Mohon tunggu...
Septi Erlita
Septi Erlita Mohon Tunggu... Human Resources - mahasiswa yang mencoba produktif

hai! salam kenal, selamat membaca semoga tulisan saya bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Krisis Ekologi Merencah Makarnya Kapitalisme

5 November 2020   09:54 Diperbarui: 5 November 2020   10:32 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejarah demokrasi liberal Kapitalisme yang tidak akan mampu lagi mengatasi krisis dan gelombang permasalahan yang muncul akibat ulahnya sendiri. Juga sains, akar dari dari krisis yang dihadapi umat manusia kini beriringan dan selalu bersangkutan dengan Kapitalisme dan modal.

Krisis ekologi yang sedang dan akan dihadapi manusia yaitu krisis yang muncul akibat revolusi biogennetik; permasalahan yang berkaitan dengan hak milik atas intelektual atau distribusi mengenai apa yang disebut dengan common goods; dan juga problematika yang disebabkan oleh munculnya kelompok sosial baru atau yang disebut dengan new form of apartheid.

Permasalahan- permasalahan yang tisak bisa dientaskan menjadi pertanda berakhirnya kapitalisme global. Kapitalisme global telah mendekati ujung ajalnya menuju sampai titik-nol (apocalyptic zero - point) karena tidak dapat mengatasi krisis-krisis tersebut.

Dan berita buruknya adalah krisis ekologi ini menjadi ketakutan tersendiri akan adanya bencana yang meghadang umat manusia, ketakutan yang memaksa manusia untuk membuat perencanaan dan memperhitungkan bagaimana melindungi dan menyelamatkan umat manusia dari kehancuran.

Hasilnya maka, ketakutan ideologis ini membentuk ideologi kapitalisme global baru yang seakan ketakutan krisis ekologis  ini menjadi candu dan seolah melupakan hal yang paling esensial yaitu kenyataan bahwa krisis ekologi-pun merupakan hasil dari ke antagonisan kapitalisme. 

Purbalingga, salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang merupakan daerah dengan tingkat industrialisasi yang tinggi sudah merambah industri potensial sejak tahun 1976 sampai saat ini sudah mencapai kurang lebih 40.000 unit dari keseluruhan industri mikro, menengah maupun industri makro, industri menjadi angin segar sehingga dapat meningkatkan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.

Industri terbesar di Purbalingga adalah Industri Rambut dan Bulu Mata Palsu, serta Industri Knalpot keduanya sudah merambah ke pasar Internasional dan menjadi Industri terbesar di Indonesia. bahkan Industri rambut dan bulu mata palsu menjadi Industri terbesar dan menduduki peringkat ke-dua dunia setelah China dengan mengekspor produk rambut dan bulu mata palsunya sampai Jepang, Korea selatan, Eropa, bahkan Amerika Serikat.

Hal itu disampaikan oleh Presiden Jokowi pada tahun 2018 setelah Presiden Jokowi mengunjungi salah satu pabrik rambut palsu di Purbalingga, dan lantas mendorong pengembangan Bandara Jenderal Besar Soedirman di Purbalingga agar investasi asing terus masuk dan terus berkembang, memudahkan ekspor - impor produk maupun bahan baku dan memunculkan titik-titik potensi Industri baru untuk pertumbuhan ekonomi di Purbalingga dan daerah sekitarnya.

Namun, segala sesuatu memiliki dua sisi. Di balik keberhasilan Industri tak menyangkal akan adanya efek buruk yang menyertainya. Meskipun dikatakan bahwa Industri besar itu meningkatkan perekonomian, pada kenyataannya distribusi kesejahteraan tak pernah adil antara pusat kota dan pinggiran desa, kemiskinan masih bekisar antara 15-20%.

Jumlah ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan banyaknya industri yang berkembang di Purbalingga yang seharusnya mampu menyerap tenaga kerja, mendistribusikan kesejahteraan secara merata, dan menumbuhkan perekonomian secara berkeadilan.

Lantas kemana aliran hasil industrialisasi di Purbalingga?, tentu jawabanya adalah mengalir kepada aktor kapitalis yang mananamkan investasinya di Purbalingga. Pengaruh bisnis dan industri sangatlah kompleks sampai merambah pada kebijakan pemerintah kabupaten Purbalingga, dengan Kebijakan membuka seluas-luasnya investasi asing tentu menggeser pola hidup masyarakat, industri besar ini menjadikan masyarakat dan pemerintah bergantung sepenuhnya pada sektor industri, terjadi eksploitasi buruh perempuan, karena sekitar 80% buruh yang mengbdikan diri di sektor industri ini adalah kaum perempuan menambah implikasi massif praktek kapitalisme; terjadi pencemaran lingkungan tanpa adanya penanganan tegas; merupakan lingkaran kapitalisme dan krisis ekologi yang tidak pernah berujung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun