Sungguh roda pedati tidak mau berhenti menuruni jalan yang berkelok. Juga berliku dan berbahaya.Â
Tapi tampaknya ada kekuatan di situ. Sebab langkah kaki kuda hitam itu kokoh berpijak untuk menahan laju putaran roda.
Seorang sais juga sigap untuk mengendalikan dengan tenang. Sementara sang gadis yang  berkerudung putih menumpangi pedati itu tersenyum menyaksikan dari belakang sais pedati itu.
Katanya, "kuda ini seperti mengerti arah jalan turun dan menahannya agar tidak tersungkur. "
Sais pedati menjawab lucu, "karena kuda ini mencium wangi aroma penumpang yang ia sudah kenali selama ini. "
"Bagaimana ia tahu? "
"Itu yang aku tidak tahu. '
Kuda hitam itu begitu hati-hati melangkah seolah ia kuatir ada goncangan yang bisa melukai gadis ini.
Dari turunan roda pedati kemudian tiba di jalan yang datar dan berhenti di muka rumah orang tua gadis itu.
Sang gadis berucap senang pada sais juga pada kuda hitam yang matanya ketika memandang gadis itu dalam dan penuh suka cita.
Gadis berkerudung putih mengerti dan menghampiri. Ia usap lembut bagian kepala kuda ini seraya mengatakan, "aku menyukai dan  sayang padamu kuda hitam tangguhku. "
Kuda ini seolah mendengarkan, dan berulangkali mengangguk, serta tampak senang dengan tutur kata lembut penumpang yang ia kenali dari aroma wangi tubuhnya ini.
Sang gadis pun berlalu dan masuk menuju rumah itu. Sais pedati bersiap untuk kembali menjalankan pedatinya.
Namun tiba-tiba kuda hitam itu berlari cepat meninggalkannya.
Pedati bergerak oleng ke kiri dan ke kanan. Untungnya jalanan sepi.Â
Kuda hitam ini seakan memiliki tenaga berlipat yang tidak pernah ditunjukkan sebelumnya.Â
Sais pun berteriak memanggil-manggil, "aku tahu cintamu berbalas. Aku tahu gadis berkerudung putih sayang padamu. Aku tidak tahu mengapa tenagamu bisa tidak terkendali begitu! "
Sais juga berlari mengikuti. Namun kuda hitam tidak mau berhenti.
Kuda hitam itu telah jatuh hati dan bahagia hari ini dengan caranya yang tidak terduga oleh Sais pedati tua itu.