Mohon tunggu...
Enny Ratnawati A
Enny Ratnawati A Mohon Tunggu... Menulis untuk meninggalkan jejak kebaikan dan menghilangkan keresahan

Enny Ratnawati A. -- Suka menulis --- Tulisan lain juga ada di https://www.ennyratnawati.com/ --- Contact me : ennyra23@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Mengurai Akar Permasalahan Kekurangan Murid di SMP Negeri

28 Juni 2025   17:10 Diperbarui: 30 Juni 2025   14:55 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-- Proses kegiatan belajar-mengajar kelas 7 di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 12 Tangerang Selatan, Senin (7/8/2023) siang atau tepatnya pada sesi ke-2. Ada total 49 murid yang belajar di kelas tersebut.(KOMPAS.com/Joy Andre T.)

Ketika mendaftarkan anak saya di jalur prestasi, nyata sekali terlihat banyaknya pendaftar di sekolah-sekolah yang selama ini sudah terimage sebagai sekolah favorit. Anak saya alhamdulillah bertahan di pilihan pertama. Apalagi sekolah pilihannya kuota yang tersedia memang banyak dibanding sekolah lain yang terkenal favorit tadi.

Teman anak saya yang tadinya ada di daftar nama di sekolah pilihan 1, tiba-tiba turun di sekolah pilihan 2, kemudian karena ada nilai yang lebih tinggi lagi, turun di sekolah pilihan ketiga. Sampai akhirnya di hari ketiga namanya tidak tercantum di ketiga sekolah alias tidak lulus jalur prestasi.

Ketiga sekolah pilihan teman anak saya ini tentu kategori terima favorit tadi. Yang agak janggal saya amati di web, banyak sekolah negeri lain yang nol pendaftar untuk jalur prestasi. Bahkan sampai hari terakhir pendaftaran benar-benar tak ada yang mendaftar jalur prestasi. Apakah tak ada sekolah dasar (SD) di wilayah SMPN tersebut berada? Kurang tahu juga. Cuma ini membuktikan sekolah yang dianggap favorit masih menajdi tujuan utama para siswa tersebut.

BANYAK SMPN KURANG SISWA

Saya tak mengamati lagi pendaftaran jalur selanjutnya karena saat itu jalur prestasi dan afirmasi lebih dahulu pendaftaran, sedangkan jalur domisili dan mutasi di hari berikutnya.

Namun dari informasi masih ada 17 sekolah yang kurang murid dan membuka pendaftaran offline. Kalau saya lihat ada beberapa faktor penyebabnya:

1. Banyak pilihan sekolah
Selain SMPN orangtua banyak yang menyekolahkan anaknya ke MTSN, pondok pesantren, dan sekolah swasta baik yang harga terjangkau sampai sekolah mahal tersedia. Intinya SMPN bukan satu-satunya pilihan.

2. Sekolah yang dianggap favorit tetap jadi tujuan utama 
Bahkan mereka rela walau rumahnya jauh asal masuk di sekolah favorit tanpa sadar saat ini tak ada lagi istilah favorit yang jadi pertanyaan besarnya, benarkah masih ada kesenjangan kualitas di antara sekolah-sekolah tersebut sehingga tetap memilih sekolah tertentu?

3. Ada "permainan" di sekolah favorit
Tentu tanpa menunjuk satu sekolah, banyak sekali yang masuk lewat jalur belakang. Ini sudah jadi rahasia umum dan jadi pembicaraan di kalangan para orangtua yang ingin mendaftarkan anaknya. 

Para orangtua menyebutnya jalur donasi. Karena memang membayar sejumlah uang yang ditentukan agar diterima di sekolah tersebut. Kata seorang teman, biasanya akan masuk list jalur prestasi non akademik atau jalur mutasi untuk siswa seperti ini. Imbasnya, sampai hari terakhir pendaftaran, sekolah kurang terkenal kekurangan siswa.

Sebenarnya hal seperti ini juga kurang baik bagi sekolah yang kelebihan siswa. Kelas-kelas akan bertambah atau jumlah dalam satu kelas lebih banyak. Tentu guru yang mengajar yang kelimpungan karena banyaknya siswa, padahal jumah guru di suatu sekolah tak bertambah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun