Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun issu lingkungan selalu menjadi hal yang menarik terutama dibidang kehutanan dan lingkungan hidup seperti degradasi hutan, penurunan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS), longsor, banjir, masalah air bersih, masalah sampah dan lain-lain. Â Berbagai program pemerintah berbasisis pemberdayaann masyarakat telah dilaksanakan dalam rangka memperbaiki hutan dan lingkungan .
Program pemberdayaan masyarakat bidang kehutanan berfokus pada Perhutanan Sosial, yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian hutan melalui berbagai skema seperti Hutan Desa, Hutan Kemasyarakatan, Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Adat, dan Kemitraan Kehutanan. Selain itu, program ini juga mencakup pelatihan dan pendampingan melalui penyuluhan kehutanan, serta pengembangan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan hutan, selain itu program diluar kawasan hutan juga dilaksanakan dalam rangka mengendalikan lahan kritis melalui kegiatan Kebun Bibit Rakyat (KBR) yang dilaksanakan oleh Balai Pengelolaan DAS di seluruh Indonesia, termasuk BPDAS Serayu Opak Progo
Program KBR dilaksanakan sejak tahun 2010, berbagai tantangan dan pengalaman tentunya telah dilalui dengan tetap berupaya melaksanakan kegiatan sebaik-baiknya. Tantangan yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan pembuatan KBR antara lain :
1. Pemilihan kelompok masyarakat. Kriteria kelompok masyarakat dalam kegiatan KBR cukup mudah, minimal kelompok mempunyai surat keputusan yang dikeluarkan oleh Kepala Desa, sehingga terdapat kelompok-kelompok baru yang belum berpengalaman dan akhirnya memerlukan pendampiungan yang sangat intensif.
2. Kurangnya keterampilan teknis. Terdapat kelompok masyarakat yang kurang memiliki pengetahuan dan ketrampilan penyemaian benih yang memadai, dimana hal ini akan mempengaruhi keberhasilan pembuatan tanaman.
3. Kendala sosialisasi dan penyuluhan. Sosialisasi dan penyuluhan merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan kegiatan berbasis pemberdayaan masyarakat. Program KBR sering kali menghadapi masalah kurangnya sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat, sehingga mereka kurang memahami tujuan dan cara pengelolaan kebun bibit dengan baik. Bahkan terdapat kelompok masyarakat yang mengira bahwa KBR ini adalah bagi-bagi bibit saja.
4. Keterbatasan tenaga penyuluh. Jumlah penyuluh kehutanan masih sangat terbatas sehingga satu penyuluh bisa mengampu lebih dari dua kecamatan, hal ini mengakibatkan kegiatan penyuluhan dan pendampingan kurang optimal.
5. Â Serangan hama dan penyakit tanaman. Hama dan penyakit tanaman pada bibit rentan sekali menyerang seperti jangkrik, belalang tanah, ulat, kutu putih dan lain-lain. Hal ini dapat mengancam kehidupan bibit yang dibuat dan menurunkan kualitas bibit.
6. Cuaca extrim. Faktor cuaca sangat menntukan keberhasilan pembuatan bibit tanaman. Kemarau panjang merupakan tantangan serius, oleh karena itu persediaan air yang cukup merupakan syarat mutlak bagi calon pengelola KBR.
