Ketika pemahaman bersinggungan dengan kepentingan spekulatif, maka ketika itu pula ia menjadi menentukan.Â
Hanya saat itulah imajinasi ditentukan untuk menyusun skema.
"Sekarang, jika kita bisa menunjukkan bahkan intuisi a priori kita yang paling murni tidak memberikan pengertian, kecuali sejauh mereka mengandung semacam perpaduan yang berlipat ganda memungkinkan sintesis reproduksi yang menyeluruh, maka sintesis imajinasi ini akan didasarkan bahkan sebelum semua pengalaman atas prinsip-prinsip a priori, sebuah dan seseorang harus mengasumsikan sintesis transendental murni dari kekuatan ini, yang mendasari bahkan kemungkinan semua pengalaman (seperti disyaratkan oleh reproduktifitas penampakan). Sekarang jelas bahwa jika saya menggambar sebuah garis dalam pikiran, atau memikirkan waktu dari satu siang ke siang berikutnya, atau bahkan ingin merepresentasikan angka tertentu untuk diri saya sendiri, pertama-tama saya harus memahami salah satu dari berbagai representasi ini satu demi satu dalam pikiranku." (Critique of Pure Reason, 1998 : A102)
Kita sedikit menghela nafas dari penjelasan cukup panjang dari Kant mengenai imajinasi.Â
Apakah sintesis imajinasi tercekik antara tindakan transendental pikiran dan hal-hal empiris?
***
Pemahaman yang menilai, tetapi akal budi memberi alasan. Sekarang, jika kita mengikuti doktrin Aristoteles.Â
Kant menganggap penalaran secara silogistik, yaitu konsep pemahaman yang terbentuk sebelumnya.
Akal budi mencari istilah jangka menengah, yaitu konsep lain yang, diambil dalam keluasan penuh (full extension). Misalnya, kondisi 'mati' yang bertalian dengan konsep pertama ke obyek (dengan demikian manusia mensyaratkan ikatan 'fana').
Dari sudut pandang ini, dalam kaitannya dengan konsep-konsep pemahaman itulah akal budi menggunakan kemampuan atau bakatnya yang khas. "Akal budi muncul pada pengetahuan melalui tindakan-tindakan pemahaman (acts of the understanding) yang membentuk serangkaian kondisi." (Critique of Pure Reason, 1998 : A330/B387)
Tetapi, justru keberadaan konsep a priori dari pemahaman (kategori) yang menimbulkan permasalahan khusus.