yang menceritakan awal mula beroperasinya Boeing B-52 Stratofortress di Strategic Air Command. Dalam film ini diceritakan bagaimana kiprah Boeing B-52 Stratofortress pada saat awal-awal beroperasi di Angkatan Udara Amerika Serikat dan Strategic Air Command.

Film The Twilight Last Gleaming yang bercerita mengenai pembajakan salah satu instalasi missile Strategic Air Command | Sumber Gambar: imdb.com
Film The Twilight Last Gleaming yang bercerita mengenai pembajakan salah satu instalasi missile Strategic Air Command | Sumber Gambar: imdb.com

Strategic Air Command juga menjadi latar dari film "The Twilight Last Gleaming" yang di release pada tahun 1977. Film ini bercerita mengenai seorang Jenderal Angkatan Udara Amerika Serikat bernama Lawrence Dell, yang juga merupakan seorang residivis, membajak salah satu instalasi missile Strategic Air Command. Dell menuntut uang tembusan dan juga pesawat untuk Dell dan gerombolannya melarikan diri, jika tuntutan tersebut tidak terpenuhi, maka Dell akan meluncurkan salah satu missile Strategic Air Command.

Film By Dawn's Early Light yang menceritakan serangan masal nuklir yang terjadi di seluruh dunia | Sumber Gambar: dangerousuniverse.com
Film By Dawn's Early Light yang menceritakan serangan masal nuklir yang terjadi di seluruh dunia | Sumber Gambar: dangerousuniverse.com

Pada tahun 1990 saluran film kabel TV yang sangat terkenal, Home Box Office atau HBO, juga merilis film yang berlatar Strategic Air Command berjudul "By Dawn's Early Light" yang diperankan oleh James Earl Jones yang merupakan pengisi suara Darth Vader di Star Wars. Film ini juga bercerita mengenai serangan nuklir masal yang terjadi di tanah Amerika akibat dari missile berhulu ledak nuklir yang diluncurkan dari salah satu pangkalan N.A.T.O. di Turki ke kota di Uni Soviet yaitu Donetsk.

Sumber:

https://www.historyonthenet.com/history-of-the-strategic-air-command-sac

Lemay, Curtis Emerson (January 1, 1965). Mission with LeMay: My Story. Doubleday & Company. ISBN: 978-1299067783

https://www.stratcom.mil/About/History/

http://www.strategic-air-command.com/history/history-00.htm

Albertson, Trevor (May 15, 2019). Winning Armageddon: Curtis LeMay and Strategic Air Command 1948--1957. Naval Institute Press. ISBN: 978-1682474228

https://www.afgsc.af.mil/About/AFGSC-History/

Deaile, Melvin G. (April 15, 2018). Always at War: Organizational Culture in Strategic Air Command, 1946-62 (Transforming War). Naval Institute Press. ISBN: 978-1682472484

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun