Mohon tunggu...
erlangga putra ardana
erlangga putra ardana Mohon Tunggu... penulis/ilustrator/fotografer

Diingat dengan karya, yang dapat bermanfaat untuk orang banyak. Dengan ragam kemampuan karya fotografi sebagai memutar waktu ilustrator sebagai imajinasi jiwa dan penulis sebagai abadi dalam ingtan. bio, mahasiswa sastra indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

DPM FSBK: Kunjungan Pelatihan Sidang, Jelang Ketok Palu!

2 Juli 2025   13:03 Diperbarui: 2 Juli 2025   13:03 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto suasana pelatihan (Sumber: koleksi pribadi/erlangga.p.a))

Di jantung Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan (UAD), tepatnya di lantai sembilan yang selalu sibuk, sebuah pemandangan menarik baru saja tersaji. Bukan hiruk-pikuk akademik, melainkan sebuah acara pelatihan sidang yang saya amati langsung, sebuah inisiatif dari Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Sastra budaya dan komunikasi (DPM FSBK). Acara ini, dengan segala formalitas dan semangatnya, terasa seperti pemanasan terakhir sebelum "ketok palu" simbol dari keputusan yang dinanti dalam setiap forum legislatif.

Pelatihan ini bukan sekadar ajang perkenalan tata cara persidangan. Sebagai peserta, saya merasakan sendiri bagaimana kegiatan ini menjadi sesi gemblengan intensif, sebuah persiapan mental dan intelektual bagi mahasiswa yang kelak akan memegang peran penting dalam proses pengambilan keputusan. Suasana di lantai sembilan saat itu penuh antusiasme semacam gairah kolektif untuk belajar, tumbuh, dan memahami makna dari setiap proses yang terjadi di balik meja sidang.

Yang paling berkesan bagi saya adalah bagaimana pelatihan ini membawa kami, para peserta, langsung ke medan simulasi sidang. Bukan lagi teori di papan tulis, tapi pengalaman langsung menghadapi interupsi, menyusun argumen, dan memberi tanggapan secara lugas dan terukur. Setiap momen terasa penting setiap usulan, sanggahan, dan keputusan tidak bisa dianggap remeh. Kami benar-benar diajak berpikir, bertindak, dan bersikap layaknya legislator muda.

Fokus utama pelatihan ini adalah pengambilan keputusan yang terinformasi dan bertanggung jawab. Saya belajar bahwa momen "ketok palu" bukanlah ujung dari formalitas sidang, tetapi puncak dari proses yang matang---dari analisis persoalan, pertukaran gagasan, hingga dialog terbuka yang berlandaskan data dan pertimbangan rasional. Saya menyadari bahwa setiap ketukan palu menyimpan bobot besar: ia mencerminkan integritas, komitmen, dan keberanian mengambil sikap.

Etika juga menjadi elemen yang terus diulang dan ditekankan dalam pelatihan ini. DPM FSBK menanamkan nilai bahwa menjadi bagian dari forum pengambilan keputusan berarti siap menjaga keadilan, objektivitas, dan keberanian menyuarakan kebenaran. Ini bukan hal mudah, apalagi ketika berhadapan dengan tekanan atau suara mayoritas. Tapi justru di situ, keberanian seorang wakil diuji. Dan saya belajar bahwa kekuatan seorang juru bicara bukan hanya terletak pada volume suaranya, tapi pada kedalaman integritasnya.

Dari pengalaman ini, saya melihat DPM FSBK sebagai fasilitator yang tidak hanya menjalankan fungsi kelembagaan, tetapi juga membuka ruang bagi tumbuhnya karakter dan kompetensi mahasiswa. Mereka tidak hanya sibuk mengurus sidang, tetapi juga aktif mempersiapkan generasi pemimpin melalui pelatihan-pelatihan yang membumi seperti ini. Saya pribadi merasa mendapat banyak sekali pelajaran praktis tentang komunikasi, kepemimpinan, berpikir strategis, dan tentu saja, bekerja dalam tim.

Kegiatan ini membuat saya merenung: bahwa pendidikan sejati memang tidak hanya berlangsung di dalam kelas. Ia hadir dalam pengalaman, dalam interaksi, dan dalam proses belajar yang bersentuhan langsung dengan realitas. Dari lantai sembilan Kampus 4 UAD, saya menyaksikan dan merasakan sendiri lahirnya benih-benih calon pengambil keputusan mereka yang kelak akan membawa suara, harapan, dan tanggung jawab besar.

Pelatihan ini menegaskan kepada saya bahwa "ketok palu" bukan hanya simbol. Ia adalah titik akhir dari serangkaian proses intelektual dan moral. Ia bukan sekadar bunyi, melainkan wujud dari pertanggungjawaban terhadap suara yang diwakili. Dan karena itulah, pelatihan ini sangat berarti bukan hanya sebagai program kerja, tetapi sebagai pengalaman hidup.

Semoga semakin banyak mahasiswa yang ikut serta, karena saya percaya, di tangan generasi muda yang terlatih inilah, palu-palu penting selanjutnya akan diketuk---dengan bijak, jujur, dan bertanggung jawab.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun