Mohon tunggu...
Ramdani Syaif
Ramdani Syaif Mohon Tunggu... Jurnalis

Semua menggunakan ilmu termasuk menulis, namun ilmu tanpa agama adalah lumpuh, agama tanpa ilmu adalah buta.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kebangsaan di Era Digital Jadi Prioritas, LDII Gelar Sekolah Virtual Kebangsaan II

24 Agustus 2025   21:10 Diperbarui: 24 Agustus 2025   21:08 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Ketum LDII menyampaikan amanat, sumber : panitia acara

Jakarta (24/8) -- Di tengah derasnya arus digital yang memengaruhi cara berpikir, berinteraksi, dan bertindak masyarakat, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) kembali menegaskan pentingnya penguatan nilai kebangsaan. Hal ini disampaikan Ketua Umum DPP LDII, KH Chriswanto Santoso, saat membuka Sekolah Virtual Kebangsaan (SVK) II yang digelar di Grand Ballroom Minhajurrosyidin, Jakarta, Sabtu (23/8).

Acara akbar yang berlangsung secara hybrid ini diikuti oleh belasan ribu warga LDII dari berbagai penjuru tanah air, mulai dari Aceh hingga Papua. Kehadiran ribuan peserta tersebut menunjukkan betapa besar antusiasme masyarakat, khususnya generasi muda, untuk kembali meneguhkan semangat nasionalisme di era serba digital.

Ancaman Digital, Perang Tanpa Senjata

Dalam sambutannya, KH Chriswanto menyoroti pengaruh algoritma media sosial yang mampu membentuk opini publik bahkan memicu polarisasi di masyarakat.

"Di dunia digital, algoritma sangat berpengaruh. Apa yang kita pikirkan, itulah yang akan muncul kembali di layar kita. Input dari digital begitu banyak, tapi tidak ada filter. Inilah yang disebut proxy war, sebuah perang tanpa senjata," ungkapnya.

Menurutnya, saat ini Indonesia bukan hanya menghadapi ancaman perang fisik, melainkan juga perang digital yang lebih kompleks dan mengkhawatirkan. Arus informasi yang tidak tersaring, ujaran kebencian, serta provokasi di ruang maya bisa menjadi bara yang memicu perpecahan bangsa.

Kebinekaan, Anugerah sekaligus Tantangan

Lebih jauh, Chriswanto menegaskan bahwa keberagaman bangsa Indonesia adalah kekuatan yang harus dijaga, sekaligus kerentanan bila tidak diikat oleh fondasi kebangsaan yang kokoh.

"Keberagaman seperti suku, pulau, bahasa, dan agama adalah kekuatan, tetapi sekaligus kerentanan. Kita bisa belajar dari Timur Tengah, satu bahasa saja bisa terpecah menjadi 24 negara. Indonesia jauh lebih beragam, sehingga kita lebih rentan bila tidak ada fondasi kebangsaan yang kuat," ujarnya.

Dalam konteks ini, Pancasila hadir sebagai anugerah terbesar bagi bangsa Indonesia. "Pancasila adalah titik temu dari berbagai kepentingan, identitas, dan latar belakang. Tegaknya kebangsaan merupakan tanggung jawab kita bersama," tegasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun