Mohon tunggu...
ermi nurcholimah
ermi nurcholimah Mohon Tunggu... -

keep smile ✌

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keluarga

9 November 2016   11:27 Diperbarui: 9 November 2016   11:38 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Keluarga merupakan faktor yang sangat vital dalam proses pendidikan, keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama. Keluarga merupakan penentu dalam pembentukan watak ataupun kepribadian anak. Karena keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama.

peran orangtua dalam proses pembentukan karakter anak sangatlah penting, anak akan meniru apa yang dia lihat. Maka dari itu orangtua dituntut untuk selektif dan selalu berhati-hati dalam bersikap maupun berkata-kata. Menjadi orangtua memerlukan berbagai kualitas pribadi dan keterampilan teknis. Orangtua harusnya mampu memiliki kemampuan yang dimiliki seorang guru, direktur rekreasi, mediator, ahli psikologi, pembimbing rohani, koki, dokter, penghibur, dan pelindung bagi anak-anak mereka.

Peran orangtua diperlukan saat anak-anak dalam tahap aktif dan kritis. Agar anak tidak salah dalam memahami apa yang dia lihat. Selama masa kanak-kanak, mereka memerlukan teladan yang baik, itu artinya orangtua harus menggunakan sopan santun untuk mengajarkan sopan santun dan mempraktekkan pengendalian diri untuk mengajarkan pengendalian diri. Dan karena anak-anak secara naluriah mempercayai orangtua mereka, maka orangtua harus mempertahankan kepercayaan anaknya dengan sikap yang penuh kasih dan hangat, tetapi tegas dan konsisten. Mereka mempunyai dunia yang unik, maka sebagai orangtua harus mampu melihat situasi dari sudut pandang mereka.

Memusatkan pada sikap dan perilaku positif dalam diri anak, dan gunakan dorongan verbal yang membangun motivasi dan harga diri. Koreksi perilaku buruk dengan mengarahkan anak ke perilaku pengganti yang positif, misalnya “telinga Ibu tidak bisa mendengar rengekan. Ayo, bicara yang sopan”. Harus bersikap proaktif, mengurangi peluang untuk perilaku yang buruk dengan menjaga anak tetap asyik. Orangtua harus menghindari konflik dengan memberikan pilihan. Sediakan kegiatan yang terstruktur tetapi melibatkan minat dan imajinasi anak. Sebelumnya harus direncanakan dengan menetapkan rutinitas dan jadwal. Orangtua harus mempersiapkan anak untuk masa transisi, anak diberikan latihan untuk menghadapi situasi tertentu dan jelaskan perilaku yang sesuai.

Orangtua harus tetap tenang saat anak sedang menguji kesabaran atau melakukan sesuatu yang menjengkelkan, kemarahan hanya akan menjadi rintangan. Bersabarlah, kenali bahwa kebutuhan dan keinginan mendorong perilaku anak, pada usia kanak-kanak, seorang anak menyampaikan emosi dengan perilaku mereka. Orangtua harus mempelajari perbedaan antara kenakalan dan perilaku yang salah, karena tidak semua perilaku yang menjengkelkan itu merupakan kenakalan.

Anak-anak tidak selalu sengaja dan orangtua harus membedakan antara perilaku yang disengaja dan perilaku yang merupakan akibat dari faktor-faktor lainnya, seperti ketidakmampuan anak untuk berkomunikasi secara jelas. Perilaku juga mencerminkan perasaan takut, stres, lelah, lapar, murung atau bisa jadi hal lain.

Faktor yang terpenting adalah orangtua harus bersikap konsisten. Tetap lakukan terutama ketika anda tidak ingin melakukannya. Orangtua harus mengajarkan anak untuk memprediksi hasil pilihan mereka dengan menggunakan harapan dan konsekuensi yang  jelas dan spesifik.

Masa kanak-kanak merupakan kesempatan besar untuk belajar, bukan hanya bagi anak, tetapi juga bagi orangtua. Waktu dan energi orangtua yang digunakan untuk mempelajari perkembangan anak dan cara-cara mengajarkan perilaku yang baik tidak akan terbuang percuma. Pola perilaku yang dikembangkan selama tahap ini dapat berlangsung seumur hidup. Ini saat yang kritis, kebanyakan orangtua percaya bahwa tuhas mengasuh anak pada usia kanak-kanak merupakan tugas yang sangat sulit, tetapi paling bermanfaat, dari semua tugas yang orangtua lakukan.

Kebanyakan orangtua menghadapi masalah perilaku yang sama. Tidak mendengarkan ketika dipanggil pertama kali, atau kedua, dan ketiga kali. orangtua menjadi jengkel karena harus mengulang semuanya sampai tiga kali, dan harus mengeraskan suara untuk mendapatkan perhatiannya. Orangtua lelah ketika mendengar anak mereka merengek dan meminta-minta. Bahkan orangtua merasa bersalah ketika menjadi marah, tetapi tampaknya itu adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan hasil yang orangtua inginkan. Tak jarang orangtua menyalahkan diri sendiri dan menjadi tidak efektif karena tidak mengetahui apa yang harus dilakukan.

Sebenarnya, orangtua suka atau tidak, sejumlah tertentu perilaku yang salah itu normal. Yang penting adalah mengetahui bagaimana harus bereaksi. Menanggapi secara tepat dan konsisten akan mengurangi perilaku yang salah saat sekarang dan di masa mendatang. Reaksi yang tidak tepat akan meningkatkan perilaku yang salah. Yaitu sulit adalah secara alamiah kita cenderung bereaksi dalam satu dari dua cara. Kadang-kadang kita bereaksi secara pasif dengan menyerah karena orangtua tidak tahu apa lagi yang harus dilakukan atau orangtua sekedar tdak mau menghadapi masalah perilaku tersebut, setidaknya untuk saat ini.

Penting untuk mengetahui bagaimana bereaksi terhadap perilaku yang salah. Mengetahui bagaimana mencegah perilaku yang salah itu lebih penting lagi. Orangtua dapat mencegah banyak kesalahan perilaku dengan menetapkan beberapa pedoman sebelumnya, dan dengan mengambil waktu untuk mengajarkan cara berperilaku kepada anak masa kanak-kanak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun