Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Narasi dan Akal Sehat Warga Kampung Sini

30 Mei 2020   07:57 Diperbarui: 30 Mei 2020   23:49 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                                                dokumen pribadi

Lima hari usai Idul Fitri rasanya kebahagiaan 20 kepala keluarga di kampung sini tampak terhenti. Mereka cendrung gelisah menyangkut kebutuhan makan sehari-hari, termasuk Zaid. Kegelisahan ini menjadi wajar sebagai akibat dari efek kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).Yang katanya untuk memutus rantai penularan Covid 19 itu. Dan juga mesti diakui, di kampung sini kelihatan cukup berhasil. Rata-rata warga mematuhinya.

Mereka menyesuaikan prilaku hari-hari dengan standar yang sudah ditetapkan, semacam penggunaan masker, hand sanitizer, maupun pola hidup sehat. Namun di luar itu, soliditas dan kekompakan warga bakal diuji untuk saling membantu. Terutama yang dipandang mampu secara ekonomi. Setidaknya  bantuan ini tidak cuma sekedar basa basi.Tapi betul-betul bisa sementara menanggulangi kegelisahan warga itu.

Dari pemerintah sendiri belum dipastikan kapan bantuan sembako datang kembali pada warga. Cuma narasi yang sampai tempo hari. Sebab itu pak RT, haji Mukti, dan Koh Acung sempat merencanakan  soal ini di waktu ramadhan kemarin. Mereka sudah mencatatnya. Ada 15 kepala keluarga yang sekiranya bisa dimintai tolong untuk membantu tetangganya. Karena itu, di malam ini mereka diminta untuk berkumpul di kediaman koh Acung yang luas pekarangannya. Termasuk Salman, dan Salim yang sudah mengantarkan undangan pada warga itu sebelumnya. Mereka duduk, mendengarkan dan mencatat point penting hasil pertemuan ini.

Kata pak RT, dari data yang ada sebagaimana bantuan sembako kemarin yang diterima warga sudah fix. Sejumlah 20 KK yang perlu jadi perhatian. Kemarin bantuan memang tepat sasaran. Tapi untuk selanjutnya ini yang menjadi concern kita bersama. Karena itu tidak ada salahnya kita semua berinisiatif untuk bersama meringankan saudara kita ini. 

Sudah terlampau lama kita bertetangga, dan sudah sebagaimana saudara. Kerukunan kita tetap terjaga hingga sekarang. Bagaimana kerukunan kita dulu diuji oleh peristiwa reformasi, yang sama-sama saat itu juga kita berkumpul di kediaman koh Acung ini. Dan, bersyukur kita semua tetap kompak. Dan sekarang kembali kita berada di situasi yang sama, namun sangat berdampak luar biasa. Sebab sudah ke urusan perut.

"Jadi maksudnya bagaimana ini pak RT? Sela warga.

"Bapak-bapak yang hadir di sini, mohon maaf, saya mengajak untuk urun rembug gimana caranya memenuhi kebutuhan pangan mereka. Saya mencatat bapak yang hadir, bisa dibilang cukup, dan mampu secara ekonomi. Sebab pekerjaannya pun professional sekali. Ada yang pebisnis, maupun birokrat. Juga ada pensiunan pejabat, serta yang bekerja tetap. Sebab itu 15 KK di sini sangat butuh perhatian. Mereka kan kita tahu pekerja harian semua yang terkena PSBB. Intinya saya tidak meminta, hanya inisiatif saja dari saya, haji Mukti, dan Koh Acung. Barangkali bisa direspon dengan niat yang yang sama dan ikhlas."

"Prinsipnya saya setuju, pak. Kita semua sudah lama sekali tinggal bertetangga. Hanya kira-kira berapa lama kita membantu saudara kita ini?Apa disesuaikan dengan PSBB atau selamanya?Kalo selamanya payah juga kita pak."

Warga saling berbisik, dan merespon satu sama lain soal lamanya waktu untuk membantu. Namun rata-rata menyetujui prinsip gotong royong ini. Hanya saja perlu disepakati mengenai lamanya waktu, berapa jumlah bantuan yang mesti diberikan, apakah itu berupa uang atau sembako yang mesti diberikan oleh tiap warga yang hadir di sini. Sesaat pertemuan ini belum didapat urgensinya untuk teknis bantuan ini. Namun koh Acung bicara juga.

Menurutnya, warga yang hadir di sini diupayakan semampunya membantu. Tidak dipatok besaran jumlah uang maupun jenis sembako. Setidaknya ada kerelaan masing-masing. Apapun jenis sembako, atau jumlah uang yang diberikan terserah saja. Misalnya dari warga yang hadir di sini, mau memberikan 50 atau 100 ribu, atau lebih tetap kami terima untuk disalurkan. Dan, lamanya waktu ini disesuaikan dengan berlakunya masa PSBB. Kalau PSBB makan waktu lama, bisa tiga bulan lagi atau lebih, otomatis kita semua melakukan upaya ini. Ini sifatnya membantu, bukan menghidupi saudara kita yang tidak mampu itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun