Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sahabatku yang Malang

14 September 2022   06:52 Diperbarui: 14 September 2022   07:40 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mereka menceritakan dengan kesedihan yang mendalam. Si Kun dan kedua rekannyanya mendengar penuturan saudaranya betina seperti berduka, dan mereka lalu mengucapkan lewat suaranya lirih,"selamat jalan sahabatku."

***

Suasana jadi hening kemudian, sementara senja mulai datang. Si Kun masih sedih. Kedua temannya kelaparan. Seperti tahu apa yang dialami si Kun, dan kedua rekannya itu maka Jalan keluar segera dilakukan.  Dua kerbau ini merelakan pula akhirnya untuk dipatuk-patuk si Kuntul, dan rekannya.

Tapi sebelum dipatuk-patuk, kedua kerbau ini bilang pada si Kun, dan kedua rekannya.

"Kalau kami tertidur, patuk saja mata kami biar segera bangun supaya tidak bernasib seperti saudariku, yang disantap buaya darat itu eh buaya rawa."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun