Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Imajinasi, Akal Budi, dan Peranannya Menurut Kant

16 Januari 2023   09:05 Diperbarui: 29 Juli 2023   20:17 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi pribadi, Imajinasi, Akal budi, dan Peranannya Menurut Kant

Kategori itu berlaku untuk semua obyek dari pengalaman yang tidak mustahil. Untuk menemukan istilah yang memungkinkan terjadi pengaitan konsep a priori ke semua obyek, maka akal budi tidak bisa lagi melihat ke konsep lain (bahkan satu a priori).

Tetapi, ia harus membentuk ide yang melampaui kemungkinan pengalaman. Ini, dalam arti tertentu. Bagaimana akal budi diinduksi dalam kepentingan spekulatifnya, dimana peranannya untuk membentuk ide transendental. Ia mewakili totalitas kondisi di mana kategori hubungan bisa dikaitkan dengan obyek pengalaman yang memungkinkan. Karena itu, mereka mewakili sesuatu yang tidak bersyarat. Begitulah sudut pandang Kant yang membuat saya tidak mengerti dalam Critique of Pure Reason, Dialectic, Book I, Section 2.

Kant secara blak-blakan menilai imajinasi yang berperan untuk merepresentasikan obyek, sekalipun tanpa intuisi. Menurutnya, imajinasi juga untuk menentukan sensibilitas a priori. Awal dari kehadiran imajinasi tidak luput dari pemikiran dalam kategori-kategori. Sintesa kiasan atau sintesa asli? Ia juga bukan sekadar kombinasi intelektual. Isi kepala kita dimana saat sintesa dari imajinasi? Saya malah bingung tentang imajinasi menurut Kant. Dia menggiring kita agar intuisi bisa masuk akal. Akibat kondisi subyektif, dimana imajinasi berkelindang dengan intuisi. Sudah tentu imajinasi dan intuisi sesuai dengan konsep pemahaman. Kant percaya, bahwa satu-satunya sintesa bagi imajinasi adalah sintesa transendental. Nah, sintesa kiasan justeru menampik sintesa intelektual tanpa imajinasi semata melalui pemahaman. (Critique of Pure Reason, 1998 : 256-257/B152)

Dengan demikian, kita memiliki subyek absolut (jiwa) dalam kaitannya dengan kategori substansi. 

Rangkaian lengkap (dunia alami dan virtual dalam kondisi kekinian) digiring dalam realitas baru. Lebih dari itu, kategori kausalitas dan seluruh realitas bersumber dari 'Satu' (Tuhan sebagai ens realissimum) dalam kaitannya dengan kategori umum.

Jika seseorang seakan-akan mengatakan: "Aku penganut akal budi idealis," "Aku adalah sang transendentalis sejati."

Lalu, apakah kita menuntut bukti-bukti dari apa yang dia dikatakan?

Sekarang, kita berbalik bertanya. Suatu saat seseorang menemukan pembuktiaan bukti-bukti diri melalui akal budi. ""... bahwa seseorang masih bisa berharap suatu hari kelak menemukan pembuktian bukti sendiri dari dua proposisi utama karena akal budi murni kita: ada Tuhan, dan ada kehidupan di masa depan (Critique of Pure Reason, 1998 : A742/ B770)

Bisa jadi pengetahuan kita terjebak dalam akal budi karena mengandalkan kondisi a priori murni. Saya kira, prasangka-prasangka itu muncul karena sebab-sebab dari semua hal dari akal budi.  Pemahaman murni tidak lain dari akal budi itu sendiri.

Lagi-lagi di sini, kita melihat bahwa akal budi memainkan peranan untuk melampaui hal-hal yang praktis. Tetapi, permainan peran ini ditentukan. "Akal budi ... sebagai satu-satunya obyek, pemahaman yang mati dan penerapannya yang efektif." (Critique of Pure Reason, 1998 : A644/ B672)

Secara subyektif, ide-ide dari akal budi merujuk pada konsep-konsep pemahaman secara maksimal. Sehingga ia memberi mereka suatu kesatuan yang sistematis dan keluasan. Tanpa akal budi dengan pemahaman sekenanya, mustahil akan menyatukan kembali seluruh rangkaian pergerakannya mengenai suatu obyek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun