Disepanjang jalan itu terhampar impian yang tersimpan di benakmu. Terkunci rapat di sana. Bening matamu ketika itu menunjukkan kesungguhan. Â Aku yakin itu. Maka aku sibak perlahan semua tirai yang menghalangi.
Untuk bahagiamu.
Kaumengetahui aku tertatih berjalan di titian yang kadang tersuruk. Jatuh. Â Lalu bangkit cepat ketika matamu menusuk kesadaranku. Bukan oleh kedua tanganmu. Â Aku lelaki takingin membiarkan halus telapakmu terbebani .
Tetap halus agar lelahku hilang segera oleh belaian jemari lembutmu.
Kini aku mampu berjalan. Jauh, jauh sekali. Seperti yang kauimpikan dulu. Namun aku takbisa lagi menoleh ke belakang untuk mewujudkan impianmu itu.
Impianmu telah terkubur bersama jasadmu. Direngut takdir yang takkuasa aku cegah. Sekarang aku hanya ingin berjalan bersama impianmu itu. Â Izinkan aku melakukannya untukmu. Izinkan aku untuk melakukannya.Â