Selain itu, penting pula menanamkan nilai kebaikan. Anak perlu dibiasakan untuk memahami bahwa membalas hinaan dengan kebaikan jauh lebih mulia daripada membalas dengan kebencian. Dengan begitu, mereka belajar bahwa kekuatan sejati bukan terletak pada amarah, tetapi pada kemampuan untuk tetap tenang dan bermurah hati di tengah perlakuan yang tidak menyenangkan.
Orang tua juga sebaiknya mendorong anak untuk mengembangkan prestasi, baik dalam bidang akademik, olahraga, seni, atau keterampilan apa pun yang bisa menumbuhkan rasa percaya diri. Tak kalah penting, berikan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari. Anak akan lebih kuat menghadapi masalah jika melihat orang tuanya juga tangguh dan mampu melewati kesulitan dengan bijak.
Dengan pola asuh seperti ini, anak akan tumbuh bukan sebagai korban yang lemah, melainkan sebagai pribadi yang resilien.
Mari kita realistis, bullying tidak akan pernah benar-benar hilang dari kehidupan. Di sekolah, di kantor, bahkan di masyarakat, selalu ada orang yang merasa lebih kuat dengan cara merendahkan orang lain.
Tetapi, dunia tidak perlu menunggu bullying hilang. Yang perlu kita lakukan adalah menyiapkan generasi yang lebih kuat, yang tidak mudah runtuh hanya karena ejekan.
Anak-anak yang dibekali dengan mental tangguh akan bisa menghadapi dunia apa adanya, tanpa harus jatuh berkali-kali.
Jika suatu hari anak kita pulang dengan wajah sedih karena dibully, jangan buru-buru hanya menyalahkan orang lain. Rangkul mereka, kuatkan hati mereka. Katakan bahwa mereka punya nilai diri yang jauh lebih tinggi daripada olokan siapa pun.
Jadikan setiap ejekan sebagai kesempatan untuk membangun karakter. Dorong mereka untuk lebih rajin belajar, lebih giat berlatih, lebih percaya diri melangkah.
Dengan begitu, anak kita tidak hanya akan selamat dari bullying, tetapi juga tumbuh sebagai pribadi yang unggul, tangguh, dan siap menghadapi kehidupan.
Bullying adalah masalah yang nyata, menyakitkan, dan kadang meninggalkan luka panjang. Namun, cara kita merespons masalah ini akan menentukan masa depan anak-anak kita. Apakah mereka akan tumbuh sebagai korban yang lemah, atau sebagai pribadi tangguh yang menjadikan pengalaman pahit sebagai batu loncatan.
Mari, bersama-sama, orang tua, guru, dan Masyarakat, membangun generasi yang kuat mental, berprestasi, dan penuh kebaikan. Karena dunia ini mungkin tidak bisa bebas dari bullying, tetapi anak-anak kita bisa tumbuh menjadi pribadi yang tidak mudah runtuh karenanya.