Mohon tunggu...
Eric Bangun
Eric Bangun Mohon Tunggu... Lainnya - Amateur Film Advisor

Most of these articles are opinions, reviews, and lists from the box office or underrated movies.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Net-Zero Emissions: Langkah Berkala Transisikan Energi Penghasil Emisi

23 Oktober 2021   00:47 Diperbarui: 23 Oktober 2021   00:52 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Kementerian PPN/Bappenas 

Dalam kurun waktu 300 tahun terakhir manusia nampaknya hidup 'damai' dalam lingkungan yang sebenarnya sedang sekarat. Pernyataan itu tentu opini penulis semata, namun dengan sokongan data yang relevan, sepertinya kita dan kamu akan perlahan menyadari kemana arah konteksnya.

Berawal dari revolusi industri pada abad ke-18, keran industrialiasi di mulai, pabrik-pabrik tumbuh seperti jamur di semua permukaan bumi. Sistem ekonomi yang juga mulai beralih menjadi kapitalisme, membuat semua orang berlomba mengejar apa yang disebut dengan laba tanpa mementingkan dampak negatif kepada lingkungan.

Kita hidup dari energi yang telah dibuat oleh industri itu, biasanya energi yang digunakan adalah energi tidak terbarukan, contohnya: minyak bumi, gas alam, batu bara dan produk inovasi lain buatan manusia. Selain energi itu, masih tersedia pula sumber energi lain yang disebut dengan energi terbarukan contohnya: sinar matahari, air, panas bumi, panas laut, biomassa, gelombang Laut, dan ombak.

Kala kebutuhan primer, sekunder, dan tersier kita terpenuhi, tetapi ada yang kita korbankan, yakni alam dan makhluk hidup lain. Hutan yang gundul bagaikan kepala orang tua ialah contoh negatif pertama di lingkungan, spesies hewan yang mati meninggalkan nama latinnya dan mewarisi coraknya pada gaya berpakaian kita dan lagi udara yang kita hirup; oksigen yang terkontaminasi dengan gas-gas rumah kaca.

Hal ini tentu berkaitan dengan efek rumah kaca, tahukan istilah itu? sebenarnya efek rumah kaca adalah metafora dari kondisi di mana kumpulan gas yang terperangkap di atmosfer yang memantulkan kembali panas matahari yang telah ada di bumi kembali ke bumi bagaikan kaca yang menghalangi. Idealnya matahari memancarkan panas dan dikembalikan lagi oleh bumi tanpa ada halangan di atmosfer.

Gas-gas yang terkumpul merupakan emisi gas buang dari produksi segala industri. Gas-gas itu sebenarnya familiar di telinga kita, salah satunya karbon dioksida (CO2). Kita manusia juga penghasil emisi itu, tetapi jumlahnya tidak sebanding dengan gas-gas ini: Metana (CH4), nitrat oksida (N20), perfluorokarbon (PFC), hidrofluorokarbon (HFC), sulfur heksafluorida (SF6). Itulah yang menyebabkan bumi kita mengalami pemanasan global.

Menyesal dan meminta bantuan kepada pemerintah pun tidak akan menyelamatkan generasi kita, Sebab pemerintah juga (sedang) bersiap membuat perubahan berkala seiring dengan kesepakatan hasil Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa atau United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) mengenai mitigasi emisi gas rumah kaca, adaptasi, dan keuangan, yang tertuang dalam Persetujuan Paris (Paris Aggreement) pada tahun 2015 lalu.

Isi persetujuan itu secara garis besar berisikan tentang Net-Zero Emissions yang bertujuan dalam upaya menahan laju peningkatan suhu bumi di bawah 2 derajat celcius dan membatasi perubahan temperatur hingga setidaknya 1,5 derajat celcius; meningkatkan kemampuan beradaptasi pada perubahan iklim; melaksanakan pembangunan yang bersifat rendah emisi gas rumah kaca tanpa mengancam produk pangan; serta membuat aliran finansial yang konsisten demi tercapainya jalur emisi gas rumah kaca yang rendah dan tahan terhadap perubahan iklim sehingga bebas karbon pada tahun 2050.


Pemerintah Indonesia Serius Mengurus Net-Zero Emissions

Presiden Joko Widodo dalam youtube Sekretariat Presiden yang mengikuti secara virtual Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim dari Istana Kepresidenan Bogor (22/4) pun menyampaikan tiga pandangannya dalam isu perubahan iklim ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun