Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Narasi dan Akal Sehat Warga Kampung Sini

30 Mei 2020   07:57 Diperbarui: 30 Mei 2020   23:49 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sambil tersenyum menahan tawa, Salim juga menjelaskan hingga tuntas. Pada akhirnya ketika mendengar apa yang dituturkan Salim, dan Salman bergantian secara runtut dan jelas, Karim maupun Zaid terdiam, dan tak mampu berkata-kata. Terutama Zaid tampak di matanya berkaca-kaca. Ia tertunduk seketika usai mendengar itu. Buruk sangka yang diungkapkannya untuk kali ini begitu disesali hingga ke atas langit. Zaid meminta maaf pada Salman, dan SALIM, begitu juga dengan Karim.

Pinta Zaid, yang disetujui Karim,"omongan gue yang tadi jangan sampe ke RT, pak haji, dan Koh Acung ye, Lim, Man? "

"Beres, kalem aje ente, bang. Lagian segitu galaknye tadi."

"Maklumlah bro, orang susah kayak gue hari gini bawaannye sensi, sama emosi!!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun