Mohon tunggu...
Eric Brandie
Eric Brandie Mohon Tunggu... Penulis - Sosiolog

Kajian realitas dan dimensi sosial Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ironi Masyarakat "Mindset" Ortodoks

17 April 2018   23:09 Diperbarui: 9 September 2018   15:02 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Kompas/Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden)

Sesungguhnya tidak ada yang salah dengan kegiatan pendidikan keagamaan (apapun itu) sepanjang turut mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan dan kedamaian secara universal, dengan kesadaran bahwa sejatinya seluruh manusia tanpa terkecuali adalah bagian dari interaksi sosial pluralistik.

Menjadi petaka ketika pendidikan keagamaan tersebut justru menjadi agenda doktrinasi anti kemanusiaan dan anti kedamaian harmonisasi antar umat manusia.

Dampaknya?

Mari silahkan cermati bersama aksi-aksi pengerahan massa yang marak terjadi belakangan ini, sebagaimana yang telah kita cermati bersama massa yang dikerahkan kerap kali berasal dari kelompok/perkumpulan tajuk keagamaan.

Sesungguhnya atas nama kepentingan tertentu dan atau berlatar fanatisme buta agama akhirnya mereka telah sukses termodifikasi dari entitas manusia menjadi sosok 'robot control' yang siap sedia dikerahkan beraksi dengan 1 kata sandi sakti: Kepentingan AGAMA, terlepas dari objektif/subyektif (benar/salah) dasar tindakan selalu menjadi urusan belakangan, bahkan kerap dianggap sepi saja manakala belakangan hari ternyata terbukti terdapat settingan agenda tertentu yang jauh melenceng dari urgensi agama.

Waww ternyata betapa dahsyatnya polarisasi pembodohan sistematis masyarakat di negara ini, hingga sangat mungkin mereka semua tidak pernah diajarkan makna sesunggunya dari ber-Indonesia RAYA itu sendiri.


Kesimpulannya...

Bahwa untuk meruntuhkan suatu negara, maka lumpuhkanlah terlebih dahulu masyarakatnya dengan metode apapun juga; narkotika, propaganda amoralitas, virus biologis, kemiskinan, tak ketinggalan aksi-aksi kelompok tajuk fanatisme keagamaan dengan polesan dalih 'surga-neraka' ala suka-suka siap meluluhlantakkan sekitarnya kapan saja bahkan tidak tertutup kemungkinan bagi injeksi terorisme yang turut ambil peluang pada akhirnya.

Konsekwensi sosialnya?

Akibat berlarut-larutnya pembiaran terhadap aksi-aksi komunitas tersebut lalu kemudian dengan sendirinya sebagian masyarakat perlahan namun pasti akan menuju fase titik jenuh situasional hingga bahkan apatisme menggerogoti mentalitas, puncaknya kemudian tidak terlalu perduli lagi terhadap roda perjalanan negara selanjutnya (depresi masyarakat).

Propaganda fanatisme keagamaan, kendati merupakan salah satu pola ortodok tetapi terbukti masih cukup ampuh sebagai jurus agitasi 'kompor' masyarakat, terutama di klaster negara berkembang yang masih lebih mengagungkan perspektif sektarianisme daripada berbagai aspek apapun termasuk nilai-nilai harmoni dan kemanusiaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun