Mohon tunggu...
Erlinda Septiawati
Erlinda Septiawati Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer | Copywriter

be better, be proud of your self✨ Halo i'm 22 years old. I have a hobbies reading and writing. I also enjoy watching K-Dramas. Here, I want to share my writings. Hopefully share stories and benefits with many people.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjuangan Sang Peringkat Pertama

2 Juli 2023   17:55 Diperbarui: 2 Juli 2023   17:55 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ruang kelas [Pinterest/Thesma]

Suara bising tidak terdengar di balik pintu kelas 7.A. Proses belajar mengajar sedang berlangsung dengan lancar, tenang, dan damai.  Semua murid di dalam kelas fokus memperhatikan materi pembelajaran, menyalin catatan di buku tulis. Setelah selesai mengajar, Bu Dwi memanggil Ayna.

“Ayna,” panggil Bu Dwi selaku wali kelas.

“Iya Bu,” jawab Ayna santun.

Bu Dwi baru saja menawarkan Ayna menjadi salah satu perwakilan anggota OSIS untuk kelas 7.A, namun ditolak oleh Ayna, “Mengapa kamu menolak Ayna? kamu pintar. Ibu yakin kamu mampu mengatur waktu dengan baik,” ungkap Bu Dwi penuh harap.

Ayna menunduk, "Maaf Bu, saya harus membantu ibu saya berjualan kue untuk bisa memenuhi kebutuhan sekolah jadi saya tidak bisa menjadi anggota OSIS." ucapnya.

Penuturan Ayna jelas membuat Bu Dwi kecewa, tetapi memaklumi keputusan yang telah Ayna tentukan. Bu Dwi memahami pilihan terbaik Ayna.

Tidak pernah terbayangkan, semangat Ayna menuntut ilmu menjadikannya selalu meraih peringkat pertama di kelas sejak duduk di bangku sekolah dasar. Bukan hanya pintar, Ayna adalah murid yang baik, ramah, dan sopan kepada siapapun.

“Ayna, katanya kamu nolak jadi anggota OSIS ya, kok kamu nolak sih padahal enak banget loh. Kalau aku jadi kamu bakal aku terima,” tutur teman sebangku Ayna, namanya Rani.

Ayna tersenyum menatap Rani, “Aku nggak bisa Ran, sepulang sekolah aku harus bantu ibu berjualan kue keliling,” ujar Ayna.

“Kok kamu nggak pernah bilang jualan kue Ayna?” tanya Rani kaget mendengar alasan Ayna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun