Muhammad Ali, nama lahir Cassius Marcellus Clay Jr. Ali sosok petinju legendaris, atlet tenar sejagat, humanitarian-pejuang hak-hak sipil, dan ikon kesohor.
Selain dipuja sekaligus dicela, Ali dikenal dengan panggilan The Greatest, The People Champ, dan The Lips.
Kita mungkin mengenalnya lewat gelar pertandingan tinju dunia atau menonton film atau berita tentang Bung Ali di layar televisi, di masa silam.
Tetapi, kalimat-kalimat seperti itu lazimnya bergaya mentor kepenulisan biografi di dalam pelatihan. Menulis kisah nyata tentang sosok berpengaruh seantero jagat bisa menginspirasi bagi khalayak ramai. Lebih dari itu, saya tidak punya maksud demikian.
Langsung saja. Ali juga menentang wajib militer bagi perang Vietnam, akhirnya gelar juara tinju kelas berat dunia dicopot dan kehilangan lisensi tinju. Entah berapa penghargaan bergengsi untuknya.
BBC telah memahkotai dengan gelar pada Ali sebagai Sportsman of The Century atau Sports Personality of The Century di Inggris tahun 1999. I had a good time boxing, I enjoyed it – and I may come back! (Saya punya waktu baik bertinju, Saya menikmatinya, dan Saya mungkin akan kembali lagi!) Begitu tuturnya.
Ali bergabung dengan the Black Muslim, kelompok Nation of Islam tahun 1964.
Cassius X julukannya sebelum berganti nama Muhammad Ali. Sejak usia 12 tahun, Clay (Ali) telah menunjukkan bakatnya yang aneh sebagai seorang petinju.
Gegara sepedanya kecurian dan melapor polisi, dia mulai belajar teknik adu jotos. “Anda lebih baik belajar bagaimana cara berkelahi sebelum menantang orang,” kata Joe Martin, opsir polisi di suatu saat. Martin juga melatih petinju muda di sebuah sasana lokal.
Di situlah Bung Ali mulai menempuh karir tinju amatir yang pertama di tahun 1954. Dia memenangkan pertarungan dengan keputusan ganda.
Sekitar dua tahun kemudian, Ali menyabet juara Turnamen Sarung Tangan Emas untuk pemula di kelas berat ringan.