Bukankah ini sudah menjadi gaya hidup kita, termasuk orang Indonesia? Misalnya, kebiasaan bangun tidur langsung mencari gadgetnya meskipun sebatas cek pesan masuk, lihat status, dan lainnya.
Saat belum terjadi wabah pandemic Covid-19, kita seringkali disibukkan dengan aktivitas melalui komunikasi social yang di mana komunikasi dilakukan tindak harus kontak fisik atau tatap muka. Kala itu sempat menjadi kekhawatiran, terutama untuk generasi penerus, dalam lunturnya keakraban secara langsung karena masing-masing seperti memiliki dunianya sendiri.
Teknologi saat ini sudah berkembang demikian pesat sehingga kita bisa tetap saling terhubung tanpa harus secara fisik berada dalam ruangan yang sama.
Social Distancing untuk perangi Virus Corona
Mengacu instruksi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Virus corona sangat mudah menular melalui tetesan atau percikan kecil air yang dikeluarkan seseorang saat bersin ataupun batuk.
Maka social distancing atau pembatasab social, dalam Pedoman Penanganan Cepat medis dan Kesehatan Masyarkat COVID-19 di Indonesia, adalah pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah. Hal ini ditunjukan pada semua orang di wilayah yang diduga terjangkit virus corona.
Pengurangan Interaksi social melalui social distancing guna pencegahan penyebaran virus corona yang lebih meluas ini dengan cara masyarakat pembetasan penggunaan fasilitas umum dan menjaga jarak interkasi.Â
Masyarakat diminta untuk berdiam di rumah dengan melakukan belajar dari rumah bagi pelajar, bekerja dari rumah, dan tidak melakukan aktivitas ke tempat-tempat keramaian guna memutuskan mata rantai penyebaran yang kian bertambah.
Dengan demikian, diharapkan kita hendaknya tidak terlalu cemas dengan perubahan yang terjadi dalam social saat ini yang awalnya karena tntutan kondisi.
Interaksi kita memang terbatas pada jarak, namun tidak terbatas dalam berinteraksi meskipun ada kalanya lebih efektif jika dilakukan secara komunikasi langsung secara tatap muka dalam ruang (komunikasi interpersonal).