Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Kata yang indah adalah keluar dari mulut manismu............... Buku GEMPA, SINGGAH KE DESA RANGKAT, BUKU PERTAMA DI DESA RANGKAT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Sajak-sajak Gema Kumandang

18 November 2018   06:05 Diperbarui: 18 November 2018   07:17 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisi : Edy Priyatna

Dirgantara langit biru berhitam. Ketika mata air menjulang. Di bawah rumpun bambu. Saat sawah mulai meninggi.

Aku coba temui para sahabat. Bertanya tanpa jawaban. Pada siapa harus kutanyakan. Retak asa luka hati.

Pangkal tangan rangkanya tergerai. Pada langit mulai mendung. Aku terpaksa duduk sendiri. Bermunajat mohon ampunan.

Berdoa agar nan kuharapan terasa. Belum untuk dariku. Di ringi suara tiruan bunyi papan bersangit Kau masih mendengar getarannya.

Setelah lepas dari pandangan. Tak terhindar pada mataku. Pada desa negeriku ini. Akan kubangun gedung dan rumah.

Tergores bulan nan makin menjauh. Dengar bahana getarannya. Tangkap bunyi suaranya. Sajak-sajak gema kumandang.

(Pondok Petir, 12 Nopember 2018)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun