Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Kata yang indah adalah keluar dari mulut manismu............... Buku GEMPA, SINGGAH KE DESA RANGKAT, BUKU PERTAMA DI DESA RANGKAT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Gemuruh Tali Tiang Mengangguk Tunduk Berkarat

20 Desember 2019   07:52 Diperbarui: 20 Desember 2019   07:52 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi : Edy Priyatna

Benci terik deru debu santapan kami. Meski setiap hari mencari rejeki demi sesuap nasi. Sekali waktu kala berteriak dalam sunyi. Kerap menanti ketua peduli sekalian ini. Gemuruh tali tiang mengangguk tunduk berkarat.

Bantulah kendaraan tak akan lewat lagi di jembatan telah usang ini. Dahulu bus selalu lewat dengan suara desah mengisi senja hari. Terisap muatan dan orang penuh tanda tanya. Dimana kepala terminal disini bus tak mau lagi berhenti. Titian kembali membentang terminal ditelan ribuan kekosongan.

Bermutu satu atap adalah rasa sukacita. Kalau tidak saling memukul manakala senja malas melintas. Hamba harus tak enak hati kentung desa berbunyi. Keadaan isyaratkan tanda bagi semua. Wahai sahabat dekat kami butuh sesuatu.

Butuh pandangan tanganmu keatas. Hendaknya dapat ditutup sebuah penyerahan. Saat ini kami merasa telah berbeda. Menyerupai dewa membunyikan lonceng di angkasa. Alam mengharap gaungan itu nyaring mempesona.

(Pondok Petir, 28 Nopember 2019)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun