Puisi : Edy Priyatna
Engkau teguh menyimpan hikayat. Pada pintu gerbang kecil. Sesuatu senantiasa telah terhunus. Mengalir cairan pekat berwarna putih. Sebagai kelangsungan pemburuan. Dapat membuat mati apa saja. Demi ini aku berdiri di pematang sawah. Luasnya sudah mulai berkurang. Namun masih melihat indahnya gunung hijau. Lukisan sempurna pereka cipta.
Menyadarkan jiwa hidup. Setelah malam berlalu. Dan tetap menyimpan riwayat. Menyimpan rasa sakit. Menggerimis di mata indahmu. Selepas kusebrangi bukit sedikit tandus. Karena tumbuhannya sirna. Akan berlari menuju pantai biru. Di iringi hembusan angin sejuk. Sebatas terdengar suara ombak menderu.
(Pondok Petir, 16 Nopember 2018)