Mohon tunggu...
Erika Santi
Erika Santi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Konsentrasi pada perbaikan dan pengembangan kepribadian dan umat ; sebuah komitmen

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Adhi Wiriana, Begin With The End in Mind

5 November 2015   23:50 Diperbarui: 23 November 2015   15:24 1480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Saya mengapresiasi setinggi-tingginya atas prestasi yang kita raih ini. Mudah-mudahan ini adalah awalan yang akan menstimulus kita untuk memperoleh capaian yang terbaik,” apresiasi Pak Adhi saat menjadi pembina pada apel senin pagi.

Untuk menyemangati stafnya agar berprestasi, Pak Adhi memberi reward bagi yang berprestasi. Sebagai contoh untuk pegawai yang disiplin selama setengah tahun berturut-turut pada Tahun 2014, pernah mendapat hadiah dari Pak Adhi. Lebih-lebih untuk pegawai yang berprestasi di kancah nasional. “Siapapun yang berprestasi di level nasional akan saya beri reward. Sebab prestasi di level nasional itu adalah buah usaha maksimal,” kata Pak Adhi mengenai alasannya memberi reward. Tercatat Budi Setiawan dan Firna Novi Anggoro pernah mendapat reward dari Pak Adhi atas prestasi yang mereka toreh di level nasional.

Keluarga sebagai Energi

Keberadaan Pak Adhi di Lampung, membuat Pak Adhi harus berjarak dari keluarganya yang berada di Jakarta. Namun itu tidak menjadi kendala dalam menjaga keharmonisan rumah tangga. “Saya menikah dengan istri Tahun 1988. Saat itu jarang yang berjilbab. Tapi istri saya berkomitmen untuk itu. Dalam upaya menjaga kedekatan dengan keluarga, saya selalu berkomunikasi dengan istri dan anak-anak. Apalagi teknologi sekarang sangat canggih. Setiap saat bisa terhubung dengan mereka."

"Saya sangat dekat dengan anak-anak. Bila saya dan istri berjalan-jalan dengan salah seorang diantara mereka, mereka merasa seperti anak tunggal. Masing-masing anak merasa diistimewakan,” tutur ayah dari Fathi Asyurina Muthmainnah, Luthfiyyah Azizah dan Abiyyah ini sembari tertawa.

Pernyataan Pak Adhi diaminkan oleh Efliza, istri tercinta. “Bapak itu romantis, tetapi bukan romantis yang lebay seperti di film-film. Misalnya kalau duduk bareng saya, Bapak suka sambil mijit-mijit saya. Bapak sangat perhatian dengan keluarga. Sama anak-anak dekat sekali. Tipe Bapak memang suka dengan anak-anak, tidak terbatas anak sendiri. Sebaliknya anak-anak suka dengan Bapak. Sama anak-anak Bapak suka bercanda. Seingat saya Bapak tidak pernah marah. Tidak dipungkiri ketika ada masalah, biasanya kami diam dulu, baru pelan-pelan dibahas permasalahannya. Saya selalu mendukung apa yang dilakukan Bapak selama itu tidak bertentangan dengan aturan. Dalam menjaga hubungan, komunikasi harus tetap lancar. Meskipun tidak harus dengan tatap muka langsung. Kalau orang-orang bilang quality time.”

Kecintaan Pak Adhi kepada anak-anak tak terbatas pada anak sendiri terlihat ketika ada pegawai yang membawa anaknya ke kantor, Pak Adhi berinteraksi dengan mereka. Selain itu, atas inisiatif istrinya disediakan almari pendingin (kulkas) di ruang Dharma Wanita Persatuan yang diperuntukkan untuk menyimpan Air Susu Ibu Perahan (ASIP). "Itu atas inisiatif istri saya karena melihat di BPS banyak ibu-ibu muda. Dulu sebelum ada kulkas itu, kulkas di ruangan saya ini yang dipakai para karyawati untuk menyimpan ASIP mereka. Bagi saya itu tak masalah." Imbuh Bapak yang pertama kali menjadi pejabat struktural pada usia 24 tahun ini.

Dalam mengelola rumah tangga, Pak Adhi menghidupkan nuansa religi. "Kebiasaan orang tua saya dulu yang mengajak kami anak-anaknya sholat berjama'ah saya tiru. Saya membiasakan mengajak istri dan anak-anak sholat berjama'ah. Jadi setelah saya sholat di masjid, saya sholat lagi di rumah menjadi imam mereka. setelah itu saya, istri dan anak-anak secara bergantian memberi tausyiah (nasehat)," tutur pria kelahiran Jakarta, 5 November 1965 ini.

“Mimpi saya saat ini adalah keluarga saya, anak-anak dan cucu-cucu saya hapal Al Qur’an. Sehingga saat ada yang melamar anak pertama saya, saya tanyakan kepadanya apakah dia mau anak-anaknya kelak hapal Al Qur’an? Karena dia mengiyakan, saya menerima lamarannya,” kenang Kakek satu cucu yang bernama Ahmad Muttaqin ini.

Narasumber Mumpuni dan Motivator Hebat

Karena kedalaman ilmu, keluasan wawasan dan kepiawaiannya dalam menyampaikan materi, Pak Adhi sering menjadi narasumber di berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh dinas/instansi dan lainnya. Sebut saja diantaranya narasumber Workshop Kependudukan yang digelar Pemerintah Provinsi Lampung. Juga pada Refleksi Akhir Tahun yang digelar Bank Indonesia, Pak Adhi menjadi narasumber bersama Gubernur Lampung, Ketua DPRD Provinsi Lampung, Kapolda Lampung dan Danrem 043 Garuda Hitam. Pun Kanwil DJPB Lampung pernah mendaulatnya menjadi narasumber mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun