Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Imajinasi, Akal Budi, dan Peranannya Menurut Kant

16 Januari 2023   09:05 Diperbarui: 29 Juli 2023   20:17 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi pribadi, Imajinasi, Akal budi, dan Peranannya Menurut Kant

Itulah sebabnya mengapa pada saat ide tidak meninggalkan kuasa fundamental (fundamental power) demi kepentingan pengetahuan. 

Tetapi, ia mempertahankan peran atau lebih tepatnya menerima sebagai imbalan. Satu titik bertemu antara imajinasi dan kesadaran, bukan ingatan. Suatu kuasa yang membedakan dengan kecerdasan. Kuasa tersebut juga membedakan akal budi dengan pemahaman. Dari pemahaman itu sendiri, fungsi yang asli yang membentuk pengalaman yang ideal menuju ke arah dimana konsep-konsep pemahaman bertemu. (Critique of Pure Reason, Appendix, 1998 : A649/ B677)

Akal budi murni meninggalkan segala pemahaman-pemahaman itu sendiri. Ia berlaku secara diam-diam pada obyek intuisi atau lebih tepatnya pada sintesisnya dalam imajinasi. Akal budi menyangkut dirinya secara eksklusif. Di sini, totalitas mutlak dalam penggunaan konsep-konsep pemahaman dan upaya untuk membawa kesatuan sintetik yang berpikir dalam kategori tersebut, hingga yang sepenuhnya tanpa syarat. (Critique of Pure Reason, 1998 : A326/ B383-4)

Secara obyektif, akal budi juga berperan. Demi pemahaman, ia bisa membuat peraturan atas fenomena hanya dari sudut pandang bentuk. 

Marilah kita anggap bahwa fenomena tunduk pada kesatuan sintesis dari sudut pandang formal.

Tetapi, dalam muatannya mereka menunjukkan keragaman radikal. Sekali lagi, pemahaman tidak lagi memiliki kesempatan untuk menggunakan kekuatannya (kali ini, peluang material).

"Kita bahkan seharusnya tidak memiliki konsep genus, atau bahkan konsep universal lainnya, dan pemahaman itu sendiri yang harus dilakukan hanya dengan konsep-konsep seperti itu menjadi tidak akan ada" (non-existent). (Critique of Pure Reason, 1998 : A654/ B6823) 

Karena itu, fenomena tidak hanya harus tunduk pada kategori, dari sudut pandang bentuk. Tetapi juga, muatannya sesuai dengan atau menyimbolkan. Ide-ide dari akal budi.

Kant rupanya tidak bisa menghindari subyektifitas. Lalu, apa pendapatnya? “Akhirnya, saya menentukan pemahaman saya melalui predikat aturan (the conclusio), karena itu a priori melalui akal” (Critique of Pure Reason, 1998 : 390/B361). Pernyataan tersebut masih dianggap semacam “bola benjol” karena rangkaian kalimatnya belum lengkap.

Memang, ini bukan pertanyaan untuk mengatakan bahwa akal budi melegitimasi muatan fenomena. Ia harus mengandaikan kesatuan sistematis alam. Ia harus menempatkan kesatuan ini sebagai permasalahan. 

Karena itu, akal budi adalah fakultas yang mengatakan: "Segala sesuatu terjadi seolah-olah ..." Batasan dan semua ide dan pemikiran dengan batas yang tidak terbatas melalui akal budi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun