Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Seni

Lukisan Yos Suprapto dalam Logika Fadli Zon

28 Desember 2024   12:55 Diperbarui: 13 Februari 2025   19:48 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis Ermansyah R. Hindi -Dokpri

Lalu, bagaimana alasan logis Menteri Fadli Zon terhadap pameran lukisan Yos Suprapto, sehingga patut dihentikan? Ah, ini anggap saja logika Fadli Zon.

Pertama, lukisan Yos Suprapto mengandung makian. "Bahkan mungkin makian terhadap seseorang," kata Fadli. 

Dalam tahun politik 2024, diakui kerap muncul istilah dan sisipan yang bernuansa politik. Sedikit-sedikit dihubungkan dengan politik. Bukan kebetulan, lukisan Yos Suprapto itu dihubungkan sepak terjang Jokowi sebagai Presiden dalam sepuluh tahun terakhir. 

Ada perangai mantan nomor satu di republik ini yang sulit dicerna oleh akal budi. Ucapan dan tindakannya tidak jarang mengundang kontroversial sehingga akibatnya bertentangan dengan logika publik.

Lukisan "subversif" memang yang paling memancing perhatian, terutama dari tingkat elite. 

Secara watak politik kuasa, lukisan Yos Suprapto tidak pantas karena menyenggol kuasa atau yang "masih merasa berkuasa" yang mempertontonkan trik atau siasat demi kepentingannya ternyata kedoknya dibongkar lewat karya seni lukis.

Hal ini seiring dengan jabatan baru di kabinet yang sudah dimiliki oleh Fadli Zon sebagai Menteri Kebudayaan. Hasrat untuk berkuasa pun sedikit atau banyak telah memengaruhi pengambilan kebijakan dalam bidang kebudayaan. Entah itu obyektif atau subyektif tertantang dengan lukisan Yos Suprapto?

Kedua, mengumbar hasrat seksual dan adegan persetubuhan. "Kemudian ada yang telanjang. Sedang bersetubuh. Itu tidak pantas," kata Fadli.

Baiklah. Kita sadar bahwa Indonesia masih tetap menjaga norma dan hukum kesusilaan. Maksudnya? Jika tidak ada lagi moral bangsa lantaran hasrat seksual termasuk lewat media seni lukis, maka apa lagi yang kita bangsawan. 

Oh, begitu! Cuma bedanya, seni lukis dengan pilihan bebas bisa dipertanggungjawabkan secara moral dan estetis oleh sang pelukis Yos Suprapto. Kalau di kepala kita sebatas "mesum" tentu saja yang terbayang hanya pelanggaran moral, seks yang menyimpang atau tabu atas seksualitas. 

Coba, medium apa yang kebal dari umbaran citra berahi? Film porno apalagi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun