"Ohh, begitu ya, Pak?"
"Dia tidak enak dengan suaminya kalau membawa saya tinggal dengan mereka."
"Hmmm, kalau di sini memangnya kenapa Pak? Apa bapak tidak punya teman di sini?" Lestari menebak-nebak alasan Pak Diman merasa tidak betah tinggal di "Pondok Usia Indah" ini.
"Kalau teman sebaya banyak mbak. Tapi saya merasa dibuang kalau tinggal di panti jompo seperti ini..."
Eeehh aduh Pak, jangan gitu dong.Ini bukan panti jompo. Ini rumah besar tempat berkumpulnya para Opa dan Oma ....
"Saya lebih suka tinggal bersama anak dan cucu-cucu saya. Tapi karena menantu saya keberatan, akhirnya saya dikirim ke sini,"
Duh, kasihan sekali Pak Diman. Kalau aku jadi anaknya, aku akan paksa kedua orangtuaku tinggal bersamaku. Tapi, bukankah anaknya mau-mau saja bapaknya tinggal bersamanya? Suaminya yang tidak mau. Ya, ya, ya tapi ini privacy mereka.
Pak Diman akan berangkat besok sore, dijemput travel yang menuju Jakarta. Ia tidak memberitahu berapa lama akan tinggal di rumah menantunya. Tapi kalau soal itu gampang. Ada bagian administrasi yang selalu mengupdate kegiatan asrama. Aku cuma mengerjakan Koran di sini, tapi hatiku sudah terusik dengan kisah bapak-ibu di sini.
Kemarin ia melihat tante Linda duduk termangu di depan kamarnya. Ia tidak hadir di acara ibadah di Aula. Mungkin susah kemana-mana kalau pakai tongkat. Tapi usia tante Linda kelihatannya masih muda. Kata Astry, tante Linda masih 56 tahun. Lho, kok sudah dimasukkan ke sini ya? Astry juga bilang, keluarga besarnya tinggal di Ambon. Jauh sekali jaraknya dengan kota ini. Apakah di sana tidak ada keluarganya?
***
Sudah pukul lima, namun matahari masih bergeliat di musim kemarau ini. Lestari menghabiskan waktu senggangnya dengan berjalan-jalan di hutan mini sebelah utara kawasan asrama ini. Hutan mini itu dulunya tanah kosong. Ketika Yayasan membeli lahan untuk dijadikan asrama lansia, sebagian tanah kosong itu ditata menjadi tempat wisata berupa hutan wisata. Tempat ini ramai dikunjungi orang hanya di akhir pekan.