Yang menarik, bagi Ma'ruf Amin, gelar Professor dan Doktor sudah disandangnya sebelum memangku Wakil Presiden Republik Indonesia. Buat apa dia berada dalam kengototan untuk memiliki deretan gelar Doktor Honoris Causa yang diberi oleh salah satu perguruan tinggi. Dia sudah cukup menduduki posisi penting nan papan atas di berbagai organisasi.
Selain itu, Erick Thohir diusulkan sebagai calon penerima gelar Doktor Honoris Causa.Â
Gelar kehormatan itu dinilai berdasarkan prestasi atau karya di dunia bisnis, yang ditandai kepemilikan saham di sejumlah klub olahraga basket di Amerika Serikat dan klub olahraga sepak bola di salah satu liga negara di Eropa.
Erick dinilai terlibat dalam penyelenggaraan Asian Games tahun 2018. Sehingga dia layak memperoleh gelar Honoris Causa yang dimaksud. (tempo.co, 21/10/2021)
Memang sah-sah saja, ketika ruang akademik atau masyarakat ilmiah memungkinkan untuk membuka ruang lain seperti ruang perdebatan menyangkut pemberian gelar Doktor Honoris Causa terhadap seseorang.Â
Pemberian gelar tersebut terlepas apakah ada kaitannya dengan latar belakang pekerjaan atau profesi dari orang yang akan diberi gelar kehormatan. (tempo.co, 22/10/2021)
Penyediaan data untuk dianalisis diantara pihak yang mempermasalahkan tentang pemberian gelar Doktor Honoris Causa terdapat kemungkinan akan bersaling-silang dengan interpretasi dan pergolakan persepsi dari masing-masing pihak yang mempertahankan argumennya.
Tarik menarik dalam wilayah dikursus ilmiah yang perlu dibangun untuk menghindari monopoli pemikiran dan membebaskan dunia akademik dari kebenaran tunggal.Â
Hal yang wajar tatkala masing-masing memiliki perbedaan dalam konsep, sudut pandang atau cara berpikir.
Disitulah akan mengalami perkembangan lain melalui perbedaan. Ia bukan pertentangan, tetapi sesuatu yang plural, bukan polarisasi, tetapi suatu interpretasi yang berbeda.Â
Ketika setiap pihak memiliki alasan yang dikemukan menurut pemahaman yang berbeda atas satu dasar apa pemberian gelar kehormatan, sudah tentu akan dipertimbangkan dan dinilai menjadi sesuatu yang bisa diapresiasi, sekalipun mereka berlarut-larut dalam polemik.