Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Koran Kenangan

27 November 2022   20:30 Diperbarui: 27 November 2022   20:52 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ayah tiada pilihan sebab memang ini tanggung bulan dan belum gajian. Ayah pun menerima kalung itu, lalu dikembalikan pada ibu, untuk esok pagi-pagi sekali ke pasar guna menjualnya.

Ibu mengangguk pelan, dan kembali tenang seraya tersenyum melihatku.

"Dengan siapa nanti berangkat, sendiri?"tanya ibu.

"Sama si bungsu, boleh?"

"Dia sekolah, kan bukan hari libur besok."

"Tidak apa-apa, nanti ibu bisa ke sekolah memberitahu si bungsu ijin tiga hari."

Aku mendengar itu girang tiada kepalang. Artinya besok akan naik bus, dan libur sekolah untk tiga hari. Lekas-lekas buku pekerjaan rumah aku lipat, dan masukan ke dalam tas.

Ibu tersenyum melihatku, dan malam rasanya panjang di pikiranku. Tapi itu tidak selama yang aku pikirkan, malah pagi sudah menjelang kemudian dengan teriak ayam tetangga yang berkokok panjang.

***

Ibu kembali dari pasar, dan kulihat uang sudah dipegang ayah dalam jumlah yang lumayan. Tapi kelihatan tidak semua yang ayah bawa, dan sebagian dikembalikan lagi pada ibu.

Ibu menyempatkan memasukan bekal ke dalam tas yang ayah bawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun