Dari data yang ada, apakah prilaku koruptif yang dilakukan oleh oknum lulusan perguruan tinggi hanya merupakan permasalahan yang bersifat kasuistik? Jawabannya tidak kan? Lihatlah angkanya!
Pemberitaan skandal korupsi melalui media boleh dikatakan cukup mengejutkan sekaligus menyebalkan bahkan mengerikan.
Apa jadinya jika kaum terpelajar atau kaum intelektual yang tidak memiliki integritas. Sedangkan orang yang bergelar sarjana saja berprilaku koruptif.Â
Lalu, bagaimana orang yang bukan bergelar sarjana? Wajah kita seakan-akan tercoreng moreng; ingin ditaruh kemana lagi wajah ini.
Segala embel-embel kesarjanaan dipertaruhkan di hadapan kehidupan dan pemikiran.Â
Terbayang pula di tahun yang silam, ketika orang yang bergelar sarjana, bersekolah tinggi dari institusi penyelenggara pemilu terjerat hukum gegara korupsi.
Ngeri-ngeri sedap, istilah Sutan Batugana. Sudah berapa banyak terjerat hukum dari penyelenggara negara.Â
Beberapa kepala daerah telah tersangka korupsi, yang rerata berlatarbelakang pendidikan sarjana.
Menambah daftar panjang prilaku koruptif dari sekian jumlah oknum pejabat yang bergelar sarjana menyeret diri mereka ke atas panggung mahkamah sejarah, yang memulai masa keruntuhan intelektual.Â
Sejak lama, seperti buku berjudul Korupsi, karya Mochtar Lubis kembali mengingatkan kita tentang akar-akar kesejarahan dari korupsi.
Singkatnya, pejabat yang bergelar sarjana tersangka korupsi menjadi satu proses pembelajaran penting. Wajah tanpa bayangan dalam cermin.Â