Di luar itu ada kemungkinan juga Ali Lubis, sebagai advokat, dan politisi menginginkan urusan politik di Jakarta tidak perlu jauh-jauh amat menyangkut pilkada 2022, maupun pilpres 2024. Kalau demikian adanya bisa disebut gubernur Jakarta ini panjang angan. Yang di depan mata saja belum kelar dibenahi, mikirin yang kagak kelihatan.
Terlebih jauh-jauh hari sudah digelorakan, dan disiarkan berulang-ulang pula bahwa gubernur Jakarta ini gubernur rasa presiden.
Padahal bisa jadi juga di daerah lain ada rakyatnya yang menyebut gubernurnya sebagai gubernur rasa kepala negara, atau ada yang menyebut juga  gubernur rasa kepala pemerintahan pusat, atau ada yang menyebut gubernur bukan rasa presiden tetapi rasa raja (padahal memang Raja), dan lain-lain. Tapi mereka tidak seheboh Jakarta, barangkali.
Tapi semoga saja tidak ada hal-hal aneh  di daerah lain dengan menyebut istilah semacam itu. Di daerah di luar Jakarta sungguh solid, dan kompak kelihatannya.
Lalu bagaimana cerita permintaan mundur gubernur Jakarta rasa presiden oleh politisi Partai Gerindra, Ali Lubis, yang sangat kekinian, dan faktual ini?Masihkah akan digiling atau terhenti begitu saja?
Ah jangan-jangan cuma sandiwara doang.