Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bujukan Mengundi Nasib ke Jakarta

13 April 2024   07:22 Diperbarui: 13 April 2024   07:31 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun begitu, semua keluarga dan kerabat tidak ada yang tau persis apa pekerjaan Samsu di Jakarta.

Saat berbincang di rumah orang tuanya Jun, Samsu berkisah suksesnya, yang mendengarnya pun ikut terpukau. Termasuk Jun.

Katanya di Jakarta serba mudah untuk mendapatkan uang. Mulai dari kencing, dan berak itu ada uangnya. Di trotoar jalan, juga ada tarifnya. Di atas got bisa didirikan lapak juga ada uangnya.

Di mana-mana bisa jadi uang asal kerja keras dan tahan banting dan tahan malu.

Kemudian Samsu juga bilang, di Jakarta untuk pergi kemanapun mudah. Transportasinya bagus, ada bus Trans Jakarta yang berhenti rutin di tiap halte, ada kereta cepat dalam kota, ada motor dan mobil online, pendek kata pergerakan apapun bisa sampai tujuan yang diinginkan.

Apalagi kata Samsu menambahkan, gedung-gedung tinggi berjajar seperti tanaman palawija, kantor-kantor yang selalu sibuk oleh lalu lalang pegawai seperti petani sedang menanam padi. Juga warung-warung makan atau restoran atau cafe yang tidak sepi pengunjung.

"Jakarta beda sekali dengan desa atau kabupaten kita, Jun. Majunya sudah tidak bisa didekati. Untuk sekedar mimpi pun barangkali tidak sampai. "

"Di sana masih ada sawah kan? " tanya Jun penasaran.

Samsu menahan tawa atas pertanyaan itu. Ia malah menjawab di Jakarta bukan cuma sawah yang ada, hutan pun banyak.

"Tuh kan berarti saya masih bisa mengolah sawah di sana. Jadi buruh saja asal upahnya bagus. Seperti kamu ini. "

Samsu tidak lagi tertahan tawanya mendengar penuturan polos Jun.
Ia katakan di Jakarta, dulu sekali, banyak sawah, sekarang jadi perumahan, pabrik, perkantoran. Dulu juga hutan lebat sekali tapi sekarang jadi hutan beton.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun