Mohon tunggu...
ening widi
ening widi Mohon Tunggu... Staf Administrasi di Badan Perencanaan dan Pengembangan Universitas Muhammadiyah Magelang

Seorang pembelajar sepanjang hayat yang percaya bahwa tulisan adalah jembatan menuju perubahan. Aktif di dunia pendidikan tinggi dan pengembangan institusi. saya menulis untuk bercerita, tentang hidup, pekerjaan, mimpi dan hal-hal sederhana yang sering diabaikan. Menyukai tema seputar manajemen pendidikan, pengembangan diri, sosial kemasyarakatan, dan dinamika perempuan bekerja. Mari berbagi cerita dan makna dalam tiap kata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Disrupsi dan Imajinasi: Kunci Bertahan di Dunia yang Terus Berubah

6 Oktober 2025   11:35 Diperbarui: 6 Oktober 2025   11:35 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Disrupsi dan Imajinasi Kunci Bertahan di Dunia yang Terus Berubah (Sumber: Freepik)

Perubahan adalah satu-satunya kepastian dalam hidup, dan dunia kerja kini tengah berada di pusaran perubahan yang bersifat disruptive. Istilah "disrupsi" sering kita dengar dalam beberapa tahun terakhir, terutama ketika teknologi digital mulai mengubah cara kita bekerja, berbelanja, hingga berinteraksi. Namun, banyak yang belum memahami secara mendalam, apa sebenarnya perbedaan antara inovasi dan disrupsi?

Inovasi dan Disrupsi: Dua Saudara yang Tak Sama

Inovasi adalah upaya untuk meningkatkan efisiensi, kualitas, atau nilai dari sesuatu yang sudah ada. Misalnya, perbaikan desain produk agar lebih nyaman digunakan. Inovasi biasanya terjadi secara bertahap dan memiliki risiko relatif kecil.

Sebaliknya, disrupsi adalah perubahan radikal yang menciptakan pasar baru atau bahkan mengguncang pasar lama. Contoh klasiknya adalah munculnya layanan streaming musik yang menggantikan CD, atau e-commerce yang menggeser dominasi supermarket tradisional. Disrupsi membawa risiko tinggi, tetapi juga membuka peluang besar bagi mereka yang berani beradaptasi.

Kreativitas Sebagai Sumber Daya Baru

Albert Einstein pernah mengatakan, "Imajinasi lebih penting daripada pengetahuan." Dalam konteks bisnis, imajinasi dan kreativitas menjadi modal utama untuk bertahan.

Jean-Jacques Servan-Schreiber bahkan menyebut manajemen sebagai "seni dari segala seni", karena sejatinya, manajemen adalah kemampuan mengorganisasi bakat dan potensi manusia agar menghasilkan sesuatu yang baru.

Kreativitas bukan hanya tentang menciptakan hal baru, tetapi tentang melihat hal lama dari sudut pandang yang berbeda. Produk atau ide akan dianggap kreatif bila dinilai baru, tepat guna, dan mampu menyelesaikan masalah dengan cara yang tidak konvensional.

Nilai dan Penciptaan Nilai (Value Creation)

Dalam dunia bisnis, nilai pelanggan (customer value) diukur dari perbandingan antara manfaat yang dirasakan dan pengorbanan yang dikeluarkan. Semakin besar manfaat dibandingkan biaya yang dikeluarkan, semakin tinggi pula nilai yang dirasakan pelanggan.

Namun, perusahaan modern tak hanya berfokus pada menciptakan produk bernilai, tetapi juga menciptakan proses yang bernilai. Inilah yang disebut value creation, kemampuan perusahaan menciptakan nilai tambah secara efisien untuk menghasilkan keuntungan dan kepuasan pelanggan sekaligus.

Belajar dari Gojek dan Bluebird

Perbandingan antara Gojek dan Bluebird bisa menjadi gambaran menarik tentang bagaimana inovasi dan disrupsi berinteraksi.

  • Gojek muncul dengan model bisnis super app, berfokus pada teknologi dan layanan beragam.

  • Bluebird, yang sebelumnya merupakan perusahaan taksi konvensional, perlahan bertransformasi dengan proses digitalisasi dan peningkatan kualitas layanan.

Keduanya sama-sama beradaptasi terhadap perubahan, hanya saja dengan strategi yang berbeda. Gojek mendisrupsi pasar, sementara Bluebird berinovasi untuk bertahan.

Menyambut Masa Depan: Dari Best Practice ke Future Practice

Selama ini kita sering mendengar istilah best practice, yaitu praktik terbaik yang terbukti efektif. Namun, di era disrupsi, best practice saja tidak cukup. Dunia membutuhkan future practice, cara berpikir baru yang berorientasi ke masa depan, berani bereksperimen, dan siap beradaptasi terhadap perubahan yang belum terjadi.

Kunci menghadapi masa depan bukan sekadar menjadi yang terbaik hari ini, tetapi menjadi yang paling siap untuk berubah esok hari.

Inovasi mungkin membuat kita lebih baik, tetapi disrupsi membuat kita berbeda. Dalam dunia yang terus berubah, kemampuan untuk berimajinasi, berpikir kreatif, dan menciptakan nilai akan menjadi bahan bakar utama bagi siapa pun, baik individu, organisasi, maupun perusahaan, untuk tetap relevan dan unggul.

Disclaimer:
Artikel ini merupakan hasil resume dari Mata Kuliah Business Innovation and Business Model Program Studi Magister Manajemen dan Kewirausaaan (MMKwu), Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA).

Dapatkan informasi terbaru dari MMKWu UNIMMA di: Website | Instagram | Youtube | TikTok

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun