Mohon tunggu...
ERRY YULIASIAHAAN
ERRY YULIASIAHAAN Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis, guru, penikmat musik dan sastra

Menyukai musik dan sastra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"Maafkan Aku, Aurellia"

14 Mei 2023   17:26 Diperbarui: 14 Mei 2023   20:26 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan "Old Man in Sorrow" (“On the Threshold of Eternity”) karya Vincent van Gogh (Sumber: Fine Art America)

Dia baru saja pulang dari sebuah acara pesta bersama Aurellia di sebuah kota saat Luis bertugas di luar negeri. Tidak seperti biasanya, malam itu Luis menenggak minuman keras cukup banyak. Aurellia juga heran.

"Ah, mungkin Luis sedang banyak beban di kantor," kata Aurellia dalam hati.

Setiba di rumah, Aurellia bermaksud membantu Luis melepaskan tuksedo dan jasnya, sementara Luis maunya langsung berbaring, bahkan tanpa melepas sepatu. Ulah yang janggal dan baru kali itu terjadi.

Aurellia sedikit bersikeras. Sebagai isteri, Aurellia merasa berkewajiban mengurus hal-hal seperti itu. Luis mendadak mendorong Aurellia hingga isterinya itu terdorong beberapa langkah dan kepalanya membentur tembok.

"Aaarrhh," teriak Aurellia sebentar, lalu mengusap-usap kepalanya. Aurellia menangis nyaris tanpa suara, dengan tatapan tidak percaya bahwa Luis bisa melakukan itu.

Mengetahui gerakan spontannya telah melukai Aurellia, Luis menyesal. Dia ikut menangis. Bahkan, lebih keras daripada tangisan Aurellia sambil berulangkali meminta maaf.


Kalena saat itu baru masuk kuliah dan tinggal di asrama di Indonesia. Dia tidak pernah mengetahui kejadian itu, hingga suatu hari, ketika ibunya tiada, dia menangkap-dengar ucapan ayahnya yang berkata "maafkan aku". Berulang-ulang, sambil sesunggukan.

"Ada apa, Dad," tanya Kalena. Sedari kecil dia terbiasa memanggil ayahnya dengan "Daddy" atau "Dad" dan ibunya dengan "Mommy" atau "Mom". Mereka sekeluarga memang sering berkomunikasi dalam bahasa Inggris.

Luis terperanjat. Semula dia tidak mau bercerita. Kalena penasaran. Luis akhirnya mengisahkan peristiwa itu.

Luis menyesal, karena dia tidak menyangka, dorongan spontannya waktu itu telah memicu laju perkembangan tumor di kepala Aurellia. Dua tahun setelah kejadian itu, Aurellia kerap makin sering sakit kepala.

Dulu, Aurellia memang pernah diketahui mempunyai benjolan tidak normal di kepala. Melalui serangkaian tes, benjolan itu dipastikan aman, sehingga tidak ada intervensi serius seperti tindakan operasi. Cukup minum obat jika pusing dan melakukan pemeriksaan berkala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun