Mohon tunggu...
Enny Ratnawati A
Enny Ratnawati A Mohon Tunggu... Menulis untuk meninggalkan jejak kebaikan dan menghilangkan keresahan

Enny Ratnawati A. -- Suka menulis --- Tulisan lain juga ada di https://www.ennyratnawati.com/ --- Contact me : ennyra23@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Percayalah, Calon Mertua Ketus Belum Tentu Jahat

23 Agustus 2025   21:04 Diperbarui: 1 September 2025   09:03 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi mertua dan menantu dalam keluarga (foto : kompas life style)

Sudah lama tak menulis akhirnya malam minggu menulis cerita tentang calon mertua, seperti mengingat kejadian puluhan tahun lalu.

Saat itu, saya dan (calon) suami sudah kenal cukup lama. Namun pengenalan ke orangtua masing-masing belum pernah terjadi. Selain memang orangtua dan calon mertua saat itu, di pulau yang berbeda, entah kenapa kami juga belum yakin dengan pilihan jalan kedepan. Sehingga, ya memang belum ada niat saling mengenalkan ke orangtua.

Selain itu, ada isu dari calon suami saat itu, kalau orangtuanya, mencari calon mantu yang sesuku. Wah, jelas saya nggak masuk kriterianya hehe. Selain beda pulau, kami juga jelas beda suku, yang tiba-tiba ketemu di ibu kota.

Namun, pada suatu hari yang masih saya ingat jelas, calon mertua saya ini berkunjung ke Jakarta. Karena memang calon suami bukan anak satu-satunya yang tinggal di Jakarta.

Ada calon adik ipar (saat itu) yang juga bekerja di Jakarta. Otomatis orangtuanya memang senang mengunjungi dua anaknya dan menginap di rumah kontrakan anaknya.

Darimana asal idenya, calon suami mengusulkan untuk mengajak saya bertemu dengan ibunya di salah satu mal di ibu kota. Katanya sekalian jalan-jalan. Saya menyetujuinya walaupun saat itu belum tahu bagaimana penerimaannya.

Dan kami pun bertemu. Kesan pertama aslinya biasa saja. Cuma calon mertua memang sedikit cuek. Apa saja yang saya tanyakan tidak mendapat tanggapan.  Ini bukan ketus tapi semacam silent treatment hehe. Sebagai seseorang dengan usia labil, tentu saja saya agak shock saat itu namun berusaha biasa saja. Pikiran positifnya, siapa tahu beliau lelah dan sedang malas mengobrol. Atau malas mengobrol dengan orang yang masih asing baginya.

Sekitar setahun setelah kejadian itu kami menikah. Mendapat restu dan menikah. Oh iya setahun perjalanan selanjutnya setelah pertemuan itu, saya bisa dikatakan nggak pernah membangun komunikasi apapun dengan calon mertua. hanya mendapat kabar dari calon suami perkembangannya sampai akhirnya beliau setuju.

KETUS BUKAN JAHAT

Setelah menikah tentu saja awal-awal agak kaku. Apalagi selama ini tak ada percakapan apa-apa. Kami dengan perbedaan latar belakang dan budaya tentu bukan hal mudah membangun kedekatan. Namun perlahan tapi pasti komunikasi terbangun. Alhamdulillah hingga saat ini.

Dari sini saya percaya, sesuatu yang tampak buruk di awal belum tentu buruk hingga akhir. Begitu pula yang terlihat baik-baik saja di awal perkenalan, belum tentu juga setelah menikah akan baik-baik saja. Semua ada prosesnya masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun