Sebagaimana hewan yang secara insting dan naluriah bisa memahami satu sama lain. Kedua kerbau itu pun lalu naik, dan mendekati seraya menunjukkan wajah sedih.
Si Kun, dan kedua rekannya saling tengok. Â Namun si Kun, nekad bertanya,"kemana sahabatku si kerbau betina?Apakah dia sedang tidak enak body?"
Juga tidak dijawab. Kedua kerbau ini kepalanya menggeleng-geleng, dan hanya mengisyaratkan untuk ikuti saja langkah mereka.
Seperti mengerti, si Kun dan kedua rekannya meloncat-loncat mengiringi di belakang. Rekan si Kun sudah bersemangat, girang. Makan hingga jelang malam nanti sudah beres, dan bakal kenyang.
***
Beberapa saat kemudian mereka tiba. Tapi bukannya kenyang yang ada dipikiran burung kuntul ini, justru mereka disodori pemandangan mengerikan.
Kerbau betina itu menyisakan tulang kaki, dan tanduk yang dibiarkan di sudut rawa dekat tumbuhan bakau liar tergolek.
Kata si Kun, "itu siapa?"
"Itu saudariku. Sahabatmu,"jawab kerbau pejantan tertunduk pilu.
Kedua kerbau itu menceritakan. Setelah dipatuk-patuk oleh si Kun, ia tertidur pulas. Sudah berusaha dibangunkan tidak bisa juga, makanya ditinggalkan di situ.
Tapi esoknya ia sudah tidak ada di tempat. Dicari, akhirnya siang tadi ada di sudut rawa itu.