Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Koran Kenangan

27 November 2022   20:30 Diperbarui: 27 November 2022   20:52 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Paman terlihat murung, dan menunduk seraya berbisik pelan.

"Ibu sudah tiada, kemarin."

Ayah tersedu, dan tampak menyesal sekali. Tapi ibu menguatkan ayah, dan mencoba untuk tetap kuat, demi dirinya, dan aku, anaknya. Ayah mengerti kemudian.

Esoknya, ayah memaksa untuk kami kembali dari rumah sakit ini, dan segera tiba di kampung halaman.

Di kampung halaman, orang-orang sudah menanti kami di rumah nenek. Mereka menganggap ini musibah yang tidak bisa dielakan. Takdir yang sudah ditetapkan. Aku kemudian dibaringkan sembari ada suara-suara do'a yang aku dengar untuk almarhumah nenekku.

Kami selamat, tapi ayah tidak sempat lagi menemui ibunya, yang juga nenekku. Tapi seminggu kemudian kami semua ziarah untuk terakhir kalinya pada nenek.

***

Jalannya peristiwa itu masih tersimpan dalam benakku. Koran daerah tentang kecelakaan yang terjadi 40 tahun silam itu masih aku buka dan baca sebagai kenangan pahit kami. Ayah sengaja mewariskannya padaku sebagai pelajaran juga untuk tetap hati-hati di setiap perjalanan.

Headline koran itu tercetak  besar. "Kecelakaan di Tikungan Jalan Menelan Lima Korban Tewas, dan 50 penumpang Lainnya Luka Berat dan Ringan."

Aku membacanya sebentar saja sembari melihat anak bungsuku yang sedang mengerjakan PR matematika di kelas tiga. Lalu aku lipat koran itu, dan simpan ditumpukan berkas di meja kerjaku.

"Semoga kelak, kamu bisa baca dan lihat koran kenangan ini juga, Nak,"bisikku pada anak bungsuku yang baru duduk di kelas tiga sekolah dasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun